Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pro-Kontra Pertunjukan Wayang Purwa

6 Maret 2018   12:56 Diperbarui: 6 Maret 2018   15:24 1677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://download-wayang-kulit.blogspot.co.id/2017/04/ki-hadi-sugito-sombo-juwing_17.html

Wayang purwa merupakan salah satu produk seni tradisi yang sampai sekarang masih digelar di depan publik. Ini layak disyukuri. Mengingat banyak seni tradisi, semisal: emprak, dadung awuk, srandul, wayang beber, wayang tengul, dan masih banyak lain mengalami 'mati suri'.

Masih menggairahkannya pergelaran wayang purwa dikarenakan selalu mengalami inovasi pada berbagai unsur yang meliputi: bentuk wayang; alur cerita; kombinasi gagrak Yogyakarta dan Surakarta; sabetan; penampilan dua atau tiga dalang dalam satu, dua, atau tiga kelir; pelibatan artis (penyanyi dan pelawak) dalam adegan limbukan atau gara-gara; pencahayaan; dan musik pengiring.

Menyoal pendapat banyak orang yang menyoal inovasi di dalam pertunjukan wayang purwa selalu mengundang kontroversi -- pro dan kontra. Pihak yang pro mengatakan, "Inovasi sangat diperlukan. Agar seni wayang purwa senantiasa hidup nut jaman kelakone (mengikuti zaman). Pihak yang kontra mengklaim, "Inovasi merusak pakem. Suatu aturan baku yang diadiluhungkan di dalam pergelaran wayang purwa."

Dalam hal ini, saya tidak bermaksud membenarkan atau menyalahkan pernyataan dari pihak yang pro atau yang kontra terhadap inovasi di dalam pertunjukan wayang purwa, melainkan sekadar menunjukkan bahwa inovasi tersebut sebenarnya telah dimulai oleh Ingkang Suwargi Ki Suparman (Sleman) dan Ingkang Suwargi Ki Hadi Sugito (Kulon Progo).

http://download-wayang-kulit.blogspot.co.id/2017/04/ki-hadi-sugito-sombo-juwing_17.html
http://download-wayang-kulit.blogspot.co.id/2017/04/ki-hadi-sugito-sombo-juwing_17.html
Ki Suparman, dalang terkenal berkat sulukan-nya yang kung tersebut telah melakukan inovasi dengan menampilkan bentuk wayang terbaru, semisal: Togog Bilung, Gareng, Petruk, dan Bagong. Bahkan Ki Suparman bernyali memerkenalkan wayang motor cross yang sering dikendarai Petruk.

Sementara Ki Hadi Sugito, dalang kondang karena kecanggihannya dalam antawacana dan sense of humor-nya tersebut pula melakukan inovasi. Di mana unsur komedial yang dimaksudkan guna menjaga suasana segar sepanjang pertunjukan (baik lakon carangan maupun babad) tersebut tidak hanya melalui tokoh-tokoh punakawan atau emban, Durna, Sarja Kusuma, Durmagati, Citraksi, Sengkuni, Dursasana, Burisrawa, Pragota, Udawa, Antasena, Wisanggeni, Yamadipati, atau Narada; melainkan melalui tokoh-tokoh ksatria dan raja berkarakter halus, seperti: Setyaki, Pancawala, Kresna, Puntadewa, Baladewa dan lain-lain.

https://www.antaranews.com/foto/98910/gelar-maha-karya-ki-nartosabdo/2
https://www.antaranews.com/foto/98910/gelar-maha-karya-ki-nartosabdo/2
Inovasi di dalam pertunjukan wayang purwa tidak hanya dilakukan oleh dua dhalang Yogyakarta tersebut, melainkan pula oleh Ingkang Suwargi Ki Narto Sabdo (Semarang), Ki Anom Suroto dan Ki Manteb Sudarsono (Surakarta), serta Ki Enthus Susmono (Tegal). Ki Narto Sabdo, seorang dalang yang senantiasa menggelar pertunjukan wayang purwanya dengan gagrak Surakarta tersebut pula melakukan inovasi. Namun sentuhan invovasi Ki Narto Sabdo sekadar pada pengenalan gending-gending dolanan karyanya sewaktu adegan limbukan atau saat para punakawan yang menyertai Arjuna atau Abimanyu dalam pengembaraan di rimba-raya itu tengah bersuka-cita.

http://poskotanews.com/2016/04/14/hut-ke-45-pepadi-pentaskan-dalang-ki-anom-suroto-di-tmii/
http://poskotanews.com/2016/04/14/hut-ke-45-pepadi-pentaskan-dalang-ki-anom-suroto-di-tmii/
Inovasi pertunjukan wayang yang dilakukan Ki Anom Suroto yakni dengan melibatkan artis seperti penyanyi dan pelawak sebagai partner di dalam membangun suasana segar penuh humor pada saat adegan limbukan dan gara-gara. Di samping itu, Anom Suroto acapkali melibatkan Ki Bayu Aji Pamungkas putranya untuk memainkan sabetan perang yang sangat menakjubkan.

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Wayang_Performance.jpg
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Wayang_Performance.jpg
Lain Ki Anom Suroto, lain Ki Manteb Sudarsono. Dalang syetan itu telah melakukan inovasi besar-besaran di dalam pertunjukan wayang purwanya. Beberapa inovasi yang beliau lakukan, di antaranya: sabetan dan penambahan unsur pencahayaan dan sound effect saat adegan perang, gara-gara, dan adegan-adegan dramatik lainnya. Ki Manteb Sudarsono pula sering melibatkan artis pada saat adegan limbukan dan gara-gara.

Inovasi yang terkesan gila-gilaan di dalam pertunjukan wayang purwa dilakukan oleh Ki Enthus Susmono. Karena selain inovasi yang sebagaimana Manteb lakukan, Ki Enthus Susmono yang terkadang dibantu para wiyaga selalu memertontonkan sikap 'kejam' kepada tokoh-tokoh berkarakter jahat, seperti: melempar, memukuli, mencabik-cabik, dan mencacah-cacahnya di atas kotak engan senjata tajam. Hal yang terkesan sensasional, di mana Ki Enthus Susmono sering menampilkan tokoh raksasa setinggi 3 meter di hadapan para penonton.

http://thoqoynwa.blogspot.co.id/2011/08/ppap-pulogadung-bersyukur.html
http://thoqoynwa.blogspot.co.id/2011/08/ppap-pulogadung-bersyukur.html
Inovasi pertunjukan wayang purwa yang dilakukan oleh beberapa dalang di muka memiliki pengaruh pada beberapa dalang lainnya, semisal: Ki Seno Nugroho, Ki Edi Suwondo, Ingkang Suwargi Ki Sukoco, Ki Warseno Slank dan lain-lain. Sehingga penampilan para dalang tersebut terkesan mengikuti trend inovatif yang dilakukan oleh para dhalang pendahulunya.

Dari uraian di muka dapat ditangkap bahwa inovasi di dalam pertunjukan wayang purwa mulai disentuh oleh Ki Suparman dan Ki Hadi Sugito (dua dalang segenerasi Ingkang Suwargi Ki Timbul Hadi Pratyitno dan Ingkang Suwargi Ki Sugi Cermo Sardjono). Sekalipun hasil inovasi keduanya belum setotal yang dilakukan oleh Ki Manteb Sudarsono dan Ki Enthus Susmono.

Sekalipun demikian, kritik dari pihak yang kontra terhadap inovasi pertunjukan wayang purwa seyogianya tidak dituduh sebagai bentuk keirihatian pasar. Pengertian lain, kritik tersebut musti dimaknai sebagai kendali agar pertunjukan wayang purwa bukan sekadar obyek tontonan, namun sebagai media tuntunan yang memiliki tatanan.

.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun