Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Hutan Terlarang

2 Februari 2024   10:59 Diperbarui: 2 Februari 2024   21:19 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   "Andy, siapakah orang-orang itu?" tanya Susan dengan suara pelan dan bergetar karena takut. "Langkah apa yang harus kita lakukan dalam situasi seperti sekarang?"

   "Aku tidak tahu Susan," jawab Andy sambil menggelengkan kepalanya. "Kamu harus tetap tenang dan selalu berada di belakangku. Aku akan pergi ke sana untuk berbicara pada orang-orang itu," kata Andy mengeluarkan ide gila yang ada di kepalanya.

   "Apakah tidak terlalu berbahaya tindakan yang akan kamu ambil ini, Andy?" tanya Susan semakin khawatir.

   "Kita tidak punya pilihan lain Susan. Siapa tahu dengan aku berbicara pada orang-orang itu, kita dapat segera keluar dari situasi yang menegangkan ini," jawab Andy dengan sedikit keraguan yang tergambar jelas di wajahnya.

   "Jika itu adalah cara terbaik untuk keluar dari situasi yang mencekam ini, baiklah. Tapi satu pesanku Andy, berhati-hatilah dan selalu jaga ucapanmu saat berbicara pada mereka," pinta Susan dengan raut wajah yang menggambarkan kesedihan.

"Aku akan selalu mengingat nasehatmu Susan. Dan ingat juga pesanku, tetaplah di sini dan teruslah waspada dengan kehadiran orang-orang itu. Jika situasi berubah memburuk, aku memohon kepadamu, segeralah berlari keluar dari area tanah terbuka ini dan masuklah ke dalam rimbunan pohon yang berada di belakangmu, karena itu akan memberi sedikit perlindungan untukmu," pinta Andy dengan seulas senyum manisnya yang ternyata itu adalah senyuman terakhir untuk Susan.

***

   Andy akhirnya mulai berjalan perlahan meninggalkan Susan yang berdiri diam dengan raut wajah khawatir menuju ke tempat sekelompok pria berbaju hitam yang sedang berdiri diam sambil mengawasi dari area tepian tanah terbuka. Ketika Andy baru saja mulai berjalan sejauh kurang lebih sepuluh langkah, tiba-tiba langkahnya terhenti manakala sebuah anak panah menancap tepat di dadanya. Tubuh Andy sontak bergetar sejenak yang segera diikuti dengan darah segar yang mulai membasahi bagian depan dadanya. Andy berusaha sekuat tenaga dengan kedua tangannya mencabut anak panah yang baru saja menancap tepat di dadanya.

   Ketika Susan yang tengah berdiri diam melihat kejadian yang baru saja menimpa Andy. Seketika Susan menjerit histeris dengan suara keras yang memecah keheningan tanah terbuka itu. Susan tidak dapat menggerakkan tubuhnya saat melihat kengerian yang sedang berlangsung di hadapannya, manakala beberapa anak panah kembali menghujam tubuh Andy yang langsung membuatnya terkapar di atas tanah terbuka. Susan tidak mampu berbuat apa-apa untuk menolong Andy yang sedang sekarat menanti kematian yang pasti akan terjadi.

   Sekarang giliran nyawa Susan yang terancam oleh sekelompok pria berbaju hitam. Susan memutuskan untuk segera berlari menuju ke arah sebaliknya dan berusaha secepat mungkin keluar dari tanah terbuka ini dan masuk ke dalam rimbunan pohon yang ada di belakangnya. Dengan berurai air mata Susan berlari sekuat tenaga meninggalkan tubuh Andy yang tengah sekarat di tengah tanah terbuka, Susan juga tidak mengetahui saat pemimpin kolompok itu mulai berjalan memasuki tanah terbuka dan langsung mendekat ke tubuh Andy. Ketika telah berada di samping tubuh Andy, sang pemimpin kelompok segera berjongkok sambil menatap dingin wajah Andy yang mengerang kesakitan akibat beberapa anak panah yang menancap di tubuhnya. Dengan tenang, sang pemimpin kelompok mengeluarkan sebilah belati tajam dari sarungnya dan mulai mengangkat kepala Andy dengan sebelah tangan. Di saat-saat terakhir itulah Andy bisa melihat sepasang bola mata yang tersembunyi di balik topeng, dan apa yang Andy lihat adalah sebuah kegelapan pekat dan kengerian.

   Belati tajam yang dibawa sang pemimpin kelompok dengan tenang mulai menggorok leher Andy hingga terputus dari tubuhnya. Tubuh Andy sempat mengejang beberapa saat karena rasa sakit dan kengerian yang dirasakannya sebelum akhirnya tubuh Andy benar-benar berhenti untuk selamanya. Terlihat darah segar mulai membasahi tanah terbuka dari kepala Andy yang terpotong dengan mata terbelalak. Kemudian, sang pemimpin kelompok kembali berdiri sambil menghadap ke patung batu hitam dan mulai berbicara dengan suara serak yang menakutkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun