Mohon tunggu...
Achmad dio
Achmad dio Mohon Tunggu... Guru - tukang ngarit

hobi memancing, lebih pendiam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bung Tomo dan Nilai-nilai dalam Spirit Kebangsaan

3 November 2023   22:13 Diperbarui: 3 November 2023   22:33 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bertepatan pada tanggal 20 Mei sebagai hari kebangkitan nasional tentu mengingatkan kita kepada pahlawan yang telah bersusah-payah memajukan jati diri bangsa Indonesia seperti tokoh Bung Tomo. Sementara itu untuk mengingat Pahlawan tidak sekedar pada hari atau momentum itu saja, melainkan setiap tindakan untuk melakukan hal-hal yang baik serta turut andil memajukan bangsa sendiri. Kita tahu bahwasannya menjadi warga negara Indonesia patut bangga mempunyai sosok pahlawan yang sangat berjasa seperti Bung Tomo, tokoh kebangkitan nasional.

Dr. Sutomo atau yang sering dipanggil akrab Bung Tomo lahir di Surabaya pada tanggal 02 Oktober 1920 silam. Bung Tomo termasuk orang beruntung, karena untuk mendapatkan akses pendidikan pada waktu itu tidaklah mudah bagi kaum pribumi. Bung Tomo yang lahir dari  keluarga yang menengah kebawah tersebut waktu itu semasa mudanya sudah aktif di berbagai organisasi.

Di dalam organisasinya pun Bung Tomo mendapatkan banyak hal, termasuk mempunyai semangat juang untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, semangatnya dalam melawan penjajah patut diapreasi dan  juga dalam orasinya yang mampu menggetarkan bagi siapa saja yang mendengarnya sehingga semangat untuk melawan para  penjajah pada saat pertempuran 10 November 1945 di Surayabaya begitu sangat menggelora.

Dalam kehidupannya, Bung Tomo pernah memiliki karir yang bagus, di antaranya ia pernah menggeluti bidang Jurnalistik dan pernah menjadi wartawan lepas pada Harian Soeara Oemoem di Surabaya pada tahun 1937. Lalu menjadi Redaktur Mingguan Pembela Rakyat serta menjadi wartawan dan penulis pojok harian berbahasa Jawa, Ekspres, di Surabaya pada tahun 1939.

Tak hanya itu, setelah  peperangan melawan penjajah diSurabaya Bung Tomo sempat terjun ke dunia politik dengan menjadi Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Veteran, kemudian saat pemerintahan orde baru ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Namun sayang, pada saat itu karena kekecewaannya terhadap pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, maka ia berani melawan dan meneriakkan ketidak adilan yang terjadi pada masa itu. Sehingga pada puncaknya Bung Tomo dipenjara oleh pemerintahan Orde Baru.

Pada tanggal 10 November 1945 terjadi peristiwa penting dan bersejarah bagi bangsa Indonesia. Peristiwa ini dikenal juga dengan pertempuran Surabaya, dimana arek-arek Surabaya yang dipimpin langsung oleh seorang tokoh bernama Bung Tomo melawan penjajah. Awal kejadiannya para tentara Inggris yang mendarat di Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945 namun disisi lain ada tentara Belanda yang bersekutu dengan tentara Inggris dan ikut mendarat diSurabaya.

Pertempuran diSurabaya juga dipicu dengan berkibarnya bendera Belanda diatas Hotel Yamato dari peristiwa ini yang membuat kegaduhan dikalangan penduduk Surabaya. Residen Soedirman, Sidik dan Hariyono bertemu dengan tentara Belanda WVC Ploegman di Hotel Yamato dan meminta untuk menurunkan bendera Belanda itu namun, Ploegman menolak itu permintaan itu perkelahian dilobi hotel tidak terelakkan lagi Sidik pun mencekik tentara Belanda hingga tewas namun sayang Sidik harus tewas ditangan tentara Belanda lainnya.

Soedirman dan Hariyono mampu keluar dari Hotel Yamato dan memanjat tiang bendera pada akhirnya berhasil merobek bendera merah, putih, dan biru itu hingga menjadi warna bendera merah putih. Sejak peristiwa itu keadaanpun mulai memanas dan tentara Inggris melancarkan ultimatum terhadap masyarakat Surabaya namun semangat juang yang tinggi hal itu tidak membuat rasa takut sedikitpun bagi arek-arek Surabaya. Tentara dan penduduk Surabaya justru siap berperang demi mempertahankan NKRI.

Pada saat itu Bung Tomo menyerukan semangat juang dengan berkata “Merdeka atau Mati”. Teriakan Bung Tomo itu berhasil membakar  semangat para pejuang kemerdekaan dan didalam perang ini banyak ribuan pejuang yang gugur dimedan laga. Meski kalah namun arek-arek Surabaya berhasil dalam memukul mundur para tentara Inggris dan Belanda dan pada saat itu Indonesia tetap berhasil dalam mempertahankan kemerdekaan.

Dari peristiwa pertempuran penduduk Surabaya dan para pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia maka setiap pada tanggal 10 November diperingati sebagai hari pahlawan nasional. Untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Semangat juang para pahlawan mestinya sebagai contoh bagi warga negara Indonesia agar terus memajukan Indonesia menjadi negara yang berdaulat. Artinya, meneruskan perjuangan para pahlawan. Seperti pada pilar ke empat Pilar Kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika yang menyebutkan tidak ada jaminan bagi sebuah bangsa dan negara untuk bertahan secara kekal tanpa adanya kebulatan tekad dari seluruh masyarakat dan bangsanya untuk mempertahankannya sendiri negara dan bangsanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun