Mohon tunggu...
Achmad Adzimil Burhan
Achmad Adzimil Burhan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Santri, Pelajar, Penulis

Seorang santri dan pelajar. Penghafal Al Qur'an. Suka menulis berbagai topik termasuk self improvement, pendidikan, filsafat, psikologi, dan lain-lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dunia Islam Kehilangan Anak Asuhnya

21 Juli 2024   11:28 Diperbarui: 21 Juli 2024   11:28 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jika kita melihat masa lalu, tepatnya ketika Dunia Islam di puncak masa jayanya, agama dan sains seakan menjadi dua keilmuan yang tak terpisahkan. Semangat keilmuan dalam mempelajari sains serta melestarikannya sangatlah tinggi ketika masa keemasan Islam berlangsung. Terutama ketika masa kepemimpinan Khalifah Harun Ar Rasyid yang dianggap oleh banyak sejarawan sebagai puncak kejayaan dalam keilmuan Islam.

Namun, kini kita dapat melihat dengan jelas dimana sains sebagai "anak asuh" dunia Islam, berpindah "pengasuhannya" menuju Dunia Barat. Jika kita melihat dengan cermat sebuah pola sejarah dalam bentuk fenomena sosial dalam konteks ini, maka sebuah "perasaan iri" akan muncul dalam society ataupun peradaban yang tidak "mengasuh" sains.

Seperti ketika masa keemasan Islam tengah berlangsung, maka peradaban Barat mempunyai "perasaan iri" terhadap peradaban Islam yang sedang "mengasuh" sains dengan begitu baiknya. Cahaya keilmuan yang memancar dari peradaban Islam pada saat itu membuat banyak orang-orang di Eropa yang ketika itu masih diselimuti oleh Abad Kegelapan, berbondong-bondong belajar ke Dunia Islam untuk mempelajari sains. Terutama semenjak Andalusia ditaklukkan oleh Dinasti Umayyah II lalu menjadi salah satu dari dua pusat keilmuan dunia Islam yang terkenal pada masa itu, selain Baghdad yang dikuasai oleh Dinasti Abbasiyah.

Namun, yang terjadi kini justru sebaliknya. Dunia Islam saat ini seakan merasa iri terhadap perkembangan sains yang diasuh oleh Barat. Tak bisa dipungkiri, sejarah telah berbicara bahwa perkembangan sains dalam dunia Barat saat ini tak lepas dari kontribusi Dunia Islam di masa lalu. Namun, kita juga harus melihat realitas saat ini, dan bukan serta tidak boleh hanya mengenang atau bahkan membangga-banggakan keemasan peradaban Islam di masa lalu.

Maka yang perlu diperlukan untuk dalam Dunia Islam saat ini adalah bukan hanya rasa iri yang terus dikembangkan, tapi juga harus bergerak menuju perubahan dimana memang anak asuh yang dulu Dunia Islam miliki, kini sedang sedang diasuh oleh Dunia Barat.

Lalu pertanyaannya, apa yang di perlukan Dunia Islam untuk dapat mengasuh kembali sains dalam peradabannya di masa kini ?

1. Persatuan 

Perasaan untuk bersatu yang dibungkus oleh semangat persaudaraan atas dasar keimanan adalah hal pertama yang perlu dilakukan. Fanatisme nasional, kesukuan dan juga madzhab adalah beberapa yang sulit sekali hilang sekaligus perlu untuk diredam atas dasar keimanan. Perbedaan adalah kepastian dalam kehidupan, namun bukan berarti perbedaan menjadi penyebab untuk berpecah belah.

Memang tidak mudah. Beberapa nama pernah muncul dalam 2 abad terakhir dengan membawa ide dan gasan untuk persatuan umat Islam seluruh dunia ini.  Walaupun, tak ada satupun diantara mereka yang hingga akhir hayatnya dapat merealisasikan ide dan gagasannya hingga berhasil dalam dunia nyata. Tapi, kita perlu menghargai usaha-usaha mereka dalam membangunkan kesadaran umat yang tidur terlalu lelap dalam mimpi masa lalu keemasannya.

2. Pikiran Kritis

Kemandekan proses berpikir dalam ilmu pengetahuan khususnya sains bisa kita lihat dengan jelas beberapa abad belakangan. Proses intelektualisasi dalam dunia Islam sekarang terhambat dengan adanya ide-ide atau pikiran yang terlalu mengedepankan akhirat atau kehidupan sesudah kematian secara berlebihan. Sehingga sikap fatalisme menjangkiti Dunia Islam saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun