Kedua, manusia hendaklah selalu berjalan sepanjang jalan kejujuran. Apa yang diucapkan dan yang dilakukan harus selaras dengan suara hati. Dengan cara demikian, manusia akan mendapatkan terang batin dan petunjuk dari Tuhan. Jauh dari kegelapan yang menyebabkan hidup terperosok ke dalam jurang kesengsaraan.
Ketiga, kalau manusia berhasrat untuk mengawali laku hidup yang baru, hendaklah selalu bertanya kepada orang-orang yang paham dan tuntas ilmu-pengetahuannya. Dengan cara demikian, laku hidup yang dijalankan tidak akan tersesat. Namun, laku hidup itu akan mencapai suatu tempat atau titik tujuannya.
Keempat, terdapat dua hal di dalam melakukan pujian kepada Tuhan yang wajib dipahami oleh manusia. Pujian akan dikabulkan Tuhan, kalau manusia selalu percaya adanya dzat yang dipuji di dalam sembahyang. Manusia harus yakin kalau pujian yang diucapkan oleh mulut itu keluar dari hati yang suci. Bersatunya mulut dan hati di dalam melakukan pujian itu yang akan menjadi sarana hidup bahagia di dunia dan di alam keabadian.
Catatan Akhir          Â
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belulang. Peribahasa ini ternyata bukan isapan jempol belaka. Sebab itu, sekalipun  Sunan Bonang sudah tinggal di alam keabadian, namun karya-karyanya yang diwariskan kepada anak-cucu masih menjadi cahaya terang di waktu malam yang tengah diliputi awan kelam.
Catatan:
1) Terjemahan lelagon Tamba Ati: //Obat  hati itu terdiri dari lima macam/pertama membaca Qur'an dan memahami maknanya/kedua melakukan salat malam/ ketiga berkumpul dengan orang sholeh/keempat melakukan puasa/kelima membaca dzikir malam yang lama/salah seorang yang bisa melaksanakan/ semoga Tuhan Allah mengabulkannya//.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H