Mohon tunggu...
Achmad Hid. Alsair
Achmad Hid. Alsair Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa semester akhir, #GGMU @Man_Utd, ISFJ, hobi baca buku bertema sejarah, jatuh cinta dengan sastra dan gemar diskusi isu-isu internasional.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Rasa Kemanusiaan yang Terseret Ombak

5 September 2015   09:14 Diperbarui: 5 September 2015   09:21 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abdullah, ayah Aylan, mengatakan bahwa dirinya tak bisa menyembunyikan rasa sedihnya waktu berbicara di depan awak media. Saat ditanya mengenai apa harapannya, Abdullah menjawab “Saya hanya ingin memakamkan mereka (maksudnya keluarganya) di Kobani, kampung halaman saya dan keluarga. Semoga Allah selalu bersama kami.” Jawaban tersebut membuat hati miris sebab Kobani adalah tempat konflik antara ISIS dan Suriah terus berkecamuk tak berkesudahan, dan tak mungkin lagi Abdullah untuk kembali ke situ. Aylan dan keluarganya hanyalah satu contoh dari ratusan ribu keluarga yang mencari kehidupan lebih baik setelah negara mereka didera konflik bersenjata. Mereka rela menukar segalanya demi mencapai hal tersebut, bahkan rela bertaruh nyawa. Rela terpisah dengan keluarga yang disayangi. Rela berjalan beratus-ratus kilometer demi menuju kamp pengungsian terdekat. Rela berlari di tengah pertempuran demi bergabung dengan rombongan pengungsi. Sudah seharusnya kita kembali introspeksi diri, tanyakan apa persepsi kita mengenai mereka. Rasa empati, itu yang harus kita gunakan. Bayangkan jika kita dalam posisi mereka, tentu saja kita akan melakukan hal yang sama. Mana ada anak kecil yang tahan melihat ledakan yang terjadi di depan matanya setiap hari? Singkirkan dulu rasa ego atau paham politik yang kita anut, demi rasa kemanusiaan. Jika masih ada saudara kita yang mengatakan kedatangan mereka hanya merepotkan sambil duduk manis di kursinya, tanyakan kepada mereka “Lebih repot mana, duduk di kursi nyamanmu sekarang atau duduk di kapal sempit bobrok sesak penuh pengungsi?”. Jangan biarkan rasa kemanusiaan kita hanyut bersama ombak.

(Sumber berita: BBC Indonesia/CNN Indonesia/The Independent/The Guardian)
(Sumber data: UNHCR dan PBB)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun