Mohon tunggu...
Achmad Fahad
Achmad Fahad Mohon Tunggu... Penulis - Seorang penulis lepas

menyukai dunia tulis-menulis dan membaca berbagai buku, terutama buku politik, psikologi, serta novel berbagai genre. Dan saat ini mulai aktif dalam menghasilkan karya tulis berupa opini artikel, beberapa cerpen yang telah dibukukan dalam bentuk antologi. Ke depan akan berusaha menghasilkan karya-kerya terbaik untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Penelusuran Berdarah di Hutan Donomulyo

10 Oktober 2023   18:25 Diperbarui: 10 Oktober 2023   18:27 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sebenarnya kita sudah sampai, tetapi aku tidak tahu di mana tempat kita akan beristirahat dan menginap. Kita tunggu Ricky bangun, karena dia yang telah memesan tempat penginapan untuk kita semua," jawab Usman sambil menghisap rokok yang ada di tangannya, lalu menghembuskan asapnya dengan perlahan.

Usman dan Vanesa kembali terdiam menikmati keindahan alam yang terbentang di hadapan mereka. Memang benar, tempat ini bisa membuat mata siapa saja akan terpana dengan hamparan hijau hutan dengan pohon-pohon yang tumbuh saling berdempetan, ditambah lagi dengan beberapa puncak gunung yang masih berselimut awan tebal berwarna hitam. Dari belakang kembali terdengar suara pintu mobil dibuka, yang segera diikuti suara langkah kaki orang yang berjalan ke tempat Usman dan Vanesa sedang berdiri memandang indahnya pemandangan yang tersaji di hadapan mereka.

"Ternyata kalian ada di sini rupanya," kata Ricky ketika telah berada di samping Usman. "Apakah kita telah sampai di daerah Donomulyo?" lanjutnya sambil memandang keadaan sekitar yang dipenuhi dengan hutan sejauh mata memandang beserta puncak-puncak gunung yang berselimut awan tebal.

"Sebenarnya kita telah sampai di daerah Donomulyo. Seperti yang bisa kau lihat mengenai suasana pedesaan juga bentang alam yang ada di hadapan kita ini," jawab Usman dengan seringai nakalnya. "Akan tetapi, aku tidak mengetahui nama beserta alamat hotel tempat kita akan menginap dan beristirahat."

"Kau benar," jawab Ricky dengan senyum bahagia karena ia akhirnya bisa sampai di daerah Donomulyo. "Sungguh luar biasa pagi ini, kita semua disambut dengan pemandangan alam yang sungguh luar biasa, ditambah dengan hawa dingin yang seakan tidak ingin berlalu meninggalkan kita. Dan satu lagi, di sini kita bisa melihat kesederhanaan masyarakat yang menyatu serta masih menjaga alam dengan baik."

"Aku sepertinya sudah jatuh cinta pada pandangan pertama dengan daerah Donomulyo ini. Aku serasa ingin menyatu dengan alam yang ada di sini, menjelajah menembus hutan dan menikmati segar serta beningnya air sungai yang mengalir di tengah hutan," ujar Vanesa dengan senyum cantiknya yang mampu melelehkan hati kedua pria yang berdiri di sebelahnya.

"Selama kita berada di sini, kita akan menginap di Penginapan Dahlia. Penginapan ini sangat nyaman dan juga memiliki pemandangan alam yang menakjubkan. Aku mengetahuinya dari beberapa ulasan yang disampaikan para pengunjung yang pernah bermalam di Penginapan Dahlia."

"Baiklah kalau begitu. Kita akan melanjutkan perjalanan menuju ke Penginapan Dahlia agar aku bisa merasakan segarnya mandi dengan air pegunungan," ujar Usman dengan bersemangat. "Tapi sebelumnya, aku ingin membeli secangkir kopi panas di warung yang ada di depan sana." Usman menunjuk sebuah warung sederhana semi permanen yang sepertinya selalu ramai dengan pembeli yang keluar masuk. "Apakah kalian berdua juga ingin memesan sesuatu untuk menghangatkan badan?"

"Aku mau segelas teh panas, karena sampai sekarang aku masih merasa kedinginan," pinta Vanesa masih sambil menyilangkan kedua tanganya di dada untuk mengusir hawa dingin.

"Aku juga mau secangkir kopi panas. Karena tubuhku serasa berada di dalam lemari pendingin yang membekukan," ujar Ricky dengan sesekali masih menggigil.

"Kalian berdua tunggu di sini. aku yang akan berjalan ke warung itu," kata Usman. Kemudian Usman segera berjalan menuju ke warung yang ada di depan mereka untuk memesan minuman hangat sebagai pengusir hawa dingin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun