Mohon tunggu...
Achmad Daenuri
Achmad Daenuri Mohon Tunggu... Guru - peneliti

Peneliti dan Ketua di lembaga Peneliti dan Pegiat Pendidikan Pacasila dan Kewarganegaraan (P4Kn), dan Founder dari Royal advocate Foundation, lembaga yang mendedikasikan diri untuk pembelaan terhadap kejahatan penghilangan dan pembunuhan karakter para tokoh dalam sejarah oleh rezim penguasa dari jaman ke jaman.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Di Manakah Tuhan Ketika Orang-orang Pemberani Dibunuh? Dari Muharam ke Muharam

12 Agustus 2022   11:05 Diperbarui: 12 Agustus 2022   11:13 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dimanakah Tuhan ketika orang orang pemberani di bunuh? 

Dari Muharam ke Muharam dan hal hal yang belum selesai 

oleh : Achmad Daenuri, SH.,M.Pd

Jawabannya mungkin adalah " Tuhan tidak akan menjamin engkau akan hidup, atau pihakmu akan menang". 

Tuhan hanya menjanjikan ini , "jika engkau mati, pengorbananmu tidak akan sia sia". 

Keberanian dan kerelaan mengorbankan diri tidak akan sia sia. Jangan engkau merasa gagal jika memperjuangkan sesuatu yang pantas untuk menang. 

Seperti sebatang korek api yang hangus terbakar untuk membakar sebatang lilin yang akan menerangai ruang gelap dengan sinarnya, Suatu permasalahan kadang tidak bisa diselesaikan dalam satu babak kehidupan. 

Dalam hal ini kita perlu Tuhan untuk menghubungkan satu  masa kehidupan dengan masa kehidupan lainnya , hingga keadilan muncul sebagai pemenang. 

Seseorang mungkin meninggal dengan penuh derita, mungkin premature, dan dalam duka cita mungkin kita akan bertanya "dimanakah  Tuhan ?". 

Tuhan ditemukan dalam keteguhan jiwa manusia yang luar biasa, dan kerelaan dalam mencintai meskipun menyadari bahwa mencintai dapat membuat kita tak berdaya, dalam tekad kita mempertahankan nilai nilai hidup meskipun dunia ini mengajarkan kepadanm kta bahwa hidup begitu murah. 

Tuhan ditemukan dalam  keteguhan kita menemukan jalan melalui lembah banyangan maut, menyadari ada iblis didunia ini, mmenyadari bahwa iblis kadang mengalahkan kita, namun kita tidak takut, sebab Engkau besertaku. 

referensi : Herold KUSHNER

Tanggal 10 Muharram tahun 61 Hijriyah. Perang yang tidak seimbang, antara rombongan Al Husein yang hanya berjumlah 73 orang, harus menghadapi pasukan yang berjumlah ribuan. Maka yang terjadi adalah pembantaian yang memilukan. 

Al Husein harus tewas di tangan orang yang telah mengundangnya dan malah mengkhianatinya, yakni Amr bin Dzi Al Jausyan. Dia memenggal kepala Al Husein dan menyerahkannya kepada Ubaidullah bin Ziyad. Kemudian kepala Al Husein dibawa kehadapan Ubaidullah bin Ziyad, maka sungguh sangat biadab apa yang dilakukan oleh Ubaidullah terhadap kepala Al Husein. Ia menusuk-nusukkan pedang ke mulut, mata dan hidung Al Husein. 

Sebagian sahabat yang menyaksikan hal tersebut meminta Ubaidullah untuk menghentikan perilakunya, dan alangkah sedihnya para sahabat ketika menyaksikan cucu kesayangan Rasulullah shallallahu alaihi was sallam harus diperlakukan dengan sangat buruk. Tatkala Al Husein dibunuh, dunia seakan terhenti selama tujuh hari, terjadi gerhana matahari di hari itu. Ufuk langit memerah selama enam bulan, serta ufuk merah tersebut kelihatan terus menerus yang sebelumnya belum pernah terjadi. Dengan peristiwa terbunuhnya Al Husein, membuat kaum muslimin semakin membenci Yazid bin Mua'wiyah. Referensi : Tarikh Khulafa, Imam As-Suyuthi (Pustaka Al Kautsar : 2015)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun