Mohon tunggu...
Achla Nuroniyah
Achla Nuroniyah Mohon Tunggu... Freelancer - Tidak sedang melakukan apa-apa

Suka baca, suka nulis, suka semuanya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dibalik Jeruji Besi

29 November 2024   14:00 Diperbarui: 29 November 2024   14:01 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aku janji, bakalan buktiin kalau kamu nggak salah,”

Itu adalah percakapan terakhir Elsa kepada kekasihnya, Leo, saat sang kekash tiba-tiba didatangi oleh rombongan polisi atas tuduhan perampokan bank Atlas semalam. Elsa sangat tahu bagaimana Leo dan kehidupannya. Sebelum mereka menjalin hubungan selama enam bulan terakhir ini, Elsa telah menjadi sahabat Leo sejak masih sekolah dasar. Kehidupan mereka selalu bersama, kecuali saat kuliah, Elsa harus pergi ke luar negeri untuk mewujudkan impiannya menjadi jurnalis. Meskipun bukan dari kalangan orang kaya, Leo adalah orang yang supel, sangat rajin, dan suka berbagi. Banyak orang suka berteman dengannya karena sifatnya ini. Ia selalu saja menyisakan sedikit uangnya untuk sekedar mentraktir temannya sepulang bekerja, walaupun hanya segelas kopi. Karena ketekunannya itulah, Leo diangkat menjadi salah satu manager di bank Atlas yang telah ia abdikan lebih dari lima belas tahun.

Kabar bahwa Leo terlibat kasus perampokan bank yang ia tempati tentu saja membuat seisi kantor gempar. Leo terkenal sebagi manager yang baik dan ramah. Ia bahkan pernah hampir dipecat karena berhasil mengungkapkan kasus penggelapan uang oleh manager sebelumnya, hingga akhirnya ia justru naik jabatan, karena telah membuka kebenaran. Banyak orang yang suka rela membantu Elsa mencari bukti kebenaran terkait apa yang terjadi terhadap Leo, salah satunya adalah Toni dan Siska, teman sekantornya yang juga teman seperjuangannya. Bagi mereka, rekaman CCTV yang dijadikan polisi bukti keterlibatan Leo terhadap perampokan yang terjadi semalam terlalu buram. Hanya seseorang yang memiliki postur tubuh mirip dengan Leo, pikirnya. Lagipula, saat itu Leo baru saja pulang nongkrong bersama mereka sepuluh menit sebelum kejadian, bahkan Siska juga pulang bersamanya, hingga Leo berbelok ke gang rumahnya. Apa mugkin, Leo berhasil berlari dalam lima menit kembali ke bank untuk melakukan aksinya?

Dalam pertemuan kali ini, Elsa berperan sebagai kapten tim, karena pengalamannya sebagai jurnalis sering mencari bukti untuk artikel yang ia tulis. Mereka mulai mengumpulkan bukti-bukti terkait hal yang melibatkan Leo dalam masalah ini, salah satunya alibi dari Siska tentang apa yang mereka lakukan malam itu. Tentu saja, rumah Leo jaraknya terlampau jauh untuk bisa ditempuh dalam jangka waktu lima menit saja. Selain itu, setelah dilihat lebih jelas lagi, pria yang katanya mirip Leo itu ternyata memakai penutup kepala dan membelakangi CCTV. Bagamana mungkin seseorang bisa ditangkap karena bukti yang samar?

Elsa bertugas menggeledah semua isi rumah Leo dan tidak menemukan bekas atau barang apapun yang terlihat mencurigakan. Ia bahkan sudah menyusuri ruang rahasia Leo. Sungguh tidak ada apapun yang mencurigakan sama sekali. Sedangkan Toni, ia bertugas menggeledah ruang kerja Leo, dan tidak ada apapun yang terlihat mencurigakan. Mereka kembali berkumpul untuk mendiskusikan barang bukti apa yang harus mereka tunjukkan di persidangan nanti, dua minggu lagi untuk membebaskan Leo. Mereka tidak menemukan bukti yang menunjukkan bahwa Leo bersalah, namun juga tidak menemukan bukti bahwa Leo tidak bersalah. Penyelidikan mereka buntu hingga waktu persidangan tersisa sepuluh hari lagi.

_

Elsa mendatangi Leo, mengucapkan maaf karena tidak berhasil menemukan apapun yang bisa menyelamatkannya. Pria itu tidak keberatan sama sekali. Ia bahkan masih bisa tersenyum, melihat wajah ayu sang kekasih yang sudah lama dirindukannya. Baginya, tidak apa mendekam di penjara, yang terpenting sang kekasih bersedia menjenguknya setiap jadwal kunjungan. Elsa berkaca mendengarnya. Bagaimana mungkin ada orang sebaik itu?

“Coba kamu cek ponsel yang kusimpan di laci kamar. Barang kali ada pesan masuk atau apa, nanti kabari kalau ada apa-apa ya,” ucap Leo, mengecup puncak kepala kekasihnya.

Malam harinya mereka berkumpul di rumah Leo, karena Toni berhasil mendapatkan informasi penting. Mereka berkumpul di ruang tamu. Elsa datang usai berhasil menemukan ponsel milik sang kekasih.

“Jadi apa yang kamu temukan, Ton?” tanya Elsa.

“Ternyata yang melaporkan Leo adalah Dimas,” jawab toni memulai. Siska membulatkan mata, sedangkan Elsa mengeryit.

“Siapa Dimas?” tanya Elsa.

“Orang yang tahun ini digadang-gadang akal dipromosiakn naik jabatan manager,” jelasnya. “Menurut kabar yang beredar, perebutan kekuasaan manager selalu diwarnai aksi gelap. Konon, katanya Leo juga menjilat direktur dan menyebarkan berita tentang manager lama, sebelum akhirnya justru berita yang ia sampaikan benar. Jadi aku cari tahu tentang Dimas, dan ia ternyata terbukti sekongkol dengan salah satu perampok itu. Tapi entah bagaimana caranya, ia tidak terekam CCTV, malah justru yang terlihat adalah Leo,”

“Bukannya perawakan Leo dan Dimas hampir sama?” tanya Siska.

“Boleh aku lihat foto mereka?”

Toni akhirnya menunjukkan foto saat Dimas dan Leo berdiri berdua. Elsa mengangguk-angguk seperti telah menemukan titik terang. Tak berapa lama, ada notifikasi masuk dari ponsel Leo. Sebuah email masuk dari atasannya.

_

Hari persidanganpun tiba. Elsa, Siska dan Toni datang dengan wajah penuh harap. Berharap yang terbaik untuk rekannya, berharap Elsa bisa menulis artikel terbaik untuk kasus perampokan yang terjadi di bank Atlas. Hakim masuk, membawa Leo yang menatap kawan-kawan dan kekasihnya dengan senyuman penuh arti. Entah senyuman pasrah, atau senyuman pengharapan kepada mereka. Elsa menghela napas, ia tidak tahu apa yang akan terjadi di sidang ini. Semoga saja apa yang mereka temukan bisa membuat Leo keluar dari tuduhan ini.

Sidang berlangsung selama satu jam, kemudian dari pihak penggugat mendatangkan seorang saksi. Dari pintu masuk terlihat Dimas tengah berjalan menuju kursi saksi. Setelah disumpah, ia mulai menjawab semua pertanyaan dari penggugat.

“Saudara saksi, Anda dituduh sebagai dalang dibalik kasus ini, benar Pak Dimas?” tanya penggugat.

“Benar,” jawab Dimas. Semua orang terkejut mendengar pernyataan saksi yang terkesan menyerahkan diri.

“Lalu apa hubungan Anda dengan terdakwa?”

“Saya mendapatkan pesan dari nomor tak dikenal, untuk membobol uang bank yang isinya hampir milyaran rupiah. Saya ditawari sesuatu yang menggiurkan. Menjadi manager, menggantikan terdakwa, dengan mengungkakap sisi gelap bank. Siapa yang tidak tertarik dengan jabatan setinggi itu? Akhirnya saya terima. Ia menyerahkan semua rencana kepada saya, asal semua berjalan lancar. Setelah aksi itu saya lakukan, saya justru menemukan hal menarik,” ucapnya sembari menyeringai. “Ada nama Leonardo Kevin dalam catatan penggelapan uang di sana,” lanjutnya membuat semua orang kaget. “karena sesungguhnya, perampokan adalah salah satu cara bank untuk menutupi kasus hilangnya uang milyaran rupiah milik nasabah, dan saya juga terlibat di dalamnya,” ucapnya mengakhiri kesaksiannya. Leo tersenyum mengangguk, seolah lega dan setuju dengan apa yang dikatan Dimas.

_

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun