Kicauan pada tanggal 21 Januari lalu tersebut merupakan komentarnya terhadap hasil studi National Oceanic and Atmospheric Administration yang mengatakan bahwa 2015 adalah tahun terpanas sepanjang sejarah umat manusia. Jauh sebelum itu, bersama dengan Senator Barbara Boxer (yang juga merupakan pendukungnya), Sanders memperkenalkan Global Warming Pollution Reduction Act pada tahun 2007 yang menekankan pada pengurangan jumlah polusi yang dikeluarkan oleh industri maupun kendaraan.
Selain itu, masalah diskriminasi ras juga menjadi konsennya sejak lama. Hal ini terbukti bahkan saat Sanders masih SMA. Beberapa hari yang lalu beredar foto Sanders muda (dan foto tersebut telah dikonfirmasi benar oleh yang bersangkutan) diamankan oleh polisi dalam aksi menolak rencana pemisahan kelas antara murid-murid kulit putih dan murid-murid keturunan Afrika di SMA-nya pada tahun 1963.
Konsisten Menentang Partisipasi Amerika Serikat Dalam Konflik Bersenjata
[caption caption="Pidato penolakan Bernie Sanders pada intervensi AS ke konflik Irak-Kuwait 1991 di ruangan senat yang kosong melompong. (C-SPAN/YouTube)"]
Ini menjadi poin yang paling menarik. Berbicara di hadapan senat pada 9 Januari 1991, Sanders menentang keras turut campurnya Amerika Serikat dalam konflik Kuwait-Irak. Menurutnya intervensi tersebut justru akan berdampak buruk ke depannya, terutama dengan konflik-konflik di wilayah Timur Tengah selanjutnya. Penentangan juga diambil saat Invasi Irak 2003. Sanders mengatakan bahwa partisipasi AS dalam penggulingan Saddam Hussein justru akan membuat ekonomi semakin terpuruk, dan seharusnya dana untuk perang bisa dialihkan untuk membantu masyarakat yang hidup di bawah standar. Lebih lanjut, dalam kesempatan yang sama Sanders mengatakan “I fear that one day we will regret that decision and that we are in fact laying the ground work for more and more wars for years to come.”
“Ramalan” Sanders tersebut seolah terbukti saat ini. ISIS yang kini menjadi ancaman terbesar dunia saat ini lahir dari akumulasi konflik yang terjadi di Irak pasca penggulingan rezim Saddam Hussein oleh AS. Belum lagi jika berbicara mengenai Krisis Ekonomi AS 2008 yang salah satu faktornya adalah banyaknya anggaran yang dihabiskan AS untuk militer sehingga mengesampingkan masalah ekonomi dalam negeri. Sanders mengatakan intervensi AS di Irak sebagai blunder kebijakan luar negeri terburuk sepanjang sejarah.
Masih banyak lagi pandangan politik Bernie Sanders seperti ketidaksukaannya terhadap kesepakatan kerjasama ekonomi kawasan NAFTA-CAFTA-TPP yang dianggapnya semakin mempersulit akses lapangan pekerjaan dalam negeri AS dan hanya menguntungkan korporasi; kesetujuannya mengenai solusi dua negara dalam masalah Israel-Palestina; sikapnya menentang peretasan data masyarakat oleh NSA karena tidak konstitusional; dukungannya untuk pembatasan akses pembelian senjata; dan anggapannya bahwa Wall Street hanya diisi oleh “sekumpulan orang-orang rakus”.
Membaca hal-hal di atas, tak heran jika kini popularitas Bernie Sanders kini menyamai Hillary Clinton. Banyak orang yang setuju dengan visinya mengenai jaminan sosial untuk masyarakat, pentingnya pembangunan ekonomi dalam negeri, rasa tidak adil terhadap pajak orang kaya yang terlampau kecil, hingga ketidaksetujuan terhadap partisipasi Amerika Serikat dalam berbagai konflik. Berbeda dengan Hillary yang cenderung bersifat militeris, dan Trump yang kita semua tahu bagaimana visi misinya.
Mungkin visi-misinya terlalu muluk atau bahkan susah terwujud jika nanti terpilih mengingat pemerintahan AS yang didalamnya banyak pihak dengan kepentingan masing-masing, namun rakyat Amerika Serikat sudah lelah dengan segala masalah baik di dalam negeri maupun luar negeri. Banyak dari mereka menganggap Bernie Sanders adalah orang yang tepat untuk membawa AS keluar dari krisis, belum lagi jika berbicara tentang pengalamannya 30 tahun menjadi senator. Dan saya sebagai mahasiswa yang konsen dalam isu internasional, yakin Bernie Sanders akan membuat Amerika Serikat banyak berubah dalam artian positif jika dia terpilih sebagai presiden. Semoga itu terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H