AMSAL SEPASANG KUMBANG
Mencintai duri demi duri
Hingga memetik mawar
Kupelihara di jambanganmu
Dalam rumah kecilku
Di mana kita akan membagi madu
Dan saling merawat luka
Di atas ranjang sprei biru
Sebelum matahari kembali terbit
Sebagai duri di mawar waktu
TERAS RUMAH SIANG HARI
Anggrek ungu tanggal dari tangkai
Tak tercatat dalam buku harianmu
Lantaran, air mata sekadar tabungan awan
Melipatkusutkan mimpi bianglala
Pada musim kemarau berkepanjangan
Anggrek ungu ialah kematian tak terbaca
Selagi senja masih kereta di stasiun 12 yang
Bakal mengajarkan perpisahan sebagai persuaaan baru
Menggairahkan di perbatasan kota berkabut
Pada sudut jiwa paling rimba
DIALOG MENJELANG TIDUR
Waktu yang tertuang di dalam gelas
Kita tenggak semanis kopi
Selain kupas rahasia diri
Meski tiada tuntas
Selagi cinta masih kabut di luar
Kita nikmati saja perbincangan
Sembari mengenal arah angin
Diam-diam merambah malam
Tidurlah, adik
Buat belajar berpisah dan melupakan
Hingga pagi akan kita saksikan
Camelia mekar di pot sudut teras rumah?
-Sri Wintala Achmad-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H