Dalam kitab Ta'lim Muta'alim dalam bait Syarah nya, menurut Zainun Islam yang terkenal dengan adab dan tata krama lebih mengucapkan kepada Hilal Ibnu Yasari melihat nabi Muhamad SAW berkata kepada para sahabat mengenai ilmu dan hikmah. Ilmu dan hikmah memiliki keagungan yang tidak terbatas bagi yang mendalami. Banyak hal yang telah dirasakan setelah memiliki ilmu dan hikmah.
Dalam suatu peristiwa dikisahkan dari seseorang yang tiap harinya ketika pergi kemana pun selalu membawa pena. Kalau sekarang setara dengan pulpen. Orang tersebut pernah ditanya oleh Rosulullah SAW. Mengapa kamu membawa pulpen ketika pergi ? Ia menjawabnya, pulpen ialah sesuatu yang berharga buat hidup saya kedepan.Â
Melalui pulpen maka setiap harinya ku tulis dengan pena agar catatan ini tidak berakhir disini tetapi berkelanjutan. Adanya pena harus ada kertas atau buku tulis. Pena sebagai alat, sedangkan kertas sebagai pijakan untuk menulis menggunakan pena. Apabila ada orang membawa pena pastinya kertas akan dibawa, jika salah satu hal tidak dibawanya bisa jadi apa yang dicatat tidak dapat terealisasikan.
Catatan merupakan urgensi dari adanya peristiwa yang telah terjadi. Melalui catatan lah kejadian yang telah terjadi bisa dibuka kembali dan meminimalisir terjadinya lupa. Inspirasi seseorang jika tidak ditulis melalui kertas maupun diketik menggunakan handphone nantinya cenderung lupa dan tidak teringat kembali.
Sodru Syahid memberikan sebuah wasiat kepada anaknya yang bernama Syamsuddin untuk menjaga setiap harinya dengan ilmu dan hikmah. Sedikit ilmu jika dilakukan setiap hari maka akan bertambah luas cakrawala keilmuannya. Sama halnya dengan menghafal, sesuatu yang dihafal setiap hari dengan sedikit demi sedikit maka akan bertambah banyak. Semua itu harus dilakukan setiap harinya. Banyak kisah yang dilakukan oleh para kyai besar maupun ilmuwan melalui langkah yang sedemikian itu. Sesuatu jika dilakukan secara terus-menerus maka sesuatu tersebut akan menjadi besar.
Menurut isyam Ibnu Yusuf dalam pena nya mengibaratkan umur manusia itu jangkanya pendek dan tidak abadi, sedangkan ilmu terlalu luas dan banyak sehingga harus ditulis. Tulisan akan menjadi jejak sejarah nantinya ketika sudah tidak berada di bumi. Beliau sangat menekankan arti dari menulis. Menulis ilmu sangatlah penting tetapi hanya sebagian orang yang menyukainya.Â
Hal tersebut adanya paradigma yang kurang tepat terhadap pemahaman tulisan mengenai keilmuan. Orang yang pandai menulis pasti referensi banyak. Banyak referensi dihasilkan dari sering membaca. Membaca melatih pikiran untuk mencerna setiap kata yang terpampang jelas pada kertas yang dibaca walaupun terkadang memahami nya ada kesulitan. Akan tetapi, apabila dilakukan secara intensif dan berkelanjutan maka rasa susah berubah menjadi mudah. Hal tersebut karena sudah menjadi kebiasaan.
Tulungagung, 28 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H