Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perupa Bunga Jeruk antara Kemiskinan dan Gender

25 Februari 2018   18:52 Diperbarui: 26 Februari 2018   02:01 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai perupa, Bunga Jeruk telah melahirkan banyak karya bertema wanita, semisal: Arisan (watercolor on paper, 1994); Nyonya (watercolor on paper, 1994); Cara untuk Cantik kok Repot (water color on paper, 1996); Degrees of Beauty (watercoalor on paper, 1996); Darma Wanita (oil on canvas, 1997); The Ministers Wife's Party(oil on canvas, 1997); Koin Ajaib (oil on canvas, 2001); Ari Ingin Punya Anak Lagi (oil on canvas, 2001); dan karya-karya tiga dimensinya: The Beauty Myth (1996), Joining the Cult (1999), dll. Namun karya-karyanya tersebut tidak mencerminkan bahwa dia berada di bawah panji-panuji emansipasi wanita yang realitasnya masih salah kaprah. 

Sebaliknya, Bunga Jeruk mengritisi perihal emansipasi wanita yang hanya dimanifestasikan sebatas aktivitas arisan, pesta, dan pergi ke salon kecantikan. Karenanya, ia menandaskan bahwa pengentasan nasib wanita tergantung pada diri sendiri di dalam mencapai kemandirian melalui potensi, kecerdasan, kebijakan, dan kesadaran atas kodratnya.

Sikap atau kredo berkesenian di muka merupakan suatu pilihan arif Bunga Jeruk yang tidak mudah larut dengan sejarah kelam hidup yang melatarbelakangi proses kreatif dan kodratnya sebagai wanita. Melainkan, dia telah sanggup memaknai pengalaman dan kondisi fisiknya tersebut sebagai karunia Illahi yang dijadikan bekal untuk membaca makna hidup. Inilah sikap bijak Bunga Jeruk yang layak dipuji dan dapat dijadikan inspirasi bagi perupa wanita lain.

Kiprah kreatif Bunga Jeruk di tengah belantika seni rupa Indonesia laik diapresiasi. Tentu saja, apresiasi obyektif yang berdasarkan asumsi bahwa dia telah sampai pada pemahaman peran kreator yang menghadirkan karya-karyanya bukan sebagai medium pencurahan dendam masa silam atau sikap politis gender yang naif. Melainkan, karya-karyanya tersebut bisa dipahami sebagai refleksi kesadarannya terhadap makna hidup yang disarikan dari seluruh pengalaman empiriknya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun