Mohon tunggu...
Achi Daidama
Achi Daidama Mohon Tunggu... lainnya -

......seorang pemerhati KOMPASIANA yg saat ini lagi ada di kota makassar.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Musik "Pete-pete"

8 Mei 2010   01:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:20 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angkot atau angkutan kota merupakan salah satu sarana transportasi yang sering digunakan oleh masyarakat. Khusus di kota Makassar, jenis angkutan kota ini biasanya disebut pete-pete. Sampai saat ini saya belum menemukan asal muasal panggilan tersebut dan siapa yang mempatenkannya (hehehe..). Untuk orang-orang seperti saya, jenis angkutan pete-pete sangat membantu, utamanya juga bagi yang merek belum memiliki kendaraan tentunya. Selain itu, pete-pete juga merupakan salah satu kendaraan yang merakyat menurut saya. Karena di dalamnya kita bisa berinteraksi dengan orang lain sesama penggunanya.

Lanjut cerita, pete-pete biasanya dilengkapi dengan sebuah radio tape di dalamnya, yang tentu saja funsinya untuk mendengarkan lagu bagi si supir dan juga untuk menghibur para penumpangnya (agar tidak bete saat menumpang kendaraan ini-pen). Hanya saja fungsi radio tape ini, terkadang cukup mengganggu kenyaman para penumpang, utamanya dari suara bass yang dihasilkan.

Karenanya, saya sering berpikir dan bertanya dalam hati, saat menumpang pete-pete ini. Pertanyaan yang kerap muncul adalah kenapa hampir semua pete-pete bermusik yang saya tumpang, suara efek bass-nya lebih nyaring dibanding dengan efek lainnya (seperti trebble, misalnya) ? sehingga menyebabkan suara vokal sang penyanyi malah tenggelam oleh dentuman bass dari suara musik pengiringnya. Hal itu mengubah musik dari yang seharusnya enak didengar malah terdengar menyakitkan di telinga.

Hingga saat ini, saya belum menemukan jawabannya secara pasti. Yang ada hanya beberapa opsi jawaban yang positif, yang bagi saya belum cukup menjawab pertanyaan tadi. Pertama, mungkin dentuman suara bass dari musik yang terdengar bisa menjadi penyemangat dalam bekerja (bagi si supir tentunya-pen). Kedua, mungkin saja rata-rata supir pete-pete ini adalah penikmat suara bass ? ketiga, ataukah mungkin dari radio tape itu sendiri yang dari sananya sudah seperti itu (lebih mengutamakan suara bass, dibanding yang lain-pen)? aku masih tak mengerti…

Akhirnya saya hanya bisa bertanya dalam hati sembari menunggu jawaban, tersenyum saat mengalaminya, dan kemudian menuangkannya menjadi sebuah tulisan (berharap ada yang bisa membantu menjawabnya…).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun