Ayat diatas menjelaskan bahwa segala sesuatu baik di langit maupun di bumi senantiasa bertasbih kepada Allah. Itu berarti alam juga adalah makhluk Tuhan yang juga memiliki suatu "kehidupan" tersendiri walaupun kita tidak bisa memahaminya. Jadi, mereka juga "hidup" dalam artian khusus dan punya hak yang sama untuk diperlakukan sebgai sesama makhluk Tuhan.
Tuhan memang menyediakan alam sebagai pemenuh kebutuhan manusia. Tapi tentu saja Tuhan ingin manusia memanfaatkan alam dengan tetap menjaga dan memanfaatkannya dengan baik dalam batas-batas tertentu. Begitulah pesan tersirat yang bisa kita ambil dari ayat ini.
Lebih lanjut, Allah Berfirman dalam Al Quran Surah Fussilat ayat 43 (yang artinya) :
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa (Al-Qur’an) itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?"
Allah berfirman bahwa diri manusia dan segala penjuru yang ada dalam realitas dunia adalah tanda-tanda Kebesaran Tuhan dan Kebenaran Al Qur'an. Ini juga berarti bahwa alam yang ada disekitar kita termasuk dalam tanda-tanda Kebesaran-Nya. Maka pemanfaatan alam dengan tetap menjaganya adalah sebuah kewajiban bagi manusia sebagai amanah dari Tuhan.
Singkatnya, ajaran Islam membimbing manusia agar memandang alam sebagai subjek sebagaimana diri mereka sendiri. Maka belajar untuk menumbuhkan kesadaran tentang eksistensi alam juga sebagai makhluk Tuhan bisa mencegah kita berbuat kerusakan pada alam.Â
Dan tentu saja, itu semua bisa dimulai dari kita sendiri. Dan untuk menyebarkannya dalam skala luas, tentu perlu berbagai elemen masyarakat, pihak-pihak yang terkait dan berwajib termasuk pemerintah di dalamnya dalam mensosialisasikan ataupun mendidik betapa pentingnya menjaga alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H