Mohon tunggu...
Sri Wintala Achmad
Sri Wintala Achmad Mohon Tunggu... Penulis - Biografi Sri Wintala Achmad

SRI WINTALA ACHMAD menulis puisi, cerpen, novel, filsafat dan budaya Jawa, serta sejarah. Karya-karya sastranya dimuat di media masa lokal, nasional, Malaysia, dan Australia; serta diterbitkan dalam berbagai antologi di tingkat daerah dan nasional. Nama kesastrawannya dicatat dalam "Buku Pintar Sastra Indonesia", susunan Pamusuk Eneste (Penerbit Kompas, 2001) dan "Apa dan Siapa Penyair Indonesia" (Yayasan Hari Puisi Indonesia, 2017). Profil kesastrawanannya dicatat dalam buku: Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku (Balai Bahasa Yogyakarta, 2016); Jajah Desa Milang Kori (Balai Bahasa Yogyakarta, 2017); Menepis Sunyi Menyibak Batas (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Sebagai koordinator divisi sastra, Dewan Kesenian Cilacap periode 2017-2019.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pedoman Seni Bercerita untuk Anak-anak

21 Februari 2018   18:22 Diperbarui: 21 Februari 2018   18:28 1621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
rizaputranto.wordpress.com

Adapun, teknik melatih vokal yang musti dilakukan oleh anak-anak, sebagai berikut:

  1. Duduk bersila dan rileks di ruang terbuka dengan udara segar baik pada pagi atau sore hari.
  2. Mengatur pernapasan, yang terdiri dari serangkaian tahapan sebagai berikut:
  3. Menarik napas melalui lubang hidung dengan lembut.
  4. Menyimpan napas di diafragma (antara dada dan perut)
  5. Mengeluarkan napas melalui lubang mulut dengan lembut.

Ekspresi

Dalam Seni Bercerita, teknik berekspresi harus dikuasai anak-anak. Sebab ekspresi dapat mendukung tersampainya pesan dan kesan cerita yang dibawakan anak-anak pada audience. Satu hal yang dipelajari dalam teknik berekspresi adalah senam wajah, yakni melatih bagian-bagian wajah seperti bibir dan mata. Tujuan dari senam wajah untuk melatih ekspresi anak-anak saat membawakan cerita di depan audience.

Penghayatan

Anak-anak yang tidak mampu menghayati isi cerita beserta karakter tokoh-tokoh di dalamnya, maka cerita yang dibawakannya akan terkesan serupa tubuh tak berjiwa, kering, dan sangat membosankan. Karenanya, anak-anak harus mampu memberikan jiwa pada cerita yang akan dikisahkan. Supaya dapat melakukan penghayatan, anak-anak harus rajin berlatih preparasi melalui bimbingan dari seorang ahli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun