Abu lahab adalah salah satu paman Nabi Muhammad SAW. Nama aslinya adalah Abdul Uzza bin Abdul Muthalib. Dia merupakan satu-satunya paman Nabi yang menolak Dakwah Islam. Bukan hanya menolak, bahkan dia secara terang-terangan memusuhi dan berkomplot dengan para Kafir Quraisy.
Abu Lahab mempunyai istri bernama Ummu Jamil binti Harb. Istrinya ini memang terkenal sebagai seorang yang memiliki akhlak kurang terpuji, baik itu sebelum masa kenabian maupun setelahnya. Maka, mungkin ini salah satu pasangan suami istri pemiliki reputasi terburuk dalam sejarah yang diceritakan oleh Al-Quran maupun literatur lain.
Periode sebelum Kenabian
Ketika Siti Aminah yang tidak lain adalah saudari ipar Abu Lahab, melahirkan seorang bayi yang kelak diberi nama "Muhammad" oleh Abdul Muthalib. Abu Lahab merasa sangat senang, karena mempunyai keponakan baru. Saking senangnya, dia sampai memerdekakan seorang budak. Yang mungkin kalau dikonversi ke sekarang, itu merupakan sedekah sebesar ratusan juta rupiah.
Selayaknya hubungan kekerabatan pada umumnya yang harmonis, begitu pula dengan Abu Lahab dan Nabi Muhammad. Walaupun kedekatan Nabi Muhammad dengan Abu Lahab tidak sedekat seperti dengan Abu Thalib. Karena Abu Thalib adalah yang mengasuh beliau semenjak kakeknya, Abdul Muthalib, meninggal dunia.
Perlu diketahui bahwa sebelum masa kenabian, Nabi Muhammad mempunyai integritas yang sangat disegani oleh masyarakat Mekah. Beliau terkenal seorang yang paling jujur dan amanah. Sampai-sampai beliau mendapat julukan "Al-Amin", artinya seseorang yang terpercaya. Itu membuat Abu Lahab sangat bahagia karena memiliki keponakan yang mengharumkan nama keluarga, yakni Bani Hasyim.
Untuk itu, sebagai bentuk upaya mempererat hubungan tali persaudaraan, Abu Lahab berencana menikahkan kedua putranya dengan kedua putri Nabi Muhammad. Dan rencana itu disambut baik oleh Nabi Muhammad beserta keluarga. Putra yang dinikahkan Abu Lahab yakni Utbah dan Utaibah. Sedangkan putri Nabi Muhammad yakni Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Jadilah hubungan baru, bukan hanya sebagai paman dan keponakan, melainkan sebagai besan.
Periode setelah Kenabian
Tak lama setelah pernikahan itu berlangsung, Muhammad didapuk menjadi seorang Nabi ditandai dengan kedatangan Malaikat Jibril di Goa Hira. Desas desus tentang hal itupun merebak ke segala penjuru Mekah, tak terkecuali hinggap di telinga Abu Lahab. Abu Lahab menyuruh kedua putranya untuk menceraikan anak-anak Nabi Muhammad setelah peristiwa di Bukit Shofa.
Mau bagaimanapun, entah sebagai paman atau besan, Abu Lahab sangat tidak suka dengan hadirnya seorang Nabi di Mekah. Karena menurutnya, itu akan menimbulkan perpecahan yang sangat dahsyat antar penduduk Mekah. Betapa tidak, ajaran yang dibawa Nabi Muhammad adalah mengajak orang untuk menyembah satu Tuhan saja. Sedangkan pada waktu itu, di Mekah ada sekitar 460 tuhan yang disimbolkan dengan berhala atau patung.
Kebencian Abu Lahab nampak betul-betul terlihat seusai Nabi Muhammad berpidato di Bukit Shofa. Isi pidato beliau berisi pertanyaan yang retoris. Bahwa dirinya memanglah seorang yang terpercaya, sebagaimana julukannya Al-Amin. Untuk itulah beliau memberitahukan bahwa dirinya adalah seorang Nabi, utusan Allah untuk menyerukan Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah.
Hampir semua orang yang hadir di Shofa mendengarnya dengan baik, minimal responsnya tidak buruk. Kecuali Abu Lahab. Seusai Nabi berpidato, Abu Lahab mencaci dan memaki beliau dengan perkataan yang belum pernah ia dengar dari mulut pamannya tersebut. "Celakalah kau Muhammad! Hanya untuk inikah kau mengumpulkan kami semua?"
Karena itulah Allah menurunkan Surat Al-Lahab sebagai bentuk balasan kepada seorang yang telah menyakiti Rasul, yang tidak lain sebenarnya adalah keponakan yang selama ini dia banggakan.
Abu Lahab sangat menghambat kegiatan dakwah Nabi. Bersama dengan istrinya, dia selalu mengabarkan informasi yang tidak benar tentang Nabi Muhammad kepada setiap orang yang datang ke Mekah. Pasangan suami istri ini memberitahu bahwa Muhammad adalah seorang penyihir, jadi tutup telingamu ketika dia hendak berbicara.
Bukan hanya itu, Nabi Muhammad sering dikatai dengan sebutan gila dan sang pemecah belah persatuan. Istrinya, Ummu Jamil, pernah menabur kayu berduri di jalan yang dilalui Nabi Muhammad. Dengan harapan, kakinya akan terluka kalau beliau menginjaknya.
Abu Lahab Masa Sekarang
Imam Sya'rowi, salah seorang ulama dari Mesir mengatakan dalam tafsirnya. Jika tokoh yang disebut dalam Al-Quran adalah gelarnya dan bukan nama aslinya, maka orang-orang seperti itu akan senantiasa ada di masa yang akan datang. Seperti Abu Lahab, Firaun, Haman. Itu semua adalah gelar atau julukan.
Lalu seperti apa Abu Lahab pada masa sekarang? Seperti kita ketahui, Abu Lahab dan istrinya mempunyai sifat pemarah, pendendam, tukang adu domba, penyebar hoax, suka menuduh.
Era media sosial seperti sekarang, kita bisa sangat mudah menemukan Abu Lahab-Abu Lahab baru. Banyak orang memberikan komentar tanpa mengedepankan asas kesantunan. Banyak status dan story  yang disampaikan dengan kalimat ujaran kebencian.
Hoax dan berita bohong pun demikian. Masih mending kalau berita yang disampaikan merupakan salah persepsi atau miss komunikasi. Tapi seperti Abu Lahab, banyak berita yang diproduksi dengan sengaja dibuat-buat. Tanpa sedikitpun fakta yang berada di dalamnya.
Juga bisa dilihat dari polah tingkah para politisi kita. Banyak yang masih menjunjung tinggi hal-hal yang bersifat primordial. Seperti agama, suku dan ras. Seakan-akan dirinya lah yang paling benar. Yang mana itu akan menimbulkan perpecahan di kalangan masyarakat.
Tuduhan dan terkaan masih sering kita dengar. Gampang sekali orang men-cap orang lain sebagai kaum radikal. Disisi satunya juga begitu, mudah sekali men-cap lawannya sebagai antek PKI. Kalau ada bukti kongkretnya tidak apa-apa, lhah ini main tuduh aja kok.
Jadi, kesimpulan yang bisa kita ambil adalah apakah anda menemukan orang-orang seperti itu pada masa sekarang? Kalau iya, berhati-hatilah. Jangan sampai anda adalah salah satu dari mereka. Karena menjadi Abu Lahab merupakan sesuatu yang sangat berat akibatnya.
Tidak hanya dijauhi teman, kerabat maupun saudara. Tapi akan dihinakan oleh sang Pencipta. Karena di akhir hayatnya, Abu Lahab dia meninggal dunia dengan cara yang sangat hina.
Penyakit kulit yang dideritanya, menimbulkan bau yang amat sangat tidak sedap. Sehingga dia harus diasingkan jauh dari permukiman. Di pengasingan itulah dia meninggal. Parahnya lagi, dia dikuburkan secara tidak layak. Karena para warga tidak kuat menahan bau busuk yang merebak dari tubuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H