SERAT Centhini yang disusun oleh R. Ng. Ranggasutrasna, R. Ng. Yasadipura II, R.Ng. Sastradipura, Pangeran Jungut Manduraja, dan Kiai Mohammad di bawah koordinasi RM Sugandi (Sri Susuhunan Pakubuwana IV) pada 1814 menyebutkan bahwa kuliner tradisi Jawa menurut proses pengolahannya terbagi menjadi 4 macam, yakni: pertama, kuliner yang sinujen (dijapit); kedua, kuliner yang binakar(dibakar); ketiga, kuliner yang ginoreng (digoreng); keempat, kuliner yang ginodhog (digodok).
Kuliner tradisi Jawa yang terbagi menjadi 9 jenis yang terdiri dari minuman, nasi, sayuran, lauk-pauk, lalapan, sambal, jenang, buah, dan kue tersebut bukan hanya enak di lidah saat dikonsumsi, namun pula mengandung makna filosofis yang dalam. Berikut sebagian dari kuliner Jawa yang memiliki makna filosofis:
Urap
http://menu-azib.blogspot.com/2016/09/resep-urap-bungkus-daun-pisang.html
Kata urap (nama lain dari gudhangan) berasal dari bahasa Jawa
urip yang artinya hidup. Orang hidup bukan sekadar mengacu pada raga, namun batin (
cipta,
rasa, dan
karsa). Dari sini bisa disebutkan bahwa kesempurnaan orang hidup harus menggunakan akal-budi di dalam mencapai tujuan mulia yang dibutuhkan raga.
Seseorang pula harus memenuhi kebutuhan batin. Karenanya, orang tersebut harus berupaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Sang Pemberi Hidup yang telah memberikan akal-budi dan kenikmatan tak terkira kepada setiap orang sehingga dapat memiliki kesadaran horisontal dan transendental.Â
Sayur lodheh
http://www.dapurkobe.co.id/sayur-lodeh-pedas
Bagi masyarakat Jawa, sayur lodheh disimbolkan sebagai sarana tolak balak. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari 12 bahannya, yakni: labu kuning, kacang panjang, terong, kluwih, daun so, kulit mlinjo, labu siam, pepaya muda, nangka muda, kobis, bayung, dan kecambah kedelai. Angka 12 yang terdiri dari 1 + 2 bila dijumlah menghasilkan angka 3. Menurut filosofi Jawa, angka 3 merupakan upaya untuk meraih kehidupan yang dilindungi Tuhan.
Sayur Bening
http://www.tokomesin.com/peluang-bisnis-sayur-bening-bayam-jagung-manis-dan-analisa-usahanya.html
Banyak orang Jawa memaknai sayur bening sebagai simbol kejernihan hati dan pikiran manusia. Maka dengan mengonsumsi sayur bening, manusia yang sedang kebingungan diharapkan dapat memeroleh petunjuk Tuhan sesudah jernih hati dan pikirannya.Â
Ketupat
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20170624131559-262-223915/mencari-beda-ketupat-lontong-dan-buras
Ketupat merupakan salah satu jenis kuliner berupa nasi yang dibungkus dengan anyaman janur (daun kelapa yang masih muda). Terdapat beberapa nama ketupat, yakni: luar, tumpeng, sinto, kodhok, panggang, beton, dan bata.
Dari ketujuh macam ketupat tersebut yang berukuran paling kecil adalah ketupat beton (dibuat dengan 1 helai janur). Ketupat yang berukuran besar adalah ketupat bata (terbuat dari 4 atau 8 helai janur). Sementara, ketupat luar, tumpeng, sinto, kodhok, dan panggang yang berukuran normal terbuat dengan 2 helai janur.
Cara membuat ketupat sangat mudah dan sederhana. Sesudah kerangka ketupat sudah dianyam dengan sempurna, isikan beras yang sudah dicuci dengan air ke dalamnya. Beras yang diisikan hanya memenuhi separoh dari seluruh ruangan kerangka ketupat. Hal ini dimaksudkan kalau beras sudah tanak di panci penggodokan dapat memenuhi seluruh ruangan kerangka ketupat.
Ketupat yang pertama kali diperkenalkan Sunan Kalijaga ini sangat umum dihidangkan pada saat hari lebaran. Sehingga Lebaran sering disebut dengan Bakda Kupat.
Ketupat yang berasal dari kata kupat (ngaku lepat) ini mengandung ajaran agar orang Jawa berani mengakui kesalahan yang disengaja atau tidak kepada orang lain. Sebab itu, hari lebaran dianggap sebagai waktu paling tepat untuk mengungkapkan kesalahan.
Selain itu, ketupat memiliki makna laku papat (empat laku) yang harus dilaksanakan orang Jawa. Laku papat tersebut, yakni: pertama, lebaran yang bermakna menyelesaikan puasa Ramadhan. Kedua, luberan yang bermakna melimpahkan rezeki kepada orang lain melalui sedekah. Ketiga, leburan yang bermakna saling memaafkkan. Keempat, laburan yang bermakna membangun kehidupan baru baik secara lahir maupun batin.
Endhog Abang
http://jogjaicon.blogspot.co.id/2012/09/endog-abang-atau-telur-merah-jajanan.html
Endhog abang (telor merah) merupakan kuliner yang hanya bisa didapatkan saat acara Sekaten dan Gerebek di Keraton Yogyakarta. Selain melambangkan kelahiran manusia yang masih berwujud bayi merah, endhog abang melambangkan kesejahteraan. Ujung batang bambu berdiameter 0,5 cm dan panjang 25-30 cm pada bagian atas yang menancap hingga menembus endhog abang melambangkan hubungan transendental antara manusia dengan Tuhan. Hiasan kertas pada bagian endhog abang melambangkan
dian (lampu) dan ujung batang bambu bagian bawah melambangkan kaki. Warna merah telor dan putih kertas melambangkan
bapa angkasa ibu pertiwi (ayah-ibu) yang merupakan muasal keberadaan manusia.
Dhawet
http://resepkomplitmasakankampung.blogspot.co.id/2014/09/resep-dawet-ayu-khas-banjarnegara.html
Dhawet merupakan minuman yang terbuat dari gula jawa, santan, dan cendhol. Pada pernikahan adat Jawa, dhawet tidak hanya dihidangkan di atas meja, namun disajikan sebagai rangkaian upacara pernikahan yang dikenal dengan
dodol dhawet (berjualan dawet). Upacara ini melambangkan kebulatan tekad orang tua untuk menjodohkan anak.
Para tamu undangan acara pernikahan diperkenankan membeli dhawet, tapi tidak dengan uang, melainkan dengan kereweng(pecahan genting). Apa yang dilakukan para tamu undangan pernikahan mengisyaratkan bahwa sumber kehidupan berasal dari bumi.
Ibu calon mempelai wanita melayani pembeli dhawet, sementara sang ayah menerima pembayaran. Hal ini mengajarkan kepada kedua mempelai yang akan menikah mengenai cara mencari nafkah yang harus dilakukan dengan saling tolong-menolong.
Kolak
http://blog.lezatacademy.com/manfaat-kolak-bagi-kesehatan-tubuh/
Kolak terbuat dari berbagai jenis umbi-umbian, yakni: ketela rambat dan singkong. Umbi-umbian tersebut sering disebut
pala kapendhem. Dari sini dapat dimaknai bahwa kolak mengajarkan bahwa setiap manusia kelak bakal dikubur sesudah kematiannya. Karenanya sebelum kematian itu tiba, hendaklah manusia melakukan kebajikan.
Pada umumnya, terdapat santan di dalam kolak. Santan yang dalam bahasa Jawanya disebut santen itu mengandung pengertian sing salah nyuwun pangapunten(yang bersalah harus meminta maaf). Baik kepada orang yang lebih tua maupun kepada yang lebih muda. Demikian pula, kepada Tuhan yang telah menciptakannya.
Jenang Sungsum
http://zatymuslim.blogspot.co.id/2017/09/bubur-sum-sum-di-hati.html
Jenang sungsum terbuat dari beras putih yang dicampur ketan dan sedikit ditaburi gula merah di atasnya. Selain warnanya yang putih bersih, jenang sungsum melambangkan kebersihan hati dan kesejahteraan. Jenang yang sering disuguhkan saat acara pernikahan ini dipercaya dapat mendatangkan kesehatan, berkah, dan kekuatan bagi pelaksana maupun panitia hajatan.
-Sri Wintala Achmad-
Lihat Travel Story Selengkapnya