Selain para arkeolog dan para sejarawan, beberapa literatur pula menyebutkan tentang asal-usul orang Jawa. Literatur kuna India menyebutkan bahwa orang Jawa (Nusa Kendang) di bawah kepemimpinan Aji Saka berasal dari India. Serat Kuna Keraton Malang menyebutkan bahwa asal-usul orang Jawa dari Negeri Rum (Turki) pada tahun 450 SM. Babad Jawa Kuna menyatakan bahwa asal-usul orang Jawa adalah seorang pangeran dari Kerajaan Kling. Sedangkan, Babad Tanah Jawa menyebutkan bahwa asal-usul orang Jawa adalah keturunan Sang Hyang Bathara Brama (raja Gilingwesi). Salah seorang putra Sang Hyang Bathara Guru dan masih trah Nabi Adam.
Pendapat Babad Tanah Jawa yang menyatakan bahwa orang Jawa merupakan keturunan Hyang Bathara Brama (trah Nabi Adam) didukung dengan silsilah orang-orang terhormat dan diluhurkan di Tanah Jawa sebagaimana dikutip di bawah ini:Â
Bagaimana Kepribadian Orang Jawa
SEBAGAIMANA orang timur, orang Jawa cenderung memerhatikan urusan imaterial (spiritual) ketimbang urusan material (fisikal). Sebab itu, agama dan aliran kepercayaan yang mengajarkan hubungan transendental antara manusia dengan Tuhan dapat tumbuh subur di Tanah Jawa.
Bila ditilik dari kecenderungannya terhadap dunia imaterial (spiritual), maka kepribadian orang Jawa sangat mencerminkan kecenderungannya tersebut. Karenanya, orang Jawa selalu mengutamakan laku batin yang dapat mendekatkan dirinya sebagai hamba dengan Tuhan.
Untuk mencapai hubungan transendental yang ideal, orang Jawa selalu mengondisikan jiwanya agar tetap tenang, tenteram, dan sentosa. Dengan demikian, orang Jawa akan memiliki kepribadian mengalah untuk mendapatkan kemenangan, ingat dan waspada, orang ngaya, sabar, dan sebagainya. Semua itu dilakukan demi terciptanya hubungan kosmis yang ideal.
Bagaimana Kebudayaan Orang Jawa
RARAM kebudayaan Jawa sangat banyak. Sungguhpun demikian, setiap produk kebudayaan Jawa niscaya mencerminkan kepribadian dan filsafat orang Jawa. Sehingga kebudayaan Jawa yang sarat dengan simbol-simbol tersebut cenderung mengajarkan tentang kearifan manusia. Kebudayaan Jawa pula mengajarkan perihal hubungan horisontal yakni antara manusia dengan manusia lain dan alam seisinya, serta hubungan transendental yakni antara manusia dengan Tuhan.
Beberapa ragam kebudayaan Jawa yang dapat diketahui, antara lain: kesusastraan, peribahasa, bahasa, aksara, aliran kepercayaan, upacara adat, kesenian, arsitektur, kuliner, busana adat, dan lain-lain. Namun sebagian dari ragam kebudayaan Jawa itu sudah punah. Dikarenakan sebagian orang Jawa yang merupakan pewarisnya sendiri mulai cenderung terpengaruh dengan budaya modern (barat). Akibatnya, mereka yang menganggap bahwa kebudayaan Jawa merupakan produk usang tersebut tidak lagi mau memertahankan kelestarian budaya Jawa.
Sementara, sebagian orang Jawa lainnya yang masih peduli dengan kebudayaan Jawa tetap melestarikan dan mengembangkan bentuknya tanpa mengubah nilai-nilai yang tersirat di dalamnya. Hal ini dilakukan agar kebudayaan Jawa tetap hidup dan berkembang di bumi kelahirannya. Â
Bagaimana Filsafat Orang Jawa