Mohon tunggu...
Achmad Afandi
Achmad Afandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis sebuah berita terbaru dan yang jarang diketahui

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menjajaki Kebutuhan Pangan "Suku Ireres" Papua Barat

19 Desember 2022   12:13 Diperbarui: 19 Desember 2022   12:49 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menjajaki kebutuhan pangan suku ireres Papua Barat

Suku irires masih bagian dari provinsi Papua. Memang diakui bersama bahwa Papua memiliki beragam suku dan adat yang telah dilakukan hingga saat ini. Dalam kehidupan suku irires sendiri mempunyai cara sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Pada buku Tanah Papua di Garis Batas terdapa kumpulan pengalaman menulis selama berada di Papua. penulis buku ini adalah I Ngurah Suryawan. Ada lima hal atau macam yang dilakukan masyarakat suku irires dalam memenuhi kebutuhan pangan. 

Pertama, bercocok tanam. Seringkali kita menemui bahwa masyarakat asli Papua dalam aktivitas sehari-hari nya menghasilkan pundi-pundi hasil jerih payah yang telah dikeluarkan selama sehari melalui bercocok tanam. 

Bercocok tanam tidak untuk menanam jenis-jenis sayuran melainkan memiliki banyak penafsiran mengenai makna bercocok tanam. Misalnya, proses menanam sayuran di ladang dikerjakan oleh pria, sedangkan wanita sebagai penjaga ladang milik-nya. 

Kedua, menokok sagu. Menokok sagu selalu dilakukan oleh pria ataupun wanita. Tugas pria disini sebagai menebang pohon sagu atau menokok sagu. Sedangkan, wanita memiliki tugas untuk memerah Pati dari sagu untuk diambil tepung atau sari. 

Sebagian orang tidak memahami makna dari "Menokok". Dalam kamu bahasa Indonesia memiliki banyak artinya. Salah satu arti yang mudah untuk dipahami ialah memukul nya hingga pecah atau menjadi kecil-kecil. 

Jadi, yang dimaksud penulis artikel ini berupa memukul pohon sagu menjadi kecil-kecil sehingga memudahkan para wanita untuk memerah Pati atau tepung dari sagu.

Ketiga, menangkap ikan di daerah memiliki banyak sungai dan aliran air yang begitu deras dan cepat. Ikan yang ada di sungai tersebut menjadi banyak. Ikan menyukai aliran air yang deras dibandingkan statis atau diam. Bahkan ikan besar atau sering ditangkap oleh ikan zaman sekarang berada pada air yang cepat. 

Mereka menangkap ikan bisa berbagai cara tidak hanya di pancing seperti cara umum yang digunakan sekarang. Pria dan wanita dapat menangkap ikan. Menangkap dengan alat tangkap tradisional dengan memanah, ataupun menjaring dengan benang yang sudah dianyam menjadi bagian halus sehingga ikan tidak bisa keluar.

Keempat, berburu menjadi andalan dan cara bagus dalam mencari bahan pangan. Memburu dalam masyarakat suku irires dilakukan dengan tiga cara. Cara Pertama, memburu dengan diberikan perangkap sehingga hewan yang diburu tertangkap dengan sendirinya, apabila berhasil. Cara kedua, menggunakan anjing untuk dijadikan pelacak lokasi hewan yang akan diburu. 

Mempermudah pemburu dalam mencari mangsa yang nantinya dijadikan sasaran empuk oleh pemburu. Cara ketiga, masuk ke hutan dengan membawa alat buruan seperti tombak maupun panah. Panah yang akan di pakai untuk berburu biasanya di cek terlebih dahulu sehingga ketika saat di panah dapat mengenai tepat dan tajam bagian ujungnya. 

Kelima, pengrajin tangan. Salah satu kebutuhan dari masyarakat irires dalam memenuhi kebutuhannya. Pengrajin tangan dilakukan oleh kaum wanita. Misalnya membuat noken dari bahan asal serat pohon, kemudian di anyam hingga menjadi suatu produk tas ataupun lainnya. 

Disisi lain, bukan sekedar membuat noken saja, tetapi juga membuat gelang dari bahan manik-manik. Untuk bentuk yang akan dibuat disesuaikan dengan pemesan.

Inilah semua yang dilakukan oleh masyarakat ireres dalam memenuhi kebutuhan hidup nya. Kelima tahapan atau jenis kebutuhan yang sering dipakai oleh masyarakat ireres. 

Solidaritas dan pantang menyerah dilakukan oleh mereka menjadi bahan refleksi bagi penulis dan pembaca bahwa masih ada orang disana dalam kehidupan nya masih terpontang-pantinh dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka dari itu, bersyukurlah dengan kondisi sekarang. Sediki semoga ada manfaatnya.

Tulungagung, 19 Desember 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun