Santri merupakan julukan yang disematkan kepada seseorang yang berada dalam pondok pesantren yang mana bertujuan untuk memperluas wawasan dan mendalami ilmu agama sekaligus mengabdi agar mendapatkan barokah. Diantara karakteristik yang sangat melekat dengan kehidupan sehari-hari santri yaitu hidup sederhana, mandiri, solidaritas yang tinggi, serta memiliki sikap istiqomah dan tawaduk. Tidak salah jika pandangan masyarakat, mereka dipercayai sebagai manusia yang bermoral baik.
Santri merupakan unsur penting dalam kehidupan masyarakat, eksistensinya selalu diharapkan menjadi penggerak utama dalam memperkaya khazanah keilmuan serta menyerukan perdamaian. Mengingat, santri memiliki ahlakul karimah yang bagus dan dibesarkan di pondok- pondok pesantren yang sampai saat ini masih layak disebut sebagai tempat reproduksi orang- orang alim ( ulama ).
 Maka kata "santri" sudah mafhum dalam cakrawala kita, bahwa santri ada dan ikut andil dalam bagian-bagian sejarah penting negeri ini. Boleh dikatakan banyak sekali santri yang gugur dalam perjuangannya merebut kemerdekaan bangsa Indonesia, para santri melepaskan pakaian keilmuannya sejak dulu untuk membela kepentingan tanah air merebut persamaan hak yakni kemerdekaan melalui aksi-aksi heroik para santri resolusi jihad dan pertempuran 10 november disurabaya adalah wujud nyata cinta tanah air.
Sikap nasionalisme ini yang harus terus dibangun dan diamalkan dalam jiwa-jiwa santri sebagai salah satu prinsip hidup dan kesadaran moril seabagai bagian warga Negara Indonesia. Dan atas izin allah ta'ala bentuk wujud nyata perjuangan santri sudah termaktum dalam Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015, Presiden Jokowidodo telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Disatu sisi sebagai kaum santri sangat bersyukur atas hadiah tersebut.
Terlepas dari sisi terminologis dan etimologis santri yang sudah banyak dibahas dalam berbagai macam artikel tulisan, pada eranya masing-masing santri menunjukkan Dharma Baktinya pada bangsa Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan. Maka dari itu kesan kumuh, tidak beralas kaki, sarungan, dan kata sentimen lainnya tidak pantas diberikan kepada santri yang notabennya santri adalah orang-orang yang memiliki intelektual, toleran, moderat, inovatif, spiritualis dan agamis yang cukup baik.
Berbagai aspek kehidupan telah disentuh dan dilalui oleh kaum santri yang mana kiprahnya telah terbukti bukan hanya bergelut dibidang keilmuan ala kepesantrenan saja, namun banyak sekali didunia bisnis, pemerintahan, dan banyak lagi bidang lainnya. Yang mana terbukti disemua lini ada campur tangan dari kiprah para santri dari dahulu hingga sekarang yang tetap menunjukkan ke eksistensiannya dalam membangun negeri.
Terbukti didalam Kabinet Kerja Presiden jokowi ternyata tanpa kita ketahui banyak sekali para menteri yang latar belakangnya seorang santri. Begitupun dengan penjabat tinggi lainnya termasuk ketua- ketua partai yang banyak diisi oleh kaum santri, bahkan tidak hanya itu banyak pendahulu negeri yang telah gugur bukti nyata bahwa negeri kita tercinta pernah dipimpin oleh seorang santri yakni Almarhum KH. Abdurrahman Wahid ( Gus Dur ) yang menjadi presiden ke-4 Republik Indonesia.
Tentu bukan hanya Gus Dur banyak kaum santri terdahulu yang telah memperjuangkan negeri ini seperti pangeran diponegoro, Bung Tomo, KH. Ahmad Dahlan dan masih banyak lagi lainnya. Sudah  banyak sekali kiprah santri dalam membangun bumi pertiwi, maka sudah saatnya yang melabeli diri sebagai santri untuk bangun dan bangkit mempersiapkan diri secara total, ikut serta dalam membangun Negara dalam hal apapun sesuai dengan kapasitas yang kita miliki.
Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini, kita butuh sekelompok masyarakat moderat untuk mendampingi para kyai dan guru-guru kita dalam menghadapi semua tantangan didalam kehidupan saat ini yang notabennya sangat dipengaruhi besar oleh kehidupan dunia barat. Dan kiprah para santri lah yang dibutuhkan untuk senantiasa memberikan kesejukan, syiar islami, serta membentengi diri dari kehidupan dunia barat.
Sudah seharusnya kalangan santri milenial saat ini bergerak lebih cepat untuk mengatasi krisis moral dan ahlak serta budaya yang notabennya jauh dari hal baik ataupun kehidupan santri, karena dizaman sekarang ini santri bukan lagi berjihad melawan gencatan senjata akan tetapi santri diera modernisasi ini berjihad dalam masyarakat, jihad media, jihad politik dan bahkan jihad ekonomi dalam rangka tetap menunjukkan eksistensi dan kontribusinya didalam membangun negeri.
Kehidupan pesantren juga tidak hanya membekali para santri ilmu akhirat saja atau alim soal kitab kuning, akan tetapi santri dibekali intelektualitas yang tembus segala disiplin keilmuan diberbagai bidang. Toh , pesantren  sudah menyiapkan santri-santrinnya untuk kea rah demikian lewat peningkatan kapasitas sarana-prasarana fasilitas pesantren dengan sebaik mungkin sehingga para santri mampu menimba ilmu secara maksimal dan mengamalkan nya dengan baik di kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini merupakan aspek terpenting menyiapkan diri dalam era milenial harus dengan keterisian hati yang hanya bisa kita dapatkan dengan cara mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala. Kesederhanaan dan sikap khas santri yang sederhan, wara', Qona'ah, dan tidak bertele-tele juga merupakan sebagai sarana edukasi sebagai contoh kehidupan yang baik bagi anak-anak kita sehingga nantinya dapat menjadi generasi bangsa yang berahlak dan bermoral baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H