Mohon tunggu...
Achfriyatama Oktariflandi
Achfriyatama Oktariflandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Pariwisata di Universitas Pancasila

Mahasiswa yang suka jalan-jalan, kemudian hasil jalan-jalan itu dituangkan dalam sebuah tulisan. Saya masih belajar menjadi seorang penulis mohon bimbingannya semua.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Cerita di Yogyakarta

14 September 2022   17:52 Diperbarui: 14 September 2022   18:20 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Yogyakarta. Sumber: Foto Pribadi

Liburan merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk melepas penat dari kesibukan sehari-hari, namun sebelum berlibur alangkah baiknya kita menentukan mau kemana tujuan kita, mempersiapkan biaya, barang bawaan dan akomodasi di tempat tujuan kita agar liburan tersebut terencana dengan baik sehingga bisa mengurangi waktu yang terbuang percuma dan pengeluaran biaya diluar rencana.

Terlebih berlibur di masa pandemi seperti sekarang ini tentu diperlukan perencanaan yang lebih matang lagi karena menyangkut keselamatan dan kesehatan kita, beberapa caranya adalah dengan mengikuti program vaksin, membawa masker dan hand sanitizer serta mengonsumsi vitamin agar daya tahan tubuh kita tetap kuat selama berlibur. 

Semua berawal dari  ocehan kakak saya yang mengatakan "Mas ayo kita liburan ke Yogyakarta" saya tidak menanggapi ocehan itu dengan serius karena kondisi sekarang ini sedang pandemi sehingga tidak memungkinan untuk berpergian jauh apalagi hanya untuk berlibur, namun ternyata beberapa hari setelah ocehan itu kakak saya telah membeli sebuah tiket pesawat dengan tujuan Yogyakarta

Saya kaget sempat tidak percaya namun setelah dicek bukti pembelian tiket ternyata benar tiket sudah dibeli, syukur saya ucapkan dalam "Alhamdulillah"meskipun yang sebenarnya saya sedikit takut karena ini adalah kali pertama saya menggunakan pesawat untuk berpergian,namun ternyata tidak hanya tiket pesawat yang sudah dibeli tetapi kamar hotel dan motor pun sudah disewa bahkan itinerary tujuan destinasi yang ingin didatangi oleh kami sudah dibuat olehnya sehingga saya tinggal duduk manis menikmati perjalanan ini hehehehe.  

Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta. Sumber: Foto Pribadi
Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno Hatta. Sumber: Foto Pribadi

Hari yang dinantikan pun tiba kami berangkat menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta menggunakan Bis Damri dari Terminal Botani Bogor perjalanan bis ini kurang lebih memakan waktu 1 jam perjalanan waktu berlalu begitu cepat akhirnya bis pun sampai di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta.

Ketika sampai di bandara saya sangat terpukau dengan arsitekturnya yang sangat modern dan indah untuk dilihat, segera kami menuju loket untuk  proses check in dan menimbang berat bawaan setelah proses tersebut selesai kami bergegas menuju gate yang telah tercantum di tiket, ternyata gate nya berada di ujung terminal yang jaraknya lumayan jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki beruntungnya waktu keberangkatan masih lama sehingga kami bisa berjalan santai tanpa perlu berlarian kesana kemari dan tertawa *eh malah nyanyi* setelah sekian lama menunggu akhirnya pesawat kami pun tiba.

Segera kami masuk kedalam pesawat selama diperjalanan ini saya menikmati pemadangan alam yang terlihat jelas dari jendela pesawat meskipun jantung sedikit berdetak kencang untuk mengatasi kegugupan itu saya berniat untuk memejamkan mata untuk sebentar namun ternyata hal itu tidak bisa juga alhasil saya hanya bisa berdoa dan pasrah kepada Sang Pencipta serta kedua pilot, akhirnya setelah kurang lebih 50 menit berada di udara pesawat pun mendarat di Bandara Internasional Yogyakarta.

Yogyakarta, 2022

Bandara Internasional Yogyakarta. Sumber: Foto Pribadi
Bandara Internasional Yogyakarta. Sumber: Foto Pribadi
Meskipun baru dioperasikan Bandara Internasional Yogyakarta mempunyai fasilitas yang baik dan gaya arsitektur modern dipadukan dengan budaya Jawa seperti adanya ornamen batik dan tulisan  sanskerta, yang perlu dibenahi di bandara ini  adalah sirkulasi udara yang kurang baik sehingga hawa di dalam terasa panas, setelah puas berkeliling bandara.

Kami pun segera menaiki kereta bandara menuju Stasiun Yogyakarta di perjalanan kereta ini kita akan disuguhkan oleh pemandangan yang menyejukkan mata karena banyak sekali persawahan, pepohonan dan perkampungan,  setelah 40 menit perjalanan kereta pun sampai di Stasiun Yogyakarta kami pun bergegas memesan ojek online untuk menuju The Packer Lodge sebuah hotel bintang 2 yang menjadi tempat kami menginap selama berada di Yogyakarta.

Hotel ini sangat cocok untuk kalian para backpacker dan kalian yang ingin menghemat biaya selama liburan di Yogyakarta meskipun hotel ini hanya berstandar bintang 2 namun fasilitas dan pelayanan yang diberikan oleh pengelola sudah cukup baik untuk sekedar melepas penat dan tidur tapi jika untuk keluarga dengan jumlah yang banyak tidak disarankan menginap di hotel ini karena desain kamarnya yang minimalis sehingga tidak mampu menampung banyak orang atau barang.

Meskipun demikian letaknya yang berada di dalam  Malioboro tepatnya di Jalan Dagen Sosromenduran tentu menjadi nilai tambah karena para tamu hotel tidak perlu menggunakan kendaraan bermotor untuk menuju Malioboro cukup ditempuh dengan berjalan kaki, malam pun tiba segera saya pergi tidur untuk kegiatan esok hari.

The Packer Lodge. Sumber: Skyscanner
The Packer Lodge. Sumber: Skyscanner

Mentari pun terbit memancarkan sinarnya, di hari pertama ini kami akan mengunjungi salah satu pantai yang ada di Gunungkidul yaitu Pantai Drini menggunakan motor yang telah kami sewa sebelumnya, selama perjalanan kami disuguhkan dengan pemandangan yang memanjakan mata yaitu banyaknya persawahan, pepohonan, tebing dan perbukitan ditambah dengan suasana jalan yang sepi karena kami liburan di hari kerja semakin membuat suasana menjadi syahdu setelah perjalanan selama kurang lebih 1 jam 30 menit kami pun sampai di Pantai Drini.

Pantai ini memiliki keindahan alam yang luar biasa indah dengan deburan ombak yang menenangkan jiwa, hamparan pasirnya, bongkahan batu yang mirip pulau kecil, sesar turun, singkapan endapan gisik dan  fenomena geologi pantai lainnya

Pantai Drini Gunungkidul DIY. Sumber: Foto Pribadi
Pantai Drini Gunungkidul DIY. Sumber: Foto Pribadi

Setelah puas bermain pasir dan berjalan menyusuri pantai kami pun melanjutkan perjalanan ke Puncak Segoro perjalanan ini ditempuh selama kurang lebih 50 menit, pemandangan selama perjalanan masih indah banget.

Kami pun sampai dan segera menuju spot yang dituju karena letaknya berada di tebing maka akan banyak sekali anak tangga yang harus dilewati yang akan membuat badan sedikit berkeringat namun setelah sampai di spot yang dituju tersebut segala keluh kesah, rasa capek, galau, dan overthinking akan hilang dalam sekejap karena pemandangannya yang menggetarkan jiwa dan raga  ditambah sambil menikmati minuman dan makanan yang tersedia di spot ini yang akan membuat diri menjadi gak mau pulang maunya digoyang *eh nyanyi lagi*.

Perjalanan hari ini pun selesai kami segera pulang menuju Yogyakarta dan menikmati suasana jalanan Malioboro di malam hari, setelah kami puas menyusuri jalanan Malioboro kami pun kembali ke hotel untuk istirahat agar perjalanan esok hari dalam keadaan fit.

Puncak Segoro. Sumber: Foto Pribadi
Puncak Segoro. Sumber: Foto Pribadi

Hari kedua perjalanan akan menuju destinasi yang berada di Kulon Progo yaitu sebuah kafe atau restoran yang berada di sebuah bukit yang bernama Tumpeng Menoreh, perjalanan ini ditempuh dengan waktu kurang lebih 1 jam 10 menit medan yang dilalui pun cukup ekstrim karena kita akan melewati perbukitan dengan tanjakan dan turunan curam sehingga diperlukan fokus saat berkendara, kondisi badan fit dan sistem pengereman motor yang baik agar tidak terjadi rem blong

Saat kami sampai di tujuan tempat tersebut tertutupi kabut dan suhu yang lumayan dingin karena letaknya yang berada di atas bukit serta dikelilingi kebun teh dan pepohonan tetapi saat kabutnya hilang pemandangan indah pun muncul karena kita akan disuguhkan oleh perbukitan dan hijaunya pepohonan sejauh mata memandanga.

Menu makanan dan minuman yang disediakan disini pun sangat variatif misalnya ada kentang balado, tempe orek, sayur sop, wedang jahe, bandrek dan lain-lain meskipun restoran ini dikelola oleh seorang pengusaha namun makanan yang disediakan berasal dari ibu-ibu sekitar restoran tersebut dengan begitu pengelola restoran sudah menjalankan konsep wisata berbasis masyarakat atau community based tourism yaitu kegiatan pariwisata yang melibatkan masyarakat lokal.

Setelah makanan dan minuman habis kami pun segera pulang biasa disebut sebagai SMP (Sudah Makan Pulang) kami pun sampai di hotel dan segera membersihkan diri untuk berkeliling lagi di Malioboro sambil kulineran tipis-tipis, perut pun sudah kenyang kami pun pulang dan segera tidur untuk kegiatan esok hari.

Tumpeng Menoreh. Sumber: Foto Pribadi
Tumpeng Menoreh. Sumber: Foto Pribadi

Hari ketiga perjalanan hanya berada di dalam kota yaitu mengunjungi Museum Pusat TNI AD Dharma Wiratama, destinasi ini dapat ditempuh selama kurang lebih 10 menit dari hotel, museum ini berada di bawah naungan TNI AD tepatnya Dinas Sejarah Angkatan Darat pada awalnya museum ini merupakan tempat tinggal para pejabat perkebunan Belanda kemudian di masa penjajahan Jepang menjadi markas tentara Jepang di daerah Yogyakarta lalu di masa kemerdekaan gedung ini menjadi markas TKR dan akhirnya menjadi Markas Korem 072/Pamungkas sebelum diubah menjadi sebuah museum

Museum ini didirikan untuk menampung benda-benda perjuangan TNI AD dan tujuan pendidikan seperti mewariskan nilai-nilai kejuangan, informasi seputar alat-alat yang digunakan oleh TNI AD dan peristiwa bersejarah yang melibatkan TNI AD, fasilitas yang ada di museum ini sangat baik dan interpretasi yang sangat informatif sehingga para pengunjung tidak akan merasa bosan dan dapat memahami informasi secara baik.

Setelah puas menerima ilmu kami pun segera pulang menuju hotel lagi untuk jajan lagi di Maliboro pastinya, tak terasa sudah larut malam dan malam ini adalah malam terakhir ku persembahkan kepada yang terindah *salah ee salah bunga woi bukan malam* segera kami mengemasi barang untuk pulang esok hari dan setelahnya kami pun tidur.

Museum Dharma Wiratama. Sumber: Foto Pribadi
Museum Dharma Wiratama. Sumber: Foto Pribadi

Sangat berat memang meninggalkan Yogyakarta  yang penuh dengan keindahannya, sebelum menuju stasiun kami berkunjung ke salah satu tempat ikonik yang ada di Yogykarta yaitu Benteng Vredeburg, benteng ini telah ada sejak Kesultanan Yogyakarta benteng ini dibangun dengan tujuan untuk menjaga keamanan kraton namun ternyata maksud sebenarnya di bangun benteng ini adalah untuk mengontrol perkembangan kraton.

Saat masa pendudukan Inggris benteng ini dikuasai oleh John Crawfurd atas perintah Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles kemudian di masa pendudukan Jepang menjadi markas tentara Jepang dan ruang tahanan para tawanan perang, setelah kemerdekaan benteng ii diambil alih oleh TKR namun pada saat agresi militer Belanda 2 benteng ini diambil alih kembali oleh Belanda setelah agresi Belanda 2 usai benteng ini diambil alih kembali oleh Indonesia.  

Museum Benteng Vredeburg. Sumber: Foto Pribadi
Museum Benteng Vredeburg. Sumber: Foto Pribadi

Kemudian pada tahun 1992 hingga sekarang berdasarkan SK Mendikbud benteng ini menjadi museum dengan nama Museum Benteng Vredeburg, museum ini memiliki koleksi barang peninggalan yang baik dan cukup lengkap, tampilan diorama yang informatif, arsitektur benteng yang masih terjaga keasliannya membuat museum ini cocok juga untuk berfoto-foto.

Pak Pandu di Museum Benteng Vredeburg. Sumber: Foto Pribadi
Pak Pandu di Museum Benteng Vredeburg. Sumber: Foto Pribadi

Setelah mengunjungi museum kami segera menuju ke salah satu pusat oleh oleh emas permata  dan juga uang *woi ga usah nyanyi* karena kurang afdol rasanya bila tidak membawa bakpia khas Yogyakarta, bakpia pun sudah kami bungkus kami pun segera menuju ke stasiun untuk pulang ke Kota Bogor, kereta pun tiba kami segera naik dan meninggalkan Yogyakarta dengan sebuah senyuman dan harapan agar kelak suatu saat nanti bisa kembali ke Yogyakarta.

Pusat Oleh Oleh Khas Yogyakarta. Sumber: Foto Pribadi
Pusat Oleh Oleh Khas Yogyakarta. Sumber: Foto Pribadi
 

Sekian catatan perjalanan pertama saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan dan ada kata-kata yang tidak pantas, semoga catatan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca dimanapun kalian berada.

Wabillahi taufik wal hidayah wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh  sampai bertemu lagi di catatan perjalanan Achfri berikutnya.

Stasiun Yogyakarta. Sumber: Foto Pribadi
Stasiun Yogyakarta. Sumber: Foto Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun