Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta yang Tak Sampai

15 Mei 2024   09:48 Diperbarui: 15 Mei 2024   09:49 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   "Baiklah, saya akan segera kembali," jawabnya, lalu menghilang di balik pintu.

   Kurang dari dua menit akhirnya pintu gerbang kayu itu terbuka dan aku segera dipersilakan masuk oleh penjaga tadi. Aku segera mendorong motorku masuk ke halaman rumah Namira yang nampak begitu indah. Di sebelah kanan terdapat sebuah taman dengan rumput hijau yang terpotong rapi. Tidak ketinggalan terlihat beberapa lampu taman dengan cahaya lampu berwarna kuning. Sedangkan di sebelah kiri, terdapat beberapa pot bunga serta tanaman anggrek yang ditempel di dinding. Aku terus mendorong motorku hingga tiba di depan teras rumah yang bermandikan dengan cahaya lampu. Aku segera memarkir motorku lalu berjalan ke teras rumah hingga aku berhenti di depan sebuah pintu yang terbuat dari kayu jati yang mengkilat dan terlihat sangat kokoh.

   Kali ini perasaanku mulai campur aduk antara senang dan takut karena akan bertemu dengan kedua orang tua Namira untuk pertama kalinya. Aku menarik napas panjang beberapa kali untuk sedikit meredakan ketegangan yang mulai aku rasakan, kemudian aku memencet bel yang ada di samping pintu. Dengan sabar aku menunggu hingga terdengar suara kunci diputar dan sesaat kemudian akhirnya pintu terbuka. Alangkah terkejutnya aku ketika mengetahui Namira tengah berdiri di balik pintu kayu sambil memandangku dengan wajah cantiknya. Perasaan cinta yang ada di dalam hatiku rasanya sudah tak tertahankan lagi. Sungguh, ingin sekali rasanya aku bisa memeluknya dengan erat dan tidak akan pernah kulepaskan lagi.

   "Selamat malam Mas Fauzan," kata Namira kepadaku yang langsung membuyarkan lamunan yang ada di kepalaku.

   "Selamat malam juga Namira," balasku dengan senyum bahagia di wajahku.

   "Aku ucapkan terima kasih, Mas Fauzan akhirnya berkunjung ke rumahku untuk bertemu dengan kedua orang tuaku," ujar Namira yang terlihat begitu bahagia dengan kedatanganku.

   "Sama-sama Namira. Aku juga merasa senang. Akhirnya malam ini aku bisa berjumpa dengan kedua orang tua kamu," balasku.

   Setelah basa-basi singkat, akhirnya Namira mempersilakan aku untuk masuk ke ruang tamu dan duduk di kursi yang tersedia. Aku segera masuk ke dalam ruang tamu rumah Namira dan segera duduk di kursi berlengan yang terbuat dari kulit. Namira segera masuk kembali ke dalam rumah untuk memanggil kedua orang tuanya. Tidak berapa lama ayah beserta ibu Namira akhirnya datang menemuiku di ruang tamu. Aku segera bangkit untuk bersalaman dengan kedua orang tua Namira dan kembali duduk.

   Itulah saat pertama kali aku bertemu dengan kedua orang tua Namira yang terlihat begitu berwibawa. Malam itu aku dan kedua orang tua Namira saling berbincang santai, ditengah-tengah obrolan Namira kembali ke ruang tamu dengan membawa beberapa hidangan yang ia letakkan di atas meja dan segera kembali masuk ke dalam. Akhirnya, aku memberanikan diri untuk menyampaikan maksud serta keinginanku kepada kedua orang tua Namira.

   "Bapak dan ibu, maksud kedatangan saya ke sini malam ini adalah untuk meminta izin. Bolehkah saya menikah dengan Namira?" kataku dengan perasaan campur aduk.

   Kedua orang tua Namira tidak langsung menjawab setelah mendengar permintaan yang baru saja aku sampaikan. Terjadi keheningan di ruang tamu rumah Namira yang sepertinya akan berlangsung lama. Namun, keheningan itu dipecahkan oleh suara ayah Namira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun