Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menguak Makna Pamali dan Mitos Jawa

27 April 2018   04:42 Diperbarui: 27 April 2018   04:54 2384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: jendelamisteri.wordpress.com

BERBICARA tentang Jawa memang tidak ada habis-habisnya. Dari persoalan budaya baik berupa karya seni, sastra, tradisi, atau legenda hingga persoalan pamali dan mitos adalah cukup menarik untuk mendapatkan kajian yang lebih cermat dan mendalam. Terutama mengenai pamali dan mitos yang jejak-jejaknya masih dapat dilacak di lingkup masyarakat Jawa modern. Suatu masyarakat yang mulai menghapus keyakinan mengenai pamali dan mitos, karena keduanya dianggap tidak logis. Bahkan sebagian masyarakat mengklaim keduanya adalah takhayul.

Lain dengan masyarakat Jawa modern, lain pula dengan masyarakat Jawa tempo dulu. Pada masa itu, masyarakat Jawa sangat meyakini kebenaran pamali dan mematuhi pantangannya. Disamping mereka meyakini adanya mitos tanpa menggunakan analisa dan pemikiran kritis. Pengertian lain, mereka telah menerima kebenaran pamali dan mitos secara dogmatis.

Berdasarkan realita di muka, penulis akan mencoba untuk membahas secara kritis terhadap pamali dan mitos Jawa yang semula dianggap sebagai kebenaran tanpa proses analisa kritis tersebut. Namun sebelum menginjak pada bahasan tersebut, penulis akan mengurai tentang pengertian pamali dan mitos Jawa serta hal-hal lain yang berkaitan di dalamnya.

Pengertian Pamali dan Mitos Jawa

Secara harfiah, pamali memiliki kesamaan arti dengan pantangan atau ketabuan. Dengan demikian, Pamali Jawa dapat dimaknai secara substansial sebagai pantangan dari masyarakat Jawa yang harus dihindari oleh anggota masyarakatnya sendiri. Apabila pantangan tersebut dilanggar, pelanggar akan mendapatkan risikonya.

Terdapat pula definisi tentang Pamali Jawa. Menurut sebagian orang mengatakan, Pamali Jawa merupakan teguran dari orang tua kepada anak, cucu, atau orang lain (anggota masyarakat Jawa lainnya) yang disampaikan secara tidak langsung. Sehingga bagi seorang yang tidak kritis di dalam menangkap makna implisit di balik teguran tersebut akan selalu menilainya sebagai teguran irasional.

Sementara mitos memiliki makna harfiah sebagai kepercayaan, keyakinan, mite, atau dongeng. Dengan demikian Mitos Jawa dapat dimaknai sebagai kepercayaan atau keyakinan masyarakat Jawa yang sulit dibuktikan secara riil dan rasional. Terdapat pula definisi yang menyatakan bahwa Mitos Jawa adalah cerita prosa masyarakat Jawa yang mengisahkan cerita berlatar belakang masa lampau, mengandung penafsiran tentang alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya, serta dianggap benar-benar terjadi oleh pemilik cerita dan penganutnya. Pengertian lebih luas, Mitos Jawa mengacu pada cerita tradisional Jawa.

Pamali dan Mitos Jawa, Salah Satu Identifikasi Masyarakat Jawa

Sebagaimana karya seni, sastra, dan tradisi; Pamali dan Mitos Jawa pula mengidentikkan ciri khas atau karakter masyarakat Jawa. Melalui Pamali Jawa, kita dapat mengetahui bahwa masyarakat Jawa tidak suka menegur anak, cucu, atau orang lain secara langsung; melainkan melalui sanepa (kiasan). Dari sini menunjukkan, bahwa masyarakat Jawa terlah mengajarkan agar setiap orang yang mendapatkan teguran untuk berpikir secara kritis atas makna di balik teguran itu.

Melalui Pamali Jawa, kita pula dapat menyimpulkan bahwa di lingkup masyarakat Jawa, terdapat kecenderungan bahwa sesuatu yang diungkapkan secara lisan belum tentu mengandung makna sebenarnya. Dari sini dapat ditunjukkan, bahwa masyarakat Jawa adalah masyarakat yang tidak suka berterus terang.

Sementara melalui Mitos Jawa, kita akan mengetahui bahwa masyarakat Jawa lebih menyukai kisah dongeng ketimbang kisah faktual. Sekalipun demikian, kisah dongeng yang sulit dibuktikan kebenarannya di alam riil tersebut tetap mengandung ajaran positif bagi orang Jawa apabila ditelisik secara mendalam.

Adapun ajaran positif yang terkandung di dalam Mitos Jawa, yakni agar setiap manusia untuk selalu menggunakan ilmu titen, yakni ilmu yang bersumber dari pengamatan atas kejadian berulang-ulang hingga dimitoskan. Sehingga dengan ilmu itu, orang Jawa untuk selalu berhati-hati di dalam menjalani kehidupannya. Di samping itu, Mitos Jawa pula memiliki ajaran positif bagi setiap manusia agar selalu meyakini bahwa di luar kekuatannya terdapat kekuatan lain yang bersifat gaib. Baik kekuatan Tuhan maupun kekuatan-kekuatan gaib lainnya.

-Sri Wintala Achmad-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun