1
New York, Amerika Serikat
Ruangan kecil tempat di mana aku sedang berada saat ini seakan membawa kembali semua ingatan masa lalu ketika aku masih berdinas aktif di militer Israel. Begitu banyak kenangan yang berkelebat di dalam kepalaku. Masa itu adalah masa-masa yang penuh dengan kebanggaan dan rasa patriotisme. Kami yang waktu itu masih menjadi prajurit muda di angkatan bersenjata Israel selalu dicekoki dengan doktrin-doktrin mengenai Zionisme, kerelaan kami untuk mengorbankan jiwa raga demi membela negara Israel, serta pencucian otak yang sangat sistematis mengenai musuh abadi yang akan selalu mengintai dan menjadi ancaman yang serius bagi keberlangsungan negara Israel.
  Aku sedang duduk sendiri di dalam sebuah kamar hotel yang mungkin namanya tidak akan pernah Anda ditemukan di buku telepon maupun mesin pencari seperti Google dan Edge. Aku masih bisa mengingat dengan jelas perjalanan hidupku yang sepertinya akan sampai di puncak karir yang membanggakan. Akan tetapi, semua gambaran dan angan-angan itu berubah seratus delapan puluh derajat menjadi sebuah kenyataan pahit yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Saat ini aku bagaikan orang buangan tanpa ada kepastian akan jaminan masa depan yang lebih baik. Beberapa hari yang lalu aku masih bisa bertemu serta bercengkrama dengan istri dan kedua anakku yang sedang dalam proses pertumbuhan. Selama ini kami memiliki kehidupan yang bisa dibilang sedikit normal dibandingkan dengan keluarga-keluarga lainnya yang menjalani kehidupannya dengan keteraturan dan normalitas.
  Mengingat pekerjaanku selama ini yang bergerak dalam dunia bayang-bayang alias spionase yang penuh dengan intrik serta tipu muslihat. Sehingga aku harus terus menerus memisahkan dua kehidupan yang saling bertolak belakang ini antara kehidupan keluarga dan pekerjaan. Semua ini bermula ketika aku masih aktif berdinas di militer. Pada suatu hari yang cerah di bulan Juni, tiba-tiba saja aku didatangi oleh dua orang berpakain resmi yang mengajukan beberapa pertanyaan layaknya wawancara kerja. Menurut dugaanku saat itu, kedua orang ini sepertinya berasal dari Dinas Keamanan Dalam Negeri dan ternyata dugaanku salah. Setelah pertemuan pertama tersebut, aku masih beberapa kali lagi mengikuti sesi wawancara resmi dan dilanjutkan dengan mengikuti beberapa kali tes yang dilaksanakan di tempat yang selalu berbeda. Setelah semua rangkaian wawancara dan beberapa tes yang membosankan serta melelahkan itu berakhir, akhirnya aku bisa kembali menjalani kehidupanku dengan normal. Waktu terus berjalan dan sejauh ini tidak ada pemberitahuan ataupun informasi mengenai hasil dari berbagai tes dan wawancara yang telah aku jalani beberapa waktu lalu. Seakan orang-orang itu bagaikan hantu yang hanya muncul sesaat dan setelahnya pergi menghilang entah ke mana.
  Aku tidak bisa mengingat dengan jelas kapan tepatnya panggilan telepon itu tiba. Saat aku menerima telepon dari seorang yang tidak pernah aku kenal, pada saat itulah kehidupanku mulai berubah. Selama berbicara di telepon aku menerima sebuah instruksi khusus yang harus aku ikuti dengan seksama. Singkat cerita, dari percakapan telepon itulah aku akhirnya direkrut ke dalam sebuah organisasi elit yang bertugas sebagai pelindung negara Israel. Tempat berkumpulnya orang-orang pilihan dan berbakat dari seluruh penjuru negeri yang telah melalui serangkaian tes dan wawancara yang sangat ketat, serta pengecekan latar belakang yang mendalam hingga keputusan untuk merekrut atau menolak akhirnya diambil.
  Rasa bangga dan percaya diri seakan selalu meliputi hari-hariku saat bekerja di tempat yang baru ini. Setiap hari baru tiba, aku selalu merasakan gairah untuk melakukan yang terbaik bagi organisasi ini. Di dalam organisasi ini aku mendapatkan kemudahan serta akses ke berbagai tempat juga fasilitas rahasia milik negara yang dijaga sangat ketat, bahkan mungkin banyak dari warga Israel yang tidak mengetahuinya atau bahkan hanya mendengar namanya. Aku juga mendapatkan kemudahan akses ketika memasukkan orang asing yang namanya tidak ingin diketahui oleh publik ke Israel. Tidak ada pengecekan paspor layaknya orang biasa, kerumitan serta antrian di bagian imigrasi, semua prosedur tersebut dapat aku lewati dengan mudah karena adanya kartu sakti yang diberikan oleh kantor kepadaku. Begitulah hari-hariku berlalu sebagai seorang perwira muda yang masih dalam masa uji coba. Pekerjaan baru ini memberiku sensasi rasa kesenangan juga ketegangan pada saat yang hampir bersamaan, sehingga akan membuatmu mengalami sensasi kecanduan untuk terus melakukan yang terbaik.
  Pada saat itu semuanya terlihat berjalan dengan baik, kondisi keuanganku, kehidupanku bersama istriku yang masih diselingi dengan sedikit pertengkaran bagaikan hujan yang turun di tengah musim kemarau. Hingga suatu hari semuanya berubah di luar kendaliku. Pada saat itu kantor sedang menjalankan sebuah operasi rahasia yang melibatkan beberapa departemen yang ada di dalamnya. Pada intinya kantor ingin melakukan sebuah operasi pencegatan terhadap sebuah pesawat jet pribadi yang infonya akan ditumpangi oleh orang-orang yang selama ini telah menjadi musuh nomor satu Israel. Jika operasi rahasia ini berhasil dilakukan, tentu ini akan menjadi sebuah tangkapan besar dan juga merupakan keberhasilan bagi kantor dalam mengeliminasi musuh-musuh berbahaya bagi Israel di kemudian hari.
***
  Pada operasi rahasia kali ini untuk pertama kalinya aku dilibatkan, tetapi hanya sebagai tim pendukung yang bertugas untuk menyampaikan informasi dari seorang agen yang pada saat itu tengah bertugas di lapangan. Aku tidak memiliki wewenang untuk merubah, menafsirkan ataupun menambah isi pesan yang aku terima dari agen tersebut. Pada operasi rahasia kali ini aku ditempatkan di Siprus sebuah pulau kecil yang berada di laut Mediterania dan menjadi salah satu tempat yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai belahan dunia. Jadi tidak mengherankan jika banyak warga negara asing yang berada di Siprus untuk menikmati liburan musim panas. Dalam operasi rahasia kali ini aku menyamar sebagai seorang konsultan karya seni yang memiliki klien dari berbagai negara termasuk di Israel. Tentu saja ini semua hanyalah kebohongan yang sengaja aku ciptakan untuk penyamaranku selama berada di Siprus. selama operasi rahasia ini sedang berlangsung, aku tinggal dan menginap di salah satu hotel terbaik yang berada tepat di pinggir pantai berpasir putih yang menyajikan pemandangan spektakuler. Selama berada di Siprus, aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan sambil menikmati keindahan dari bangunan-bangunan tua bersejarah, meminum minuman khas Siprus yang tidak bisa aku ingat namanya dari sebuah kafe pinggir jalan, serta duduk bersantai di pantai sambil melihat para wisatawan yang bermain air laut. Aku begitu menikmati pekerjaan ini karena semua biaya pengeluaran akan ditanggung oleh kantor.