Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel saya sebelumnya yang berjudul "Permasalahan Kota : Permukiman Penduduk". Setelah sebelumnya membahas tentang permasalahan permukiman, pada artikel kali ini tetap akan membahas terkait permasalahan yang ada di perkotaan, yaitu kemiskinan.Â
Masalah yang satu ini sudah pasti tidak asing lagi di telinga kita, pasalnya di manapun pasti dapat ditemui masalah kemiskinan ini. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kemiskinan, alangkah baiknya kita terlebih dahulu mengerti apa itu kemiskinan. Jadi kemiskinan merupakan suatu kondisi atau keadaan dimana seseorang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar hidupnya sehari - hari, seperti makanan, minuman, tempat tinggal, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.Â
Banyaknya ukuran mengenai kemiskinan, membuat klasifikasi mengenai tingkat kemiskinan ini menjadi relatif. Ukuran mengenai batas kemiskinan ini disebut dengan garis kemiskinan, yaitu batasan yang menjadi indikator seseorang dikatakan miskin atau tidak. Garis kemiskinan di negara maju berbeda dengan di garis kemiskinan di negara berkembang.Â
Tentu garis kemiskinan di negara maju lebih tinggi dari negara berkembang, hal ini karena tingkat kesejahteraan masyarakat secara agregat lebih tinggi dibanding di negara berkembang.Â
Garis kemiskinan di Indonesia yang secara resmi dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah jumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk makan setara dengan 2100 kalori per hari/individu dan pemenuhan kebutuhan dasar non-makanan lain seperti perumahan dan pakaian. Garis kemiskinan ini akan berbeda antara kota dan desa. Garis kemiskinan kota tentunya lebih tinggi dibandingkan dengan garis kemiskinan desa, karena harga-harga di kota lebih tinggi dibandingkan di desa.Â
Menurut Sullivan dalam Urban Economics mengatakan bahwa penyebab timbulnya kemiskinan di kota disebabkan oleh kurangnya kesempatan kerja yang tersedia dan rendahnya tingkat upah. Kurangnya kesempatan kerja dan rendahnya tingkat upah ini terutama disebabkan adanya perlambatan dari tingkat pertumbuhan ekonomi agregat. Selain Sullivan, juga banyak para ahli yang mengemukakan pendapatnya yang membahas terkait ekonomi khususnya kemiskinan.Â
Faktor penyebab kemiskinan tidak hanya terikat pada pendapat Sullivan saja, namun juga masih banyak faktor penyebab kemiskinan yang lain. Faktor penyebab kemiskinan memang begitu beragam di berbagai negara. Bahkan, masalah kemiskinan seperti ketersediaan kebutuhan pokok merupakan sebuah faktor yang sangat krusial yang akan dapat menjatuhkan sebuah pemerintahan. Beberapa faktor penyebab kemiskinan antara lain yaitu karena tingkat pendidikan yang rendah.Â
Penyebab tingkat pendidikan yang rendah ini bisa dari banyak hal, namun biasanya yang sering nampak yaitu karena perbedaan tingkat pendapat masing - masing keluarga. Bagi keluarga yang memiliki tingkat pendapatan yang cukup tinggi bisa mendapatkan tingkat pendidikan yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan keluarga yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah.Â
Sehingga dengan tingkat pendidikan yang rendah, masyarakat tidak memiliki kemampuan atau keterampilan tertentu yang dibutuhkan di dalam hidupnya. Keterbatasan dalam tingkat pendidikan dan keterampilan ini menjadi penyebab keterbatasan seseorang dalam memasuki dunia kerja.
Faktor selanjutnya yaitu sikap malas bekerja yang tertanam di dalam diri seseorang tersebut. Adanya sikap malas bekerja ini menyebabkan seseorang memiliki sikap acuh terhadap hidup dan bersandar pada nasib sehingga membuat orang tersebut tidak memiliki semangat untuk bekerja. Sifat malas inilah yang menyebabkan timbulnya permasalahan baru yaitu tingkat pengangguran yang meningkat. Dan apabila pengangguran meningkat maka akan memunculkan permasalahan baru yaitu tingginya tingkat kriminalitas.Â
Sifat malas ini tidak boleh dimiliki oleh semua orang, terlebih bagi orang yang berada di usia produktif. Karena jika sejak usia muda saja orang tersebut memiliki sifat malas maka hidupnya seperti sia - sia dan tidak akan merubah keadaannya.Â
Dan jika sifat malas ini terus berlanjut hingga usia lanjut maka orang tersebut seumur hidupnya akan menjadi seorang pengangguran, kriminal, dan tentu orang miskin.Â
Untuk cara mengatasinya menurut saya bisa dilakukan sosialiasi dan pelatihan kerja terhadap penduduk daerah terkait yang diharapkan setelah adanya sosialisasi dan pelatihan tersebut maka penduduk yang merasa malah dan tidak memiliki kemampuan bisa mampu bersaing dalam dunia kerja dan dapat memperbaiki hidupnya. Sehingga dengan cara demikian maka daerah tersebut akan bangkit dan mulai berkembang.
Penyebab selanjutnya yaitu minimnya lapangan pekerjaan. Minimnya lapangan pekerjaan membuat sebagian masyarakat tidak memiliki pekerjaan yang dibutuhkan. Dengan banyaknya tingkat pengangguran di Indonesia hingga saat ini, masih begitu banyak lapangan pekerjaan yang dibutuhkan guna menampung semua masyarakat yang ingin bekerja.Â
Karena seperti yang bisa dilihat bahwa hingga saat ini begitu banyak masyarakat yang berasal dari desa bermigrasi ke kota demi mendapatkan pekerjaan seperti yang mereka harapkan.Â
Namun nyatanya di kota masih begitu minim lowongan pekerjaan yang tersedia yang menyebabkan semakin banyak pengangguran yang berasal dari para imigran maupun dari masyarakat atau penduduk asli kota tersebut. Â Untuk cara mengatasinya sendiri menurut saya pihak yang terkait bisa membuka lowongan pekerjaan baru atau pihak tersebut baik pihak swasta maupun pemerintah bisa menciptakan lapangan kerja baru yang dibutuhkan dalam meningkatkan perkembangan perekonomiannya yang nantinya akan otomatis ikut mengembangkan kotanya.
Beberapa penyebab diatas merupakan contoh hal - hal yang dapat memicu adanya kemiskinan di suatu daerah. Â Dalam beberapa tahun belakangan ini tingkat kemiskinan di Indonesia cenderung terus mengalami peningkatan. Bentuk - bentuk kebijakan dan program yang ada masih dirasa kurang efektif dalam mengatasi kemiskinan. Untuk itu diperlukan kebijakan yang dirumuskan melalui berbagai persiapan dan bebrapa tahapan.Â
Ada beberapa faktor yang diketahui berkorelasi dengan kemiskinan di Indonesia seperti yang telah dijelaskan di atas. Perhatian pada faktor-faktor tersebut saat melakukan perumusan kebijakan akan berdampak pada upaya pengentasan kemiskinan di setiap wilayah. Mengingat permasalahan kemiskinan sangat kompleks, maka implementasi kebijakan dan program kemiskinan harus dilakukan dengan cara konprehensif dengan melibatkan semua unsur baik dari kalangan masyarakat itu sendiri maupun dari pihak pemerintah atau swast.Â
Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan koordinasi, sehingga akan tercipta program yang berkesinambungan, yang pada akhirnya dapat membangkitkan penduduk miskin keluar dari kemiskinan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H