Angkot atau angkutan kota merupakan salah satu sarana transportasi yang sering digunakan oleh masyarakat. Khusus di kota Makassar, jenis angkutan kota ini biasanya disebut pete-pete. Sampai saat ini saya belum menemukan asal muasal panggilan tersebut dan siapa yang mempatenkannya (hehehe..). Untuk orang-orang seperti saya, jenis angkutan pete-pete sangat membantu, utamanya juga bagi yang merek belum memiliki kendaraan tentunya. Selain itu, pete-pete juga merupakan salah satu kendaraan yang merakyat menurut saya. Karena di dalamnya kita bisa berinteraksi dengan orang lain sesama penggunanya.
Lanjut cerita, pete-pete biasanya dilengkapi dengan sebuah radio tape di dalamnya, yang tentu saja funsinya untuk mendengarkan lagu bagi si supir dan juga untuk menghibur para penumpangnya (agar tidak bete saat menumpang kendaraan ini-pen). Hanya saja fungsi radio tape ini, terkadang cukup mengganggu kenyaman para penumpang, utamanya dari suara bass yang dihasilkan.
Karenanya, saya sering berpikir dan bertanya dalam hati, saat menumpang pete-pete ini. Pertanyaan yang kerap muncul adalah kenapa hampir semua pete-pete bermusik yang saya tumpang, suara efek bass-nya lebih nyaring dibanding dengan efek lainnya (seperti trebble, misalnya) ? sehingga menyebabkan suara vokal sang penyanyi malah tenggelam oleh dentuman bass dari suara musik pengiringnya. Hal itu mengubah musik dari yang seharusnya enak didengar malah terdengar menyakitkan di telinga.
Hingga saat ini, saya belum menemukan jawabannya secara pasti. Yang ada hanya beberapa opsi jawaban yang positif, yang bagi saya belum cukup menjawab pertanyaan tadi. Pertama, mungkin dentuman suara bass dari musik yang terdengar bisa menjadi penyemangat dalam bekerja (bagi si supir tentunya-pen). Kedua, mungkin saja rata-rata supir pete-pete ini adalah penikmat suara bass ? ketiga, ataukah mungkin dari radio tape itu sendiri yang dari sananya sudah seperti itu (lebih mengutamakan suara bass, dibanding yang lain-pen)? aku masih tak mengerti…
Akhirnya saya hanya bisa bertanya dalam hati sembari menunggu jawaban, tersenyum saat mengalaminya, dan kemudian menuangkannya menjadi sebuah tulisan (berharap ada yang bisa membantu menjawabnya…).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H