Gaya hidup yang berlebihan ini tentu saja bisa merusak lingkungan. Tumpukan sampah ada di mana-mana. Banyak yang tidak bisa terurai dalam waktu singkat.Â
Dengan mengubah pola hidup menjadi minimalis yakni dengan membatasi konsumsii makanan dari luar, jumlah sampah bisa berkurang. Begitu juga bahan pembungkus camilan dari kertas maupun styrofoam menjadi lebih sedikit.
Berdampak Positif pada Kesehatan Mental
Anggapan bahwa berbelanja adalah salah satu cara untuk menghilangkan stres ternyata tidak selalu benar. Dari internetnya Indonesia saya paham. Orang yang mempunyai banyak barang cenderung khawatir, takut ada yang rusak atau pun hilang.
Berbeda dengan orang yang hanya mempunyai sedikit barang. Semua barang akan terkontrol dan bisa digunakan secara maksimal. Kekhawatiran ada yang hilang atau rusak selama dalam penyimpanan menjadi berkurang.
Lebih Mempunyai Waktu untuk Mengerjakan Hal Lain
Orang yang membatasi pola hidup konsumtif juga lebih banyak mempunyai waktu untuk diri sendiri dan keluarga. Jika sebagian waktunya dulu habis untuk membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan, atau merawat  barang koleksinya, sekarang jauh berkurang.
Waktu tersebut bisa dimanfaatkan untuk me time atau berkumpul dengan keluarga. Hal simpel, murah, dan mudah ini ternyata berdampak besar pada kebahagiaan dan kesehatan mental.
Menumbuhkan Jiwa Solidaritas
Manfaat kelima, dengan niat membatasi barang yang dimiliki, seseorang akan tergugah untuk menyumbangkan sebagian barang koleksinya. Selain itu juga turut merasakan perasaan orang yang terbatas daya belinya, sehingga hanya dapat berbelanja untuk hal yang benar-benar dibutuhkan saja.
Banyaknya manfaat tersebut membuat saya tertarik untuk mengikuti teman dalam menjalankan gaya hidup minimalis. Menurut saya, langkah ini sangat keren. Mungkin perlu waktu untuk menyesuaikan pada awalnya, tetapi jika sudah berjalan pasti terasa lebih nyaman. Semua justru semakin praktis dan simpel.