Setiap umat manusia hendaklah selalu berjalan sepanjang jalan kejujuran. Apa yang diucapkan dan yang dilakukan harus selaras dengan suara hati. Dengan cara demikian, umat manusia akan mendapatkan terang batin dan petunjuk dari Tuhan. Jauh dari kegelapan yang menyebabkan hidup terperosok ke dalam jurang kesengsaraan.
Ini merupakan salah satu pertanyaan penting dari temanku sepekan silam. Pertanyaan yang bukan sekadar dijawab kalau Sunan Bonang merupakan salah seorang anggota Majelis Dakwah Walisanga (MDW), namun pertanyaan itu membutuhkan jawaban yang berkaitan dengan silsilah, darma-baktinya terhadap negara, darma-baktinya terhadap agama, serta darma-baktinya terhadap kesenian dan kesusastraan Jawa.Â
Sunan Bonang yang bernama asli Syekh Maulana Makhdum Ibrahim itu merupakan salah seorang putra Sunan Ampel (Sayyid Ali Rahmatullah) dan Dewi Candrawati (Nyai Ageng Manila). Sesudah menjadi anggota MDW, nama Sunan Bonang lebih dikenal oleh kaumnya ketimbang nama Syekh Maulana Makhdum Ibrahim.
Kepada pemerintahan Raden Patah di Kesultanan Demak Bintara, Sunan Bonang selalu memberi dukungan baik secara fisikal maupun spiritual. Karenanya tidak heran, kalau Sunan Bonang memiliki kewajiban sebagai pimpinan pasukan Demak dan memberikan bantuan harta-benda dan pemikiran atas berdirinya Masjid Agung Demak.
Diketahui pula bahwa Sunan Bonang memiliki perhatian khusus terhadap dunia seni dan kesusastraan Jawa. Karena selain menggunakan bonang (salah satu alat musik tradisional Jawa) ketika melaksanakan syiar Islam, Sunan Bonang juga mencipta syair lagu dan tembang Jawa (macapat). Karya-karyanya yang masih bisa terlacak hingga sekarang, yakni: lelagon Tamba Ati dan Suluk Wragul.
Tamba Ati
Suluk Wragul
Sebagai salah satu genre karya sastra Jawa, Suluk Wragul karya Sunan Bonang yang berupa tembang macapat itu bukan sekadar berbentuk rangkaian kata-taka indah, namun pula mengandung makna yang bermanfaat bagi manusia yang selalu mencari ilmu sejati di dalam hidupnya.
Di dalam jagad sastra Jawa, Suluk Wragul bisa dikategorikan sebagai salah satu karya yang mengandung ajaran-ajaran atau peringatan-peringatan, di antaranya: pertama, manusia harus bisa membaca dan berkaca (berintrospeksi) diri yang dapat menjadikannya tidak mudah mencela dan menelisik kelemahan orang lain. Selain itu, manusia juga tidak akan suka meremehkan orang lain yang hidupnya serba sederhana dan tampak sengsara. Â
Kedua, manusia hendaklah selalu berjalan sepanjang jalan kejujuran. Apa yang diucapkan dan yang dilakukan harus selaras dengan suara hati. Dengan cara demikian, manusia akan mendapatkan terang batin dan petunjuk dari Tuhan. Jauh dari kegelapan yang menyebabkan hidup terperosok ke dalam jurang kesengsaraan.
Ketiga, kalau manusia berhasrat untuk mengawali laku hidup yang baru, hendaklah selalu bertanya kepada orang-orang yang paham dan tuntas ilmu-pengetahuannya. Dengan cara demikian, laku hidup yang dijalankan tidak akan tersesat. Namun, laku hidup itu akan mencapai suatu tempat atau titik tujuannya.
Keempat, terdapat dua hal di dalam melakukan pujian kepada Tuhan yang wajib dipahami oleh manusia. Pujian akan dikabulkan Tuhan, kalau manusia selalu percaya adanya dzat yang dipuji di dalam sembahyang. Manusia harus yakin kalau pujian yang diucapkan oleh mulut itu keluar dari hati yang suci. Bersatunya mulut dan hati di dalam melakukan pujian itu yang akan menjadi sarana hidup bahagia di dunia dan di alam keabadian.
Catatan Akhir          Â
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belulang. Peribahasa ini ternyata bukan isapan jempol belaka. Sebab itu, sekalipun  Sunan Bonang sudah tinggal di alam keabadian, namun karya-karyanya yang diwariskan kepada anak-cucu masih menjadi cahaya terang di waktu malam yang tengah diliputi awan kelam.
Catatan:
1) Terjemahan lelagon Tamba Ati: //Obat  hati itu terdiri dari lima macam/pertama membaca Qur'an dan memahami maknanya/kedua melakukan salat malam/ ketiga berkumpul dengan orang sholeh/keempat melakukan puasa/kelima membaca dzikir malam yang lama/salah seorang yang bisa melaksanakan/ semoga Tuhan Allah mengabulkannya//.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H