Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menguak Simbol dan Misteri Merapi

4 Maret 2018   17:48 Diperbarui: 4 Maret 2018   18:20 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BAGI masyarakat Jawa, Gunung Merapi yang sebagian berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebagian lainnya berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah tersebut selalu disimbolkan dengan Bapa(lingga/proton). Sementara, Laut Selatan disimbokan dengan biyung (yoni/elektron). 

Gunung Merapi dan Laut Selatan dihubungan oleh Sungai Boyong (Sungai Code) yang mengalir di sebelah timur Keraton Kesultanan Yogyakarta. Dari sini, Keraton Kesultanan Yogyakarta berperan sebagai penghubung antara Gunung Merapi-Laut Selatan, bapa-biyung, atau proton-elektron (netron). Sehingga dimaknai bahwa Keraton Kesultanan Yogyakarta sebagai sumber cahaya (kehidupan) atau pusat kebudayaan bagi seluruh kawula Yogyakarta.

Sungai Boyong (sumber:https://teamtouring.net/green-kayen-sleman.html)
Sungai Boyong (sumber:https://teamtouring.net/green-kayen-sleman.html)
Keraton Kesultanan Yogyakarta (sumber: https://www.sahwahita.com/kehidupan-keseharian-di-keraton-surakarta-dan-keraton-yogyakarta/)
Keraton Kesultanan Yogyakarta (sumber: https://www.sahwahita.com/kehidupan-keseharian-di-keraton-surakarta-dan-keraton-yogyakarta/)
Laut Selatan (sumber: https://news.okezone.com/read/2017/05/15/525/1691224/bpbd-ombak-di-laut-selatan-garut-berbahaya)
Laut Selatan (sumber: https://news.okezone.com/read/2017/05/15/525/1691224/bpbd-ombak-di-laut-selatan-garut-berbahaya)
Sebagai gunung sakral, Merapi yang sangat anggun bila disaksikan dari kejauhan tersebut pula dianggap oleh masyarakat Jawa menyimpan segudang misteri. 

Tentu saja, kemisteriusan Gunung Merapi senantiasa berkaitan dengan hal-hal yang bersifat gaib. Sekalipun hampir setiap gunung di Jawa memiliki misteri, namun kemisteriusan Gunung Merapi memiliki perbedaaan. Hal ini telah diungkapkan oleh para pendaki Gunung Merapi serta orang-orang pintar. Menurut mereka, Gunung Merapi menyimpan tiga misteri yang telah terkuak yakni Ingkang Mbaureksa (penunggu gunung), Pasar Bubrah, dan awan Mbah Petruk.  

Ingkang Mbaureksa

Menurut para pendaki gunung dan orang-orang pintar, Ingkang Mbaureksa yang dikenal para Eyang Merapi tersebut adalah para petinggi bangsa makhluk halus di Merapi. Dikatakan para Eyang Merapi karena penjaga Merapi yang berjenis makhluk tersebut bukan hanya satu, melainkan sembilan. Di mana dalam konsep kejawen, sembilan merupakan bilangan yang menyimbolkan kesempurnaan. Adapun kesembilan Ingkang Bhaureksa Merapi adalah Eyang Merpai, Kiai Sapu Jagad, Kiai Megantara, Nyai Gadungmlati, Kiai Antaboga, Mbah Petruk, Kiai Sapu Angin, Kiai Wolawali, dan Kiai Kartadimejo.

http://www.tribunnews.com/regional/2010/10/30/masih-75-juta-kubik-lahar-ada-di-perut-merapi
http://www.tribunnews.com/regional/2010/10/30/masih-75-juta-kubik-lahar-ada-di-perut-merapi
Persepsi yang diutarakan oleh orang-orang pintar bahwa Eyang Merapi merupakan raja yang menguasai Keraton Merapi. Kiai Sapu Jagad bertugas menentukan apakah Gunung Merapi meletus atau tidak. Kiai Megantara dipercaya sebagai pengendali cuaca di Gunung Merapi. 

Nyi Gadung Melati dipercaya sebagai pimpinan para makhluk halus wanita dan bertugas menjaga kesuburan tanaman di sekitar Gunung Merapi. Kiai Antaboga dipercaya sebagai makhluk halus yang menjaga keseimbangan Gunung Merapi. Mbah Petruk dipercaya sebagai pemuka jin yang akan memberi tanda tentang kapan Merapi akan meletus. Kiai Sapu Angin dipercaya sebagai pengatur arah angin. Sementara, Kyai Wola-Wali dipercaya sebagai penjaga teras Keraton Merapi.

Ingkang Mbaureksa Gunung Merapi yang terakhir adalah Kiai Kartadimejo. Menurut masyarakat setempat, Kiai Kartadimejo yang dipercaya sebagai komandan pasukan makhluk halus dan menjaga semua hewan di Merapi tersebut sering mendatangi rumah-rumah penduduk.

Pasar Bubrah

Misteri Gunung Merapi yang cukup dikenal oleh masyarakat luas yakni Pasar Bubrah. Mbah Marijan (almarhum), Merapi selalu menggelar Pasar Bubrah pada setiap Malam Jumat Kliwon. Pendapat Mbah Marijan ini telah dibuktikan oleh beberapa pendaki gunung.

https://hikeers.blogspot.co.id/2016/12/jalur-pendakian-gunung-merapi-via-selo.html
https://hikeers.blogspot.co.id/2016/12/jalur-pendakian-gunung-merapi-via-selo.html
Bagi setiap orang yang ingin membuktikan adanya Pasar Bubrah harus berada di sekitar lereng Gunung Merapi. Bila mendapat izin dari Tuhan, mereka akan mendengarkan alunan gendhing Jawa yang kemudian diikuti dengan keriuhan pasar seperti suasana pasar di alam manusia.

Awan Mbah Petruk

Sebelum erupsi Merapi pada awal November 2010, masyarakat sempat digemparkan oleh penampakan awan Mbah Petruk yang berhasil ditangkap oleh kamera salah satu warga Magelang bernama Suswanto.

https://www.viva.co.id/berita/nasional/186229-mbah-petruk-dan-potensi-letusan-utama-merapi
https://www.viva.co.id/berita/nasional/186229-mbah-petruk-dan-potensi-letusan-utama-merapi
Terdapat cerita menarik yang beredar di masyarakat tentang awan Mbah Petruk yang terlihat berpaling ke kanan. Menurut kepercayaan penduduk, awan Mbah Petruk yang menoleh ke kanan tersebut melambangkan kemarahan rakyat kepada pemimpinnya.

Awan Mbah Petruk yang mengarah ke selatan juga dimaknai sebagai pertanda bahwa kemarahannya akan difokuskan ke wilayah selatan Gunung Merapi. Akhirnya pada tanggal 5 November 2010 silam, terjadilah erupsi dengan letusan dahsyat dan menimbulkan banyak korban. Terutama mereka yang tinggal di sebelah selatan Merapi.

Catatan:

Naskah ini ditulis dengan mengacu berbagai sumber.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun