Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akhir Riwayat Pohon Jambu

15 Maret 2018   13:24 Diperbarui: 15 Maret 2018   13:31 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waktu merangkak. Hingga aku dapat melupakan perkataan Kyai Mahmud tentang sepasang ular yang pernah bercinta di pohon jambu itu adalah jelmaan iblis. Aku pun telah melupakan perkataan Maimunah untuk menebang pohon itu. Dua hal yang aku ingat hanya pesan istriku untuk memetik subuah bila pohon itu berbuah, dan perintah arwah kakek istriku untuk tidak menebangnya.

Empat bulan kemudian. Pohon jambu di halaman depan rumah mulai berbuah. Sejak itu, aku mulai tak percaya dengan perkataan Maimunah. Pohon itu tetap berbuah jambu. Karenanya, aku memetik sebuah untuk istriku yang tengah hamil tua.

Dengan lahap, istriku menyantap buah jambu selepas senja. Karena sangat manisnya, istriku memintaku untuk memetik sebuah lagi. Sebagai suami setia, aku akan memenuhi permintaan istriku. Namun, tidak malam itu. Malam yang dilanda deras hujan, hingga pohon jambu sangat licin untuk dipanjat.

Teramat pagi, aku terbangun dari tidur. Tanpa mencuci muka terlebih dulu, aku keluar rumah untuk memetik buah jambu. Sesudah membuka pintu depan, aku tersentak. Manakala pohon itu telah ditebang oleh seorang yang belum aku ketahui identitasnya.

Tak jauh dari tonggak pohon jambu, sekian lama aku berdiri terpaku bagaikan patung garnit. Hingga tak aku ketahui, Kyai Mahmud telah berdiri di sampingku. Menurut orang yang dituakan di kampungku itu, kalau yang menebang pohon jambu adalah Maimunah.

"Dari mana Kyai tahu, kalau Maimunah yang menebang pohon jambu?"

"Sesudah hujan reda, aku keluar rumah. Melihat Maimunah menebang pohon itu. Dibantu suaminya."

Mendengar kesaksian Kyai Mahmud, aku bergegas pergi ke rumah Maimunah untuk meminta pertanggungjawaban. Selagi sampai di halaman rumahnya, tak aku temukan Maimunah. Hanya orang-orang yang mengatakan kalau Maimunah baru saja dilarikan suaminya ke rumah sakit. Kata seorang dari mereka, "Perut Maimunah menggelembung serupa balon. Ia terus memuntahkan darah yang bercampur biji-biji jambu."

***

Kabar buruk tentang Maimunah, aku sampaikan pada istriku. Mendengar kabar itu, istriku tersenyum dingin. Katanya, "Hukum Tuhan tak dapat dilawan. Siapa yang iri, keiriannya akan menjadi sebilah belati. Senjata yang  akan menikam tuannya sendiri."

"Aku tak tahu maksud di balik perkataanmu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun