Sesudah azan maghrib berkumandang, tampak seorang lelaki berumur yang sedari tadi memejamkan mata. Tak lama kemudian ia secara perlahan membuka indera penglihatannya itu. Ada sesosok orang dan beberapa orang dibelakangnya yang menunggunya dan mencoba berbicara padanya.
"Rudy, akhirnya kau tiba kemari juga. Kami sudah lama menantimu."
"Duduklah sejenak sembari ceritakan kisah-kisahmu."
Sosok lelaki ini membantu mendudukkan lelaki berumur itu dan memberinya segelas air putih. Kemudian berceritalah lelaki berumur berkacamata ini panjang lebar kepada semua orang disana.
"Kami mengerti apa yang kau jalani, apa yang kau kerjakan untuk kepentingan, demi kemaslahatan negara bangsa ini."
"Tidak perlu risau, kau telah berikan yang terbaik. Memang tidak selalu sesuai dengan keinginan rakyat, namun itu sudah tepat.", ujar lelaki kedua.
"Resahmu kini usai, mari rayakan perjumpaan kita dengan penuh suka cita.", timpal lelaki ketiga.
**___~~(())~~___**
Sukarno, Hatta, Tan, Dur Wahid dan banyak tokoh pergerakan nasional lainnya turut menyambut kedatangan Rudy dengan sangat hangat.Â
Seperti berjumpa kawan lama yang telah puluhan tahun tak bersua.Â
Sorak sorai, riang gembira, gegap gempita memenuhi sekeliling area tersebut.
Berbanding terbalik dengan kondisi alam fana yang penuh duka cita.Â
Tangis puluhan ribu orang mengiringi kepergiannya.
**___~~(())~~___**
Sesudah pesta perayaan berakhir, Rudy segera menemui sosok wanita yang selama ini selalu ia cintai selama ini.
"Ainun, maafkanlah aku tak bergegas menemuimu. Tetua karib kita menyambut kedatanganku terlebih dahulu."
Lelaki flamboyan ini memegang rambut Ainun, ia melanjutkan kembali ucapannya.
"Tak perlulah engkau gelisah, kini aku sudah berada di sisimu lagi. Tidak untuk sementara melainkan untuk selamanya. Kita akan selalu bersama dan tiada terpisahkan kembali."
Mata Ainun berkaca-kaca mendengar perkataan Rudy, seraya kedua sejoli tersebut berpelukan setelah sekian lama terpisah. Mereka abadi dalam kisah, abadi dalam cinta dan kesetiaan. Tiada tara.
**___~~(())~~___**
Beristirahatlah penuh kedamaian dan penuh kebanggaan.
Selamat jalan menuju keabadian. Namamu senantiasa kekal dalam sanubari bangsa ini.
R.I.P Eyang Bacharuddin Jusuf Habibie (25 Juni 1936 - 11 September 2019)
Surabaya, 12 September 2019
Achmad Rosyid Kurniawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H