Pengelola kawasan wisata DSP Toba harus tetap menunjukkan kearifan lokal budaya Batak Toba sebagai bagian kekayaan budaya Nusantara.
Di samping itu, meningkatnya wisatawan lokal yang mayoritas beragama Islam, perlu adanya dukungan dari pengelola wisata setempat dengan meningkatkan fasilitas umum yang lebih moslem friendly. Misalnya, dengan menyediakan kebutuhan dasar wisatawan muslim, mulai dari menyediakan air untuk bersuci, penambahan fasilitas tempat ibadah, dan tentunya makanan halal.
Memang, mayoritas penduduk setempat bergama nonmuslim. Ini bukan berarti mengubah wajah destinasi wisata DSP Toba, menjadi destinasi wisata halal seperti yang sering disalahartikan dan menjadi isu sensitif. Butuh kesadaran semua pihak untuk saling memahami kebutuhan wisatawan. Dengan adanya meningkatnya kesadaran toleransi antar umat beragama, fasilitas umum yang moslem friendly layak untuk dipertimbangkan.
Terakhir, perlu adanya peningkatan edukasi bagi semua pihak agar sentuhan hospitality dari penduduk setempat semakin dirasakan oleh wisatawan yang datang berkunjung. Terutama bagi penduduk lokal yang mengandalkan pemasukan dari wisatawan. Edukasi sadar wisata bisa menjadi program strategis untuk mengelola dan mengembangkan destinasi pariwisata DSP Toba secara berkesinambungan.
Cocok untuk MICE, DSP Toba Harus Dijaga
Tren wisata untuk kalangan menengah ke atas yang mengarah ke konsep MICE, akronim bahasa Inggris dari "Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition" (Indonesia: Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran), menempatkan DSP Toba sebagai salah satu destinasi unggulan untuk MICE. Semua sudah dimiliki oleh DSP Toba, mulai dari keindahan alam, budaya, dan kuliner, lengkap.
Sebagai salah satu destinasi wisata yang dicanangkan oleh Kemenparekraf sebagai "Bali Baru", DSP Toba sudah saatnya mempercantik diri agar wisatawan semakin betah berlama-lama berkunjung di sana. Terlebih, jargon DSP Toba sebagai salah satu destinasi unggulan atau "Bali Baru" sudah mulai digalakkan.
Tugas kita sebagai pewaris resmi the heritage of Toba, tak lain dan tak bukan adalah menjaganya agar tidak rusak oleh tangan-tangan kotor dan jahat. Semua sudah dilakukan turun-temurun oleh nenek moyang kita. Sudah saatnya semua pihak bahu-membahu untuk mengatasi isu-isu yang mengancam eksistensi DSP Toba. Kelestarian kawasan DSP Toba jangan sampai terhenti.
Horas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H