Kuala Lumpur, tak jarang kita mendengar nama ini. Ya, tak lain adalah ibukota dari negara tetangga kita, Malaysia, yang dapat kita tempuh dengan penerbangan berdurasi dua jam saja dari Jakarta. Kota dengan populasi 1.73 juta penduduk ini adalah salah satu kota penggerak perekonomian Malaysia. Kuala lumpur juga merupakan salah satu dari kota metropolitan dengan tingkat kemajuan pembangunan tercepat di Asia Tenggara.
Kali ini saya mengunjungi Kuala Lumpur untuk kedua kalinya. Saya memutuskan untuk memakai jasa transportasi commuter train ( KTM ) menuju Gombak, Selangor. Dengan mengeluarkan uang sebesar 2.6 RM, saya memperoleh tiket commuter menuju Stasiun Batu Caves, Gombak. Kereta berikutnya datang dalam waktu 20 menit, waktu yang cukup lama jika dibiarkan untuk berdiam diri saja. Menunggu cukup lama, saya memperhatikan sudut-sudut stasiun, yang menurut saya sangat sayang untuk dilewatkan.
Hiruk pikuk di stasiun KTM KL Sentral tak luput dari pandangan saya. Saat itu juga, terlintas dalam benak sebuah pesan dari seorang bapak yang saya temui beberapa waktu lalu, "Jika kamu ingin mengenal masyarakat di sebuah tempat, naiklah transportasi umum, perhatikanlah sekelilingmu, kamu akan mempelajari sedikit banyak karakteristik manusia dan hal-hal baru yang tidak akan kamu temui saat kamu memakai kendaraan pribadi." .
Stasiun, titik pertemuan orang-orang dari tempat berbeda dengan tujuan yang berbeda, namun membutuhkan hal yang sama, perpindahan. Setiap harinya manusia berpindah dari titik satu ke titik lainnya, dan dalam perpindahan itu terkadang tidak sedikit terjadi gesekan dengan manusia lainnya. Gesekan ini dapat dihindari dengan menghargai dan memberi ruang pada satu sama lain, sama halnya dengan tertib mengantri saat masuk dan keluar stasiun.
Tak luput dari pandangan ialah orang-orang yang asyik bermain dengan gadgetnya. Membunuh waktu. Yang saya perhatikan, jumlah mereka lebih banyak dibandingkan dengan orang-orang yang berbincang satu sama lain ataupun membaca buku. Sedikit banyak sama dengan apa yang masyarakat Indonesia lakukan disaat menunggu. Lebih asyik dengan diri sendiri dibandingkan mencoba keluar dari dinding kenyamanan, dan bertegur sapa dengan orang asing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H