Karya-karya dengan komposisi garis-garis liar namun terbentuk secara dinamis dan bernuansa ekspresif terdapat pada karya Main Street India dan Ke Roma (oil on canvas, 125 x 99 cm - 1977). Karya-karya naturalis yang diabstraksikan Affandi tersebut bukan sekadar memotret, melainkan mengekspresikan situasi buruk di dua negara yang pernah dikunjunginya. Ini dapat disaksikan melalui pelukisan ketidakberdayaan becak, bendi-bendi yang ditarik kuda, dan sapi di salah satu jalan raya India, serta matahari biru bak pembunuh berdarah dingin yang mengambang di atas bangunan negeri Roma.
Karya-karya bergaya senapas Potret Diri, Aku Mengisap Pipa, serta Main Street Indiadan Ke Roma tentu masih banyak jumlahnya. Karenanya, pengajian dari para kritikus atau apresian atas karya-karya senapas lainnya sangat diharapkan. Agar publik dapat mengenal jauh perihal sang maestro yang selama ini sekadar mendengar namanya saja.
Sisi Lain Affandi
DIAKUI oleh banyak apresian bahwa sebagian karya Affandi bergaya realis dekoratif. Melalui gaya yang ditekuni pada awal proses kreativitasnya, saya dapat mengenal lebih jauh tentang Affandi. Di mana selama meniti proses kreativitasnya, sang maestro tidak terjebak ke dalam lembah stagnasi. Beliau tetap berhelat dengan kerja eksplorasi. Hingga gaya naf ekspresionisnya yang mampu menggetarkan dunia seni rupa itu, beliau jadikan pilihan terakhir hingga tutup usia.
Melalui karya-karya realis dekoratifnya, saya menangkap keugaharian, keperkasaan, ketegasan dan kesantunan Affandi di dalam menyikapi kehidupan, serta kecintaan Affandi dengan negara, bangsa, dan keluargaanya. Kecintaannya pada bangsa dan negara direfleksikan melalui karya A Captured Spy. Visualisasi sosok lelaki pribumi yang telah mengkhianti perjuangan bangsanya sendiri itu harus ditindak tegas. Keadilan harus ditegakkan, kalau kemerdekaan yang merupakan embrio kesejahteraan seluruh bangsa bukan sekadar slogan kosong dari calon-calon pemimpin Negara.
Dalam kehidupan, Affandi tidak sekadar membanggakan keberadaannya yang divisualkan melalui karya-karya potret dirinya. Beliau juga membanggakan keberadaan keluarganya. Hal ini direfleksikan melalui beberapa karya yang memvisualkan anggota keluarga dan putrinya, seperti: Little Kartika, Kartika Wears Kebaya, Portrait with My Daughter, dll.
Karya realis dekoratif Affandi memang tampak ugahari. Namun, pemvisualan simbolis bunga kamboja di kepala Kartika kecil (Little Kartika) merupakan nilai atau makna yang memberikan bobot karya tersebut. Saya pula menangkap bahwa pemvisualan simbol bunga kamboja dapat dimaknai sebagai wasiat luhur sang maestro yang mengajarkan kepada putrinya untuk berjiwa semekar, seputih, dan sewangi kamboja.
Dari sini, saya semakin paham perihal bagaimana Affandi mengajarkan kepada Kartika putrinya. Tidak melalui kata-kata keras sebagaimana kawan saya saat melarang anak-anaknya untuk tidak mencoretmoreti dinding ruang tamunya, melainkan melalui bahasa simbol. Pesan tersirat dengan mengacu bahwa terealisasinya maksud seseorang tanpa harus melukai atau menyinggung pihak yang dituju. Ibarat: Entuk iwake, nanging ora buthek banyune (mendapatkan ikannya, tetapi tidak memperkeruh airnya).
Dengan demikian kemaestroan Affandi di dalam belantika seni lukis tidak sekadar terletak pada nilai-nilai estetik, melainkan pesan moral yang tersirat di balik visualisasi karyanya. Di samping itu, spirit eksplorasi dan konsistensi Affandi di dalam menekuni bidang seni lukis dicatat sebagai salah satu legitimasi yang memerkokoh gelar kemaestroannya.
Apa yang saya uraikan ini tidak dimaksudkan sekadar mengenang Affandi, pelukis yang telah damai di alam kelanggengan. Lebih dari itu, saya bermaksud memerkenalkan kepada generasi, terutama anak-anak yang tidak memiliki kesempatan mengenal sosok Affandi dan belum menyaksikan karya-karyanya. Maksud yang diarahkan agar anak-anak mampu meneladani spirit kreatif dan mengambil nilai atau makna di balik karya Affandi tersebut adalah penting. Sebagaimana pentingnya sewaktu saya memerkenalkan anak-anak perihal spirit, nilai, atau makna perjuangan dari para pahlawan Indonesia.
Sosialisasi kemaestroan Affandi dan karya-karyanya layak dilakukan oleh para pendidik di dunia akademis. Ini dimaksudkan agar anak didik di dalam mengembangkan kepribadiannya tidak semata berorientasi pada spirit, nilai, atau makna perjuangan para pahlawan. Melainkan para seniman yang pula memiliki andil besar di dalam berperan serta membangun citra Indonesia di lingkup internasional. "Maka jangan heran! Seniman di negara maju mendapatkan penghargaan dari pemerintah."