Mohon tunggu...
Ach Faridy
Ach Faridy Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

"Pesantren" dalam Perspektif Sosio Antropologi Agama

20 Desember 2021   19:34 Diperbarui: 20 Desember 2021   22:26 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdapat pula para sarjana luar negeri yang melakukan kajian tentang pesantren seperti Van Bruinessen (1995), Lukens-Bull (2001), Pohl (2006). Penelitian pesantren juga dilakukan Raihani (2012), Saniotis (2012), Izfanna dan Hisyam (2012), Vignato (2012), Hamdi dan Smith (2012). Kelima penelitian tersebut berkisar kepada multikulturalisme, inovasi pesantren dalam hal pengelolaan lingkungan, peran pesantren dalam penyelesaian konflik dan bencana, dan pendidikan karakter. Adapun penelitian Buresh (2001), Permani (2009) mengkaji pesantren sebagai kekuatan ekonomi. Tujuh penelitian terakhir tersebut menggambarkan kekuatan pesantren sebagai institusi. Penelitian Badrus Sholeh (2005:327-347) menemukan bahwa “pesantren mempunyai peran strategis selain sebagai lembaga pendidikan Islam juga mengembangkan perdamaian dan mewarnai perjalanan peradaban di sekitarnya.”

Clifford Geertz juga menyatakan hasil penelitian yang ia lakukan di Pulau Jawa, bahwa santri yang berasal dari golongan pesantren dimasukkan sebagai salah satu tipe dari tiga tipe klasifikasi jenis masyarakat jawa di Mojokuto (Red-sekarang Pare-Kediri), bersanding dengan tipe Priyayi dan Abangan (Clifford Geertz, 1983). Pesantren juga dikategorikan dalam dua tipe yaitu tradisional dan modern. 

Pesantren tradisional berupaya meneruskan tradisi yang telah diwarisinya secara turun temurun. Adapun pesantren modern membuka diri melakukan perubahan-perubahan yang relevan dengan tuntutan zaman. Pesantren diharapkan mampu mengurai secara cerdas problem kekinian dengan pendekatan-pendekatan kontemporer (Hamruni, 2016:413-414).

Tidak berhenti disitu, keunikan Pesantren tentu saja juga tidak terlepas dari proses akulturasi. Proses akulturasi yang terjadi didalam pesantren tidak dapat dihindari. Sebab, pesantren merupakan tempat berkumpulnya tiap individu dari berbagai daerah yang berbeda, dengan tujuan yang sama, dan masing-masing membawa budaya asalnya. Sehingga, hal tersebut menimbulkan fenomena akulturasi yang terjadi akibat dari penerimaan dan peleburan kebudayaan asing (diluar wilayah pesantren), tanpa menghilangkan kebudayaan asli daerah tersebut terjadi. Oleh sebab itu, Pondok pesantren juga terkenal dengan kebudayaannya yang khas, baik dari pola hidup yang bersahaja dan asketik, hingga tradisi pendidikan yang berkarakter.

Kesimpulannya, pesantren dapat melengkapi berbagai macam persoalan, baik itu yang berhubungan dengan kepercayaan keagamaan, lingkungan sosial masyarakat, ataupun sebagai institusi yang memiliki fungsi agama sebagai bagian dari integrasi sosial. Lebih luas lagi, dinamika yang ada dalam pesantren juga mencakup semua aspek (Red-Miniatur Dunia), yang tak hanya terfokus terhadap sisi rohaniyah (sesuatu yang sakral) saja, melainkan juga yang bersifat duniawi (profan), seperti interaksi sosial budaya dan sebagainya. Sehingga agama menciptakan harmoni (keseimbangan) yakni, bukan hanya berlandaskan terhadap teks kitab suci saja (Tekstual), melainkan lebih memahami nilai-nilai yang terkandung didalam nya dan peng-implementasiannya dikehidupan sehari-hari.

.

.

Sumber : Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1977), hal 20.

.

Semoga Bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun