Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Ratu Adil", Wacana Kepemimpinan Indonesia

20 Maret 2018   07:09 Diperbarui: 21 Maret 2018   02:17 2421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

JAUH menjelang PILPRES (Pemilihan Presiden) di Indonesia, wacana Ratu Adil selalu mengemuka di lingkup masyarakat. Sebagian masyarakat yang pesimistik bilang, Ratu Adil hanya mitos dan tidak pernah ada di dunia nyata. Mengingat sejak era Medang periode Jawa Tengah hingga paska Kemerdekaan RI, tidak ada raja (pemimpin negara) sesempurna Ratu Adil bayangan mereka. Namun sebagian masyarakat lain yang optimistik memercayai bahwa Ratu Adil akan muncul di bumi nusantara. Dialah pemimpin yang memiliki sifat adil dan bijaksana. Tidak mengutamakan kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompoknya; melainkan selalu mendahulukan kepentingan seluruh rakyatnya.

Di lingkup masyarakat Jawa, wacana Ratu Adil bukan sekadar berakar dari keyakinan tanpa dasar. Pengertian lain, wacana tersebut bersumber dari beberapa karya sastra lama yang menyebutkan tentang bakal hadirnya sosok Ratu Adil. Beberapa karya sastra lawas yang mereka jadikan sumber, antara lain: Wangsit Siliwangi, Serat Musarar Jayabaya, Serat Sabdapalon, dan Serat Darmagandul. Di samping itu, R.Ng. Ranggawarsita III pula menyinggung tentang bakal hadirnya Ratu Adil yang memiliki julukan lain Sinatriya Pandhita Sinisihan Wahyu. Ksatria berjiwa brahmana yang mendapatkan pentunjuk Tuhan.

Wangsit Siliwangi

TIDAK ada sumber terpercaya yang menyebutkan siapa penulis dan tahun penulisan Wangsit Siliwangi. Sekalipun demikian, karya sastra lawas berbahasa Sunda itu sangat menarik bila digunakan sebagai acuan untuk memrediksi kapan datangnya Ratu Adil. Bahkan melalui karya sastra tersebut, kita akan mengetahui perihal ciri-ciri Ratu Adil dan tempat kemunculannya.

Menurut Wangsit Siliwangi, kemunculan Ratu Adil yang dikiaskan sebagai Budak Angon (Penggembala) akan ditandai dengan timbulnya huru-hara, bencana alam, perebutan tanah, dan kemunculan pemimpin gendut. Berikut adalah kutipan Wangsit Siliwangi yang menjelaskan tanda-tanda kemunculan Ratu Adil:

Engk, mun geus tmbong budak angon! Ti dinya loba nu ribut, ti dapur laju salembur, ti lembur jadi sanagara! Nu barodo jaradi glo marantuan nu garelut, dikokolotan ku budak buncireung! Matakna garelut? Marebutkeun warisan.[1] 


Bila merujuk pada tanda-tanda yang diungkapkan dari potongan Wangsit Siliwangi di muka, maka kemunculan Ratu Adil yang tidak disebutkan pasti kapan tahunnya itu sudah dekat. Mengingat peristiwa hura-hara; bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, kebakaran, dll; perebutan lahan; dan kemunculan para pemimpin rakus sudah tampak di depan mata di era Kalabendu ini. Era yang diwarnai dengan berbagai macam prahara hingga membawa kesengsaraan seluruh rakyat Indonesia.

Wangsit Siliwangi pula menandaskan, bahwa kemunculan Ratu Adil bakal ditandai dengan meletusnya Gunung Gede (Gunung Agung) yang diikuti tujuh gunung berapi. Namun tidak disebutkan di dalam karya itu, tentang gunung mana saja yang akan meletus sebagai tanda penyambutan atas kehadiran Ratu Kidul. Apakah salah satu dari gunung-gunung itu adalah Gunung Kelud, gunung di kawasan Kabupaten Kediri yang meletus saat kelahiran Hayam Wuruk (raja besar Majapahit) pada tahun 1334, dan meletus kembali saat kelahiran Soekarno pada tahun 1901? Wangsit Siliwangi tidak menyebutkan. Sekalipun, realita yang terjadi seolah-olah bisa dibenarkan menurut persepsi ilmu titen.

Disebutkan di muka. Selain tanda-tanda kemunculan Ratu Adil, Wangsit Siliwangi pula menjelaskan tentang ciri-ciri dan tempat kemunculannya. Salah satu ciri Ratu Adil yang sekilas disinggung di muka dikiaskan sebagai Budak Angon. Namun ia tidak menggembalakan kerbau, sapi, atau kambing; melainkan daun kering dan potongan pohon. Artinya, Ratu Adil akan memerbaiki keadaan negeri yang telah gersang karena hasil buminya telah digerogoti hama negara.

Selain  itu, Budak Angon yang diungkapkan oleh Wangsit Siliwangiberkawan dengan Budak Janggotan (pemuda berjanggut) tersebut bakal memerbarui segala sektor di dalam negeri dengan berpijak pada kearifan-kearifan timur. Karenanya banyak orang bilang, ajaran-ajaran para leluhur yang sekian ratus tahun terkubur akan digali kembali oleh Budak Angon guna menciptakan Indonesia Baru.

Lebih jauh Wangsit Siliwangi mengungkapkan bahwa Budak Angon yang berumah tinggal di belakang sungai dengan pintu setinggi batu dan tertutupi pohon handeuleum dan hanjuang bakal muncul di Lebak Cawene. Suatu lembah berbentuk cawan yang berada di seputar Gunung Perahu, Semarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun