Puanku, jarak diantara kita begitu dekat, bagaikan Kamaratih dan Kamajaya. Bagaikan Loro-Blonyo, bagaikan Mimi dan Mintuno.
Namun puanku, minyak dan air takkan pernah bisa menyatu, hanya bisa bersisian, biarlah itu tugas sang waktu.
Puanku, kujaga engkau seperti api dalam sekam. Semoga tak menghanguskan dan memusnahkan.
Aku takut baraku tersiram hujan. Meskipun nyalanya tak pernah sempurna.  Kejap-kejap sang waktu seolah begitu cepat berlalu. Sungguh aku tak  ingin padam hanya karena diam. Sungguh apa yang ingin kusimpan, takkan  pernah ingin kuenyahkan.
Wahai puanku, seribu juta kali pun engkau tahu. Minyak dan air takkan  bisa bersatu, kugelintirkan gabah dalam nyiru, seperti itu rinduku  beradu, biarlah aku dan Tuhan yang tahu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H