Masalah kemiskinan sampai saat ini masih melanda sebagian wilayah Indonesia, termasuk di Banda Aceh. Hal ini mengetuk hati anak muda yang mempunyai jiwa sosial tinggi, Fahri Purnama. Kepekaannya terhadap masa depan dan keinginannya melihat seulas senyum anak-anak kurang mampu membuat dirinya rela meninggalkan mimpi sebagai pekerja kantoran.
Sosok pemuda yang menyelesaikan pendidikan S1 di Universitas Syiah Kuala ini lebih memilih bergelut dengan sampah dan memberi masa depan yang lebih baik kepada anak-anak kurang mampu. Ternyata semangat dan niatnya tersebut bukan hanya menciptakan senyum di sudut bibir anak-anak dari keluarga kurang mampu, tetapi juga memberi secercah harapan agar bisa hidup lebih baik.
Tersentuh dengan Kondisi Anak-anak Keluarga Kurang Mampu
Melihat seorang anak laki-laki yang malu-malu saat bertemu dengannya membuat Fahri bertanya-tanya sekaligus prihatin setelah mengetahui penyebabnya. Anak lelaki yang seharusnya sedang di kelas bersama teman-temannya menuntut ilmu tersebut rupanya malu karena penampilannya sendiri.
Ketidakmampuan orang tuanya untuk membelikan pakaian, memaksanya menggunakan pakaian perempuan bekas kakaknya. Jika ditanya, anak tersebut pasti tidak mau namun karena tidak ada pilihan lain terpaksa apa yang ada dikenakannya.
Begitu juga dengan orang tuanya, sebenarnya juga ingin memberi yang terbaik untuk anak-anaknya. Namun karena ekonomi yang tidak memungkinkan menyebabkan dirinya tidak mampu menyediakan pakaian yang layak untuk anak-anak.
Keprihatinan Fahri bertambah karena ternyata banyak anak-anak yang tidak bisa menimba ilmu karena tidak mempunyai fasilitas. Buku, seragam dan perlengkapan sekolah menjadi kendala sehingga anak-anak ini tidak bisa mengenyam pendidikan yang layak.
Limbah Sampah yang Bikin Resah
Bukan hanya pemerhati anak-anak, Fahri juga mempunyai kepekaan tinggi terhadap kebersihan lingkungan, termasuk sampah yang berasal dari kertas. Sampah tersebut berserakan dimana-mana yang tidak hanya membuat kotor tetapi juga bisa mengganggu ekosistem.
Fahri kemudian berpikir dan yakin bahwa sampah kertas bekas tersebut pasti mempunyai nilai ekonomi dan dapat meningkatkan kesejahteraan anak-anak dari keluarga kurang mampu tersebut.