Mohon tunggu...
Achmad Abdul Arifin
Achmad Abdul Arifin Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Institut Agama Islam Az Zaytun Indonesia

Cerdas, Bijaksana dan Inspiratif

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Relevansi Semarak Hari Raya Waisak dengan Semangat Ramadan

7 Mei 2020   15:10 Diperbarui: 7 Mei 2020   15:14 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: voa-islam.com

Hari ini, 7 Mei 2020 umat Budha seluruh dunia merayakan hari raya Waisak. Yakni perayaan hari lahirnya Pangeran Sidharta, penerangan sempurna menjadi Budha (Seorang yang tercerahkan), dan wafatnya Budha Gautama.

Hari raya Waisak tahun ini bertepatan dengan bulan sucinya umat Islam, Ramadhan. Momen ini sangat tepat sekali untuk kita tunjukkan kepada dunia bahwa warga negara Indonesia menjunjung tinggi nilai toleransi antar umat beragama.

Namun apalah daya, dikarenakan ada virus berbahaya yang sedang mewabah menjadikan pengaplikasian sikap toleransi tersebut kurang maksimal. Yang seharusnya kita bisa saling menjaga dan mengamankan ritual ibadah saudara sebangsa kita, kini hanya bisa terucap melalui media sosial karena memang perayaan hari raya kali ini tidak disertai dengan ritual. Disebabkan ada anjuran dari pemerintah untuk merayakan hari raya dari rumah sahaja.

Hari raya Waisak mengingatkan kepada kita semua bahwa cinta kasih kepada sesama harus kita junjung tinggi. Segala bentuk perpecahan dan perselisihan hanya menyebabkan kehancuran dan ketidak tenteraman dalam kita menjalani hidup di dunia fana ini. Dan ini sejalan dengan semangat ramadhan, yang mana banyak penceramah mengajak kita untuk saling berdamai dan melupakan segala bentuk perbedaan yang terjadi sebelum datangnya bulan Ramadhan.

Memang fitrah murni manusia ialah cinta damai, hanya gegara adanya nafsu akan ketamakan dan kerakusan yang menimbulkan sifat egoisme. Dan jika setiap orang mempunyai ego yang berbeda, maka akan terjadi perselisihan. Bahkan agama Islam datang untuk meyempurnakan akhlak manusia yang dirusak oleh hawa nafsu dan menciptakan perdamaian di alam dunia ini.

"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam".

QS. Al-Anbiya: 107

Waisak dan Ramadhan adalah momen yang tepat untuk kita mensucikan diri. Dan ini tergambar dalam ritual dari setiap masing-masing. Prosesi pengambilan air suci di Umbul Jumprit di Temanggung untuk kemudian disemayamkan di Candi Mendut. Yang mana air suci merupakan lambang dari kebersihan dan kesucian.

Umat Islam pun demikian. Sehari sebelum memasuki Ramadhan, kita dianjurkan untuk melaksanakan mandi besar. Yang itu ada urutan dan langkah-langkah ritual khusus yang harus dilaksanakan. Tujuan mandi besar sendiri ialah untuk membersihkan diri secara fisik dari segala bentuk kotoran najis maupun hadats. Dan filosofinya ialah kita membersihkan rohani kita dari segala bentuk penyakit hati supaya ketika menjalankan ibadah puasa bisa lebih khusyuk dan mawas diri.

Kemudian ritual ibadah hari raya Waisak yang paling saya suka ialah Pindapata. Pindapata adalah ritual ibadah dengan berkelilingnya para biksu dengan membawa wadah logam untuk menerima derma dari masyarakat. Untuk kemudian hasil derma yang terkumpul tersebut diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Memang umat Budha terkenal dengan sifatnya yang dermawan kepada siapa sahaja. Bahkan saking dermawannya mereka, belum lama ini Yayasan Budha Tzu Chi memberikan bantuan sebesar 500 Miliar untuk penanganan virus covid19. Jumlah yang sangat fantastis mengingat lembaga ini merupakan lembaga sosial berbasis keagamaan bukan berbasis perusahaan.

Hal ini sejalan dengan perintah yang terdapat dalam ajaran Islam. Ya, sedekah, sedekah merupakan ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Apalagi sekarang kita berada di bulan suci Ramadhan, dimana segala aktivitas ibadah yang kita lakukan akan dilipatkan 70 kali.

Rasulullah SAW bersabda, "Dalam bulan biasa, pahala setiap kebajikan dilipatgandakan 10 kali lipat, namun dalam bulan Ramadhan pahala amalan wajib dilipatgandakan 70 kali lipat dan amalan yang sunah disamakan dengan pahala amalan wajib di luar Ramadhan." (HR Muslim).

Maka akan sangat menyesal sekali jika kita sampai menyia-nyiakan momen yang sangat brilian ini. Karena bisa jadi kita tidak bisa berjumpa Ramadhan tahun depan.

Akhirnya, marilah kita menyambut dengan suka cita dua hari raya umat beragama yang ada di Indonesia ini dengan saling menghargai dan toleransi antara sesama. Mari kita tonjolkan persamaan yang ada diantara kita. Hindari sebisa mungkin segala perbedaan yang bisa menjerumuskan kita dalam jurang perpecahan. Jangan sampai kita terprovokasi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab, yang berusaha menimbulkan suasana kehidupan berbangsa dan bernegara yang sudah terjalin harmonis ini menjadi rusak. Dan semoga bencana Internasional yang berupa wabah ini segera berakhir, supaya kita bisa saling bertegur sapa kembali demi merajut semangat optimisme toleransi kebangsaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun