Satiningsih, S.Psi., M.Psi selaku Dosen Psikologi Universitas Negeri Surabaya menjadi salah satu pembicara  pada kegiatan Seminar yang membahas terkait pola asuh keluarga dengan Anak Berkebutuhan Khusus. Kegiatan ini sekaligus menjadi langkah pengabdian kepada masyarakat oleh Fakultas Psikologi Universitas Negeri Surabaya tahun 2024 dalam memberikan pengetahuan seputar Psikologi kepada masyarakat umum. Kegiatan ini juga didukung oleh Lembaga pendidikan berkebutuhan khusus yaitu Lentera Fajar Indonesia.
Menyikapi permasalahan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) tentunya setiap orangtua akan mengharapkan bayinya terlahir sehat dan normal, tidak terdapat kekurangan fisik, mental ataupun keduanya. Akan tetapi terkadang terdapat kemungkinan kondisi kelahiran setiap anak itu berbeda, dimana terdapat permasalahan-permasalahan kondisi fisik maupun psikis. Salah satunya adalah kondisi Autisme.
Autisme bukan suatu penyakit, sehingga autisme tidak dapat diobati, namun dapat diberikan penanganan tertentu untuk membantu perilaku dan kesulitan yang dialami anak agar dapat hidup secara mandiri. Orang tua sangat berperan penting untuk memberikan dan menentukan penanganan untuk anak. Hal ini berkaitan dengan penerimaan orang tua terhadap kondisi anak, bahwa sikap menerima keadaan bukanlah dalam bentuk pasrah dan tidak melakukan apapun untuk perkembangan anak, akan tetapi dengan memberikan dukungan penuh untuk perkembangan kemandirian anak.Â
Beliau menjelaskan bahwa, Autisme dan Anak Berkebutuhan Khusus lainnya memiliki hak yang sama seperti semua anak lainnya, seperti hak untuk mendapatkan pendidikan, bermain, dan kasih sayang. Hanya 46% anak penyandang disabilitas usia sekolah di Indonesia yang bersekolah (UNICEF, 2020). Saat menangani anak autisme, baik terapis, guru, maupun keluarga perlu mengikuti prinsip-prinsip. Orang tua dan guru perlu bekerja sama, berbicara secara terbuka dan rutin berdiskusi untuk merencanakan penanganan yang tepat bagi anak.
BAGAIMANA CARA MENGASUH & MENSTIMULASI ANAK AUTIS?
- Memahami keterbatasan (mampu memahami terkait batas kemampuan yang dimiliki oleh anak)
- Memberikan stimulasi sesuai dengan keterbatasan (memodifikasi stimulus untuk anak sesuai dengan gangguannya)
- Perhatikan minat dan bantu kembangkan (memodifikasi perilaku dan pembelajaran untuk mendukung minat anak)
- Membantu anak bertanggung jawab atas perilakunya
- Bantu anak menoleransi rasa frustasi dan keterlambatanya (memberikan motivasi pada anak dan berusaha memahaminya)
- Mengenali sesuatu yang berbahaya dan tidak boleh dilakukan
- Bantu anak untuk mandiri
- Memberikan rasa aman & nyaman
- Mengajarkan anak untuk lebih tenang
- Menerapkan pola asuh yang sesuai
"Pemilihan jenis terapi tergantung pada kondisi serta kebutuhan anak. Namun, terapi utama yang harus diberikan kepada anak autisme adalah terapi Perilaku, terapi Wicara dan terapi Okupasi"
- Terapi Perilaku, terapi yang memiliki tujuan membantu anak autisme dalam mengembangkan kemampuan yang terlambat dan mengurangi perilaku yang tidak wajar, menggantinya dengan perilaku yang dapat diterima di masyarakat. Terapi ini memiliki fokus utama dalam melatih kepatuhanÂ
- Terapi Wicara, terapi ini bertujuan melatih otot-otot mulut agar anak autisme bisa berbicara lebih baik, karena sebagian besar drai mereka mengalami kesulitan dalam berbicara dan berbahasa
- Terapi Okupasi, trapi ini berfungsi untuk menguatkan otot,, memperbaiki koordinasi, dan melatih motorik halus. Sebagian besar anak autisme mengalami keterlambatan motorik halus, seperti kesulitan memegang pensil atau sendok dengan benar.
Ibu Satiningsih, S.Psi., M.Psi yang telah lama mendalami ilmu bidang Psikologi Perkembangan dan ABK sangat memahami betul apa yang dirasakan oleh para orang tua dalam mengasuh anak ABK. Tidak dapat dipungkiri bahwa mengasuh Anak ABK lebih melelahkan, sehingga beliau dapat memberikan cara mengelola stres yang bisa dilakukan oleh para orang tua secara mandiri di rumah. Berikut merupakan tips untuk mengelola stres,
 TIPS RELAKSASI NAFASÂ
Cara melakukannyaÂ
- Melakukan bisa dengan posisi duduk, berdiri, maupun berbaringÂ
- Letakkan kedua tangan di perut, tepat di bawah rusuk
- Tarik nafas dengan perlahan melalui hidung. Rasakan perut mengembang, hitung 1-2-3-4 saat menarik nafas, tahan sebentar
- Hembuskan nafas perlahan melalui mulut, seperti sedang meniup lilin. Rasakan perut mengempis, lalu hitung 1-2-3-4
- Jika pikiran mulai kemana mana, fokus saja pada nafas anda karena ini normal dan wajar terjadi
- Lakukan ini 3-5 kali, atau lebih jika diperlukan
 Jadi, penanganan untuk Anak berkebutuhan khusus maupun autisme tidak serta merta dibiarkan begitu saja. Tentunya mereka memiliki kesempatan pendidikan, kasih sayang, dan bermain. Pemberian penanganan yang tepat akan berdampak bagi perkembangan kemampuan-kemampuan lainnya yang dimiliki oleh anak, jika hal tersebut luput dari perhatian orang terdekat khususnya orang tua maka akan sangat disayangkan. Begitupun orang tua tentunya harus memiliki kesiapan dan kemauan untuk belajar baik untuk anak maupun untuk pengelolaan emosi yang ada di dalam diri masing-masing.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H