Serat Musarar Jayabaya
TERDAPAT sumber yang mengatakan bahwa Serat Musarar Jayabaya digubah oleh Pangeran Wijil I (Pangeran Kadilangu II) pada sekitar tahun 1666-1668. Karya sastra yang menceritakan tentang Jangka Jayabaya (prediksi Prabu Jayabaya dari Kadiri) tersebut pula mengungkapkan perihal bakal datangnya Ratu Adil yang disertai dengan ciri-ciri dan tempat kemunculannya.
Banyak ciri yang melekat pada Ratu Adil. Menurut Serat Musarar Jayabaya, Ratu Adil yang dilambangkan sebagai putra Sang Hyang Bathara Indra itu berparas Kresna, berjiwa Baladewa, bergelar perwira perang, dan berpusaka trisula weda. Artinya, Ratu Adil yang bakal datang dengan membawa air kehidupan itu selalu pro aktif untuk hamemayu hayuning bawana (menjaga perdamaian dunia atau keselamatan alam) dengan berdasarkan kejujuran, spirit untuk membela kebenaran (membasmi angkara murka), serta selalu meletakan tiga pedoman utama -- ilmu, amal (karya nyata), dan iman pada Tuhan -- di dalam melaksanakan tugasnya sebagai abdi rakyat. Dus, Ratu Adil bukan sosok pemimpin yang suka disembah rakyat, melainkan selalu menyembah rakyat.
Lain dengan Wangsit Siliwangi yang menyebutkan bahwa Ratu Adil sang Budak Angon berkawan dengan Budak Janggotan, lain pula dengan Serat Musarar Jayabaya yang menyatakan bahwa Ratu Adil diasuh oleh Sabdapalon (sabda kang dipaelu/sabda yang dijadikan pedoman). Artinya, selama mengemban amanat rakyat sebagai pemimpin, Ratu Adil selalu berpedoman pada petunjuk-petunjuk sejati yang datang dari Tuhan.
Sebagaimana Wangsit Siliwangi, Serat Musarar Jayabaya pula menyebutkan bahwa Ratu Adil bakal muncul di seputar Gunung Perahu. Namun Serat Musarar Jayabaya tidak menyebutkan, bahwa kemunculan Ratu Adil di Lebak Cawene sebagaimana disebutkan oleh Wangsit Siliwangi, melainkan di sebelah barat tempuran. Sebuah titik pertemuan dari dua sungai.
Oleh sebagian pihak, ungkapan Ratu Adil yang akan muncul di sebelah barat tempuran tersebut tidak dimaknai secara harfiah. Pengertian esensial, bahwa Ratu Adil akan muncul manakala kedua kelompok yakni antara para pemimpin dan seluruh rakyat (Indonesia) yang dilukiskan dengan dua sungai berseberangan itu dapat bersatu ke dalam kesatuan (tempuran). Bila tidak, maka keadilan sekadar ucapan indah di ujung lidah.
Serat Sabdapalon
DISEBUTKAN oleh Serat Musarar Jayabaya bahwa kemunculan Ratu Adil akan disertai Sabdapalon. Sementara, Serat Sabdapalon menyebutkan bahwa Sabdaplon yang disebutkan dalam Serat Darmagandul lenyap di hadapan Prabu Brawijaya dan Sunan Kalijaga di Banyuwangi itu bakal muncul kembali ketika Gunung Merapi meletus dengan aliran lahar ke arah barat daya. Dengan demikian disimpulkan, kemunculan Ratu Adil akan ditandai dengan meletusnya Gunung Merapi. Â
Tidak hanya meletusnya Gunung Merapi yang bakal menandai datangnya Ratu Adil, melainkan pula berbagai macam bencana. Mengingat Serat Sabdapalon menyebutkan bahwa kehadiran Sabdapalon yang bakal menyertai Ratu Adil akan didahului dengan berbagai bencana, seperti: banjir bandang yang diakibatkan oleh kerusakan hutan serta hujan salah musim, puting beliung, gempa bumi tujuh kali sehari, dan banyak orang sakit akibat bencana yang terjadi.
Di samping berbagai rupa bencana, terdapat berbagai persoalan yang bakal menyengsarakan kehidupan rakyat sebelum kemunculan Ratu Adil dan Sabdapalon. Berbagai persoalan yang dicatat dalam Serat Sabdapalontersebut, antara lain: Â banyak pemimpin yang hanyut terbawa arus zaman gemblung, para pekerja merasa hasilnya tidak mencukupi karena harga mahal dan pendapatan sangat kecil, banyak pedagang dan petani menderita kerugian, tanah semakin tidak subur, manusia mengalami dekadensi moral, banyak pencurian dan praktik kejahatan lainnya, dll.
R.Ng. Ranggawarsita III