Mohon tunggu...
Astri Mayasari
Astri Mayasari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menunggu "Keretapi Tanah Melayu" Tiba

28 Oktober 2017   10:21 Diperbarui: 28 Oktober 2017   10:53 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbincang dalam perjalanan (dokpri)

Kuala Lumpur, tak jarang kita mendengar nama ini. Ya, tak lain adalah ibukota dari negara tetangga kita, Malaysia, yang dapat kita tempuh dengan penerbangan berdurasi dua jam saja dari Jakarta. Kota dengan populasi 1.73 juta penduduk ini adalah salah satu kota penggerak perekonomian Malaysia. Kuala lumpur juga merupakan salah satu dari kota metropolitan dengan tingkat kemajuan pembangunan tercepat di Asia Tenggara.

Kali ini saya mengunjungi Kuala Lumpur untuk kedua kalinya. Saya memutuskan untuk memakai jasa transportasi commuter train ( KTM ) menuju Gombak, Selangor. Dengan mengeluarkan uang sebesar 2.6 RM, saya memperoleh tiket commuter menuju Stasiun Batu Caves, Gombak. Kereta berikutnya datang dalam waktu 20 menit, waktu yang cukup lama jika dibiarkan untuk berdiam diri saja. Menunggu cukup lama, saya memperhatikan sudut-sudut stasiun, yang menurut saya sangat sayang untuk dilewatkan.

Hiruk pikuk di stasiun KTM KL Sentral tak luput dari pandangan saya. Saat itu juga, terlintas dalam benak sebuah pesan dari seorang bapak yang saya temui beberapa waktu lalu, "Jika kamu ingin mengenal masyarakat di sebuah tempat, naiklah transportasi umum, perhatikanlah sekelilingmu, kamu akan mempelajari sedikit banyak karakteristik manusia dan hal-hal baru yang tidak akan kamu temui saat kamu memakai kendaraan pribadi." .

Stasiun, titik pertemuan orang-orang dari tempat berbeda dengan tujuan yang berbeda, namun membutuhkan hal yang sama, perpindahan. Setiap harinya manusia berpindah dari titik satu ke titik lainnya, dan dalam perpindahan itu terkadang tidak sedikit terjadi gesekan dengan manusia lainnya. Gesekan ini dapat dihindari dengan menghargai dan memberi ruang pada satu sama lain, sama halnya dengan tertib mengantri saat masuk dan keluar stasiun.

Membunuh waktu (dokpri)
Membunuh waktu (dokpri)
Menunggu dan gadget, dua hal yang tak dapat dipisahkan dari kaum milenial saat ini (dokpri)
Menunggu dan gadget, dua hal yang tak dapat dipisahkan dari kaum milenial saat ini (dokpri)

Tak luput dari pandangan ialah orang-orang yang asyik bermain dengan gadgetnya. Membunuh waktu. Yang saya perhatikan, jumlah mereka lebih banyak dibandingkan dengan orang-orang yang berbincang satu sama lain ataupun membaca buku. Sedikit banyak sama dengan apa yang masyarakat Indonesia lakukan disaat menunggu. Lebih asyik dengan diri sendiri dibandingkan mencoba keluar dari dinding kenyamanan, dan bertegur sapa dengan orang asing.

Suasana di dalam KTM menuju Gombak (dokpri)
Suasana di dalam KTM menuju Gombak (dokpri)
Berbincang dalam perjalanan (dokpri)
Berbincang dalam perjalanan (dokpri)
Yang berbeda, selain sistem transportasi yang lebih baik dibandingkan dengan Jakarta, ialah masyarakat yang cenderung lebih tertib. Suasana di dalam gerbong kereta cukup nyaman, tidak berdesakan, bahkan disaat jam sibuk. Mungkin ini dikarenakan kommuter di Kuala Lumpur lebih sedikit dibandingkan dengan kommuter Jakarta dan kota kecil sekitarnya. Berharap Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia selangkah lebih maju, bukan hanya tentang sistem transportasi, tetapi dalam perilaku tertib.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun