‘Tabah Sampai Akhir’ atau “ Wira Ananta Rudhiro “ adalah moto satuan kapal selam TNI Angkatan Laut. “ Sekali menyelam, maju terus – tiada jalan untuk timbul sebelum menang. Tabah Sampai Akhir “ demikian bagian pidato Presiden Soekarno di atas kapal selam KRI Tjandrasa pada 6 Oktober 1966 di dermaga Tanjung Priok, Jakarta. Kini setelah dua puluh tahun bertahan hanya dengan dua kapal selam U-209 buatan Jerman Barat, yaitu KRI Cakra 401 dan KRI Nenggala 402, TNI AL akan mendapat 3 buah kapal selam Changbogo Class buatan Korea Selatan, yaitu 403 KRI Nagarangsang, 404 KRI Nagabanda, dan 405 KRI Bramastra. Nama-nama kapal selam di atas walaupun dengan nomor yang agak berbeda, mengingatkan kita pada 12 kapal selam kelas Whiskey buatan Rusia yang pernah memperkuat TNI Angkatan Laut pada era 1960-an, di saat kekuatan kapal selam TNI AL begitu disegani negara-negara tetangga kita termasuk Australia. Changbogo U-209/1400 (Preveze Class) merupakan sepupu dari kapal selam Cakra dan Nenggala yang telah beroperasi sejak tahun 80-an. Changbogo dibuat oleh Korea Selatan atas lisensi dari U-209/1200Thyssen/Howaldtswerke-Deutsche Werft (HDW) Jerman yang diluncurkan tahun 1991. Secara umum Changbogo Class serupa dengan Atilay Class Submarine milik Turki. [caption id="attachment_286307" align="aligncenter" width="800" caption="Kapal Selam Nagarangsang 403 "][/caption] Pada tahun 1987, Korea Selatan memesan 3 buah kapal selam dari Jerman. Satu kapal selam dikerjakan di galangan kapal Jerman, dua sisanya dikerjakan di Korea dengan semua sparepart didatangkan dari Jerman. Inilah awal lahirnya kemandirian Korea Selatan dalam membangun armada kapal selam. Indonesia tampaknya meniru Korea Selatan dalamm embangun industri pertahanan dalam negeri. Faktor transfer of technology sangat diperhitungkan pimpinan TNI dan Pemerintah RI. Pada penandatangan kontrak dengan Daewoo Shipbuilding Marine Enginering (DSME), 20 Desember 2011, disebutkan dua kapal selam akan dibangun di Korea Selatan dengan melibatkan teknisi PT PAL. Sementara kapal selam ketiga dibangun di PT PAL Surabaya. Kemampuan Changbogo : Dengan awak kapal 40 orang, Changbogo U-209/1400 dapat menyelam sampai kedalaman 250-300m, membawa 14 torpedo dan 28 ranjau laut. Kecepatan di dalam airmencapai 21 knots dan di permukaan 11 knots. Changbogo mampu beroperasi secara terus menerus selama 2 bulan. kapal selam ini memiliki sistem penangkal serangan torpedo yang disebut Torpedo Acoustic Counter Measures (TACM). Kapal ini juga dilengkapi sistem peluncuran rudal anti kapal permukaan Harpoon, yang diluncurkan secara vertikal. Selain membawa torpedo konvensional tipe SUT (surface/underwater topedo), Changbogo juga bisa membawa torpedo kelas berat yang dikembangkan Korea Selatan. Meskipun impian untuk mempunyai armada kapal selam kelas Kilo tetap ada, namun kapal selam Changbogo tetap bisa mempunyai daya gentar jika Indonesia menghendakinya. TNI AL mengupayakan Changbogo yang dibuat di Indonesia, dilengkapi AIP (Air Independent Propulsion),untuk menambah daya senyap saat menyelam. Changbogo TNI AL rencananya juga akan dipasangi integrasi sistem kontrol persenjataan, sistem navigasi terkini, sistem penginderaannya dilengkapi passive Towed Array Sonar, serta peluncur rudal vertikal (VLS) untuk rudal Yakhont. Kapal selam akan diserahkan kepada TNI AL secara bertahap: 2015, 2016 dan2018. Pada tahun 2018 TNI AL telah memiliki 5 kapal selam, 2 kelas Cakra dan 3 kelas Changbogo, yang menurut rencana akan menempati pangkalan khusus kapal selam di Teluk Palu. Foto: Defense Study
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H