Dalam sejarah perpuisian di Yogyakarta layak dicatat bahwa event paling spektakuler sejak era Persada Studi Klup (PSK) hingga sekarang adalah Peluncuran Antologi Puisi Penyair Yogyakarta Tugu di Purnabudaya, Yogyakarta, pada tahun 1986. Peluncuran antologi puisi suntingan Linus Suryadi Ag yang disertai gelar baca puisi selama 7 malam oleh para penyair Yogyakarta tersebut memunculkan nama Joko Pinurbo. Penyair termuda kelahiran 11 Mei 1962 yang sekarang dikenal oleh publik sastra dengan nama Jokpin.
Sejak event Peluncuran Antologi Puisi Tugu, Jokpin mulai dikukuhkan keberadaannya oleh publik sastra sebagai penyair. Mengingat pada masa itu, terdapat asumsi bahwa seorang pencipta puisi yang terlibat di dalam Antologi Puisi Tugu dan membacakan puisi-puisinya di Purnabudaya diakui publik sastra sebagai penyair. Asumsi ini mengakibatkan beberapa penyair yang sudah memublikasikan karya-karyanya di media massa namun tidak terlibat di dalam event tersebut merasa tidak diakui eksistensinya. Spirit kreativitas mereka yang semula menyala-nyala tiba-tiba meredup.
Karya dan Penghargaan
Karya-karya puisinya yang dimuat di berbagai media massa tersebut kemudian diantologitunggalkan oleh Jokpin dan diterbitkan oleh beberapa penerbit mayor di Indonesia. Beberapa antologi puisi tunggal Jokpin yang sudah terbit, antara lain: Celana (IndonesiaTera, Magelang, 1999); Di Bawah Kibaran Sarung (Indonesia Tera, Magelang, 2001); Pacarkecilku (Indonesia Tera, Magelang, 2002); Telepon Genggam (Kompas) Jakarta, 2003); Kekasihku (Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2004); Pacar Senja: Seratus Puisi Pilihan (Grasindo, Jakarta, 2005); Kepada Cium (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007); Celana Pacar kecilku di Bawah Kibaran Sarung (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007); Tahilalat (Omahsore, Yogyakarta, 2012); Haduh, Aku di-Follow (Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2013) Baju Bulan: Seuntai Puisi Pilihan (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2013).
Berkat kegigihan di dalam kreativitas puisi, Jokpin mendapatkan banyak penghargaan, antara lain: Puisi Terbaik Dewan Kesenian Jakarta, Hadiah Sastra Lontar, Sih Award, Khatulistiwa Literary Award. Berkat prestasinya, Jokpin diundang baca puisi di tingkat internasional dalam event Festival Puisi Antarbangsa Winternachten Over-zee 2001 di Jakarta, Festival Sastra/Seni Winternachten 2002 di Belanda, Forum Puisi Indonesia 2002 di Hamburg, Jerman, dan Festival Puisi Internasional-Indonesia 2002 di Solo, dll.
Kepribadian Jokpin
SEBAGAI penyair, Jokpin terbilang sukses. Kesuksesan Jokpin ini tidak bisa lepas dari loyalitas dan konsistensinya di dalam proses kreatifnya. Melalui karya-karyanya dapat tertangkap bahwa Jokpin memiliki ciri khas dan gaya puitiknya yang tidak dimiliki oleh para penyair lain. Hal ini yang mendongkrak karirnya hingga dirinya pantas diakui sebagai penyair Indonesia.
Perkembangan karirnya yang dimulai sejak Peluncuran  Antologi Puisi Tugu (1986) hingga sekarang tersebut tidak bisa dipisahkan dengan kepribadiannya. Di mana Jokpin yang memiliki nama besar sebagai penyair Indonesia tersebut senantiasa berpenampilan sederhana, tidak sombong, dan selalu akrab dengan kawan-kawan penyairnya. Hanya dengan kerendah-hatiannya, Jokpin terus belajar di dalam upaya meningkatkan kualitas karya-karyanya.
Dari proses belajar yang tidak pernah surut, Jokpin mampu mencipta genre sastra selain puisi, semisal cerpen atau esai. Dua genre sastra yang tidak pernah disentuh semasih Jokpin masih suntuk di bidang garap penciptaan puisi. Dari sini dapat ditangkap bahwa puisi merupakan modal utama di dalam mencipta karya sastra bergenre lain dengan kualitas yang tidak disangsikan. Mengingat dengan kemampuannya di dalam penciptaan puisi, Jokpin dapat menggubah karya sastra dari genre lain dengan ide-ide brilian yang dituangkan melalui ketepatan diksi dan efektivitas kalimat. Sehingga karya-karya cerpen dan esai Jokpin terkesan kental, khas, dan memberikan pencerahan kepada pembaca. Tugas ini yang paling penting bagi seorang kreator sastra.