Stoikisme menyatakan bahwa seseorang akan meraih kebahagiaan jika dia bisa mengontrol dengan baik (positif) cara pandangnya terhadap pengaruh yang ia miliki atas segala hal yang terjadi pada hidupnya (dikotomi kendali internal). Serta tidak memiliki cara pandang bahwa kebahagiaan datang dari faktor-faktor eksternal atau hal-hal yang datang dari luar atau terjadi pada diri mereka (dikotomi kendali eksternal).
Islam juga memiliki suatu konsep yang sama. Dalam salah satu hadits, Nabi shallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya):
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya". (HR. Bukhari Muslim).
Nabi menyebutkan bahwa setiap orang adalah pemimpin. Dan bahwa sejatinya dia adalah seorang pemimpin terlepas dari bahwa dirinya memiliki suatu jabatan, gelar, kedudukan ataupun tidak. Minimal, dia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Melalui hadits tadi Islam menjelaskan bahwa selayaknya pemimpin, maka setiap orang harusnya punya kuasa penuh terhadap kendali atas dirinya sendiri. Karena tentu saja, pemimpin adalah orang yang punya wewenang untuk mengatur dan memiliki kebebasan terhadap suatu objek atau suatu yang dipimpinnya. Maka seharusnya, seseorang punya kendali penuh atas dirinya sendiri terhadap segala sesuatu ayng terjadi pada diri dan kehidupan mereka dan bagaimana rekasi mereka terhadap semua itu.
So, itu tadi 2 kesamaan atau titik temu antara Stoikisme dan Islam.Â