Mohon tunggu...
Ach Faridy
Ach Faridy Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dinasti Mughal dan Sejarah Ilmu Pengetahuan

20 Desember 2021   11:15 Diperbarui: 20 Desember 2021   11:52 7678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mughal secara Geografis berada di India yang bertepatan di Delhi sebagai ibu kota nya, Kata Mughal sendiri diambil dari kata parsi yang merupakan bangsa mongol atau dapat disebut juga dengan Mongolia. Dinasti ini berdiri sejak 1526-1858 M dan merupakan Kerajaan yang berdiri setelah Kerajaan Safawi. Pada asalnya kerajaan ini bukanlah yang pertama di anak benua India, akan tetapi jauh sebelum itu terjadi, invansi dakwah yang dilakukan oleh dinasti pertama yaitu dinasti Umayyah pada masa Khalifah al-Walid pun sudah menaklukkan wilayah ini, yang dipimpin oleh Muhammad ibn Qosim. Begitupula pada masa sahabat sudah mencoba menaklukkan wilayah ini, hanya saja mengalami kegagalan dan mengalami kemajuan seiring berjalannya waktu. Dinasti Mughal ini memiliki beberapa Raja yang memerintah selama berdirinya dinasti ini diantaranya yaitu, Zahiruddin Babur (1482-1530 M), Humayun (1530-1539 M), Akbar Syah I (1556-1605 M), Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), Aurangzeb (Alamgir I) (1658-1707 M), Muazzam (Bahadur Syah I) (1707-1712 M), Azimus Syah (1712 M), Jihandar Syah (1712 M), Farukh Siyar (1713-1719 M), Muhammad Syah (1719-1748 M), Ahmad Syah (1748-1754 M), Alamghir II (1754-1759 M), Syah Alam II (1759-1806 M), Akbar II (1806-1837 M), Bahadur Syah II (1837-1858 M).

Pemimpin pertama Dinasti Mughal yaitu, Zahiruddin babur (1526-1530M) adalah seorang peziarah dari Asia Tengah yang masih mempunyai garis keturunan dengan Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza yang merupakan penguasa Ferghana, sedangkan Ibunya bernama Qutlugh Nigar Khanum yang merupakan keturunan Jengis Khan bangsa Mongol. Wilayah kekuasaan yang dimilikinya meliputi, daerah India, Pakistan, Bangladesh dan Kashmir. Awal-mula dinasti ini resmi berdiri ketika ditaklukkannya Ibrahim Lodi yang merupakan pemimpin di Delhi oleh Zahiruddin Babur, setelah menaklukkan Samarkand yaitu, daerah Kabul Ibu kota Afganistan yang merupakan kota penting di Asia Tengah. Hal ini berdasarkan pada masa kepemerintahan Ibrahim Lodi sedang terjadi krisis yang berdampak terhadap stabilitas keamanan negara. Sehingga para petinggi Lahore termasuk gubenurnya sendiri, meminta Zahiruddin Babur untuk menjatuhkan ke pemerintahan Ibrahim Lodi. Maka dari itu pada tanggal 21 April 1526 M terjadilah peperangan Panipat I yang menewaskan Ibrahim Lodi ditangan Zahiruddin Babur dan berdirinya Dinasti Mughal.

Pada masa awal kepemerintahan nya Zahiruddin Babur mengalami banyak pemberontakan yang dilakukan oleh Raja-raja Hindu Rajputh dan Rana Sanga yang Bersatu menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Zahiruddin Babur dari kekuasaan nya. Afganistan simpatisan terhadap keluarga Lodi mengangkat adik kandungnya yaitu, Mahmud sebagai Sultan untuk merebut Kembali kekuasaan ayahnya. Akan tetapi tetap saja mengalami kekalahan pada peperanan yang terjadi di dekat Gogra tahun 1529 M. Pada tahun 1530 M Babur meninggal dunia dalam usianya 48 tahun dan telah berkuasa selama 30 tahun. Ia meninggalkan Wilayah kekuasaan yang luas dan kejayaan, yang kemudian pemerintahan pun di beralih terhadap anaknya yaitu Humayun.

Pada masa pemerintahan Humayyun (1530-1539 M) stabilitas keamanan Kembali melemah. Pemberontakan Kembali terjadi dimulai dengan berpisahnya penguasa Gujarat yaitu Bahadur Syah dari Delhi dan juga peperangan dengan Sher Khan di Kanauj (1540M) akan tetapi, pemberontakan yang dihadapi masih bisa dipadamkan oleh Humayyun. Pada tahun (1556 M) Humayyun meninggal dunia dikarenakan terjatuh dari tangga perpustakaannya, Din Panah. Sehingga tampuk kepemimpinan digantikan oleh anaknya yaitu Akbar.

Puncak kejayaan kerajaan Mughal dimulai dari kempemimpinan Akbar Khan (1556-1605), dan tiga raja penggantinya, yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), Aurangzeb (1658-1707 M). Akbar Khan menggantikan ayahnya, pada saat berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan kerajaan diserahkan terhadap Bairam Kahan, seorang Syi’i. Pada masa pemerintahannya, Akbar Khan melancarkan serangan untuk memerangi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang berkuasa di Punjab. Pemberontakan lain dilakukan oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pemberontakan tersebut disambut oleh Bairam Khan sehingga terjadilah peperangan dahsyat, yang disebut Panipat I pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan ditangkap kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh. Ketika Akbar Khan sudah memasuki usia dewasa, ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi’ah. Sehingga Bairam Khan melakukan pemberontakan, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar Khan di Jullandur tahun 1561 M. Setelah berbagai persoalan yang terjadi di dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun rencana ekspansi. Ia dapat menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.

Hal itu membuat kerajaan Mughal menjadi sebuah kerajaan besar. Wilayah Kabul dijadikan sebagai gerbang ke arah Turkistan dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia. Akbar Khan berhasil menerapkan bentuk politik sulakhul (toleransi universal), yaitu politik yang mengandung ajaran bahwa semua rakyat India sama kedudukannya, tidak dapat dibedakan oleh etnis atau agama. Sehingga, Keberhasilan yang dicapai oleh Akbar Khan dapat dipertahankan oleh penerusnya yang bernama Jehangir, Syah Jehan dan Aurangzeb yang mana mereka memang terhitung raja-raja yang besar dan kuat. Segala macam pemberontakan dapat dipadamkan, sehingga rakyat merasa aman dan damai.

Pada masa kepememimpinan Akbar Khan perkembangan terus berlanjut tidak hanya dibidang social-politik, akan tetapi juga terjadi di bidang Ilmu pengetahuan dan Teknologi walaupun, tidak sebesar dinasti sebelumnya di wilayah islam seperti Baghdad, Andalusia dan sebagainya. Kemajuan yang paling menonjol di bidang Ilmu Pengetahuan yaitu, dalam seni Sya’ir dan seni Arsitektur. Penyair Istana yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayazi, seorang sastrawan sufi. Salah satu karya Malik Muhammad Jayazi yang terkenal yaitu, Pad-Mavat yang berisi dengan kebajikan manusia. Selain itu dalam penulisan sejarah yang terkenal pada masa ini adalah karya sejarah dinasti Mughal berdasarkan figur pemimpinnya yang dikenal dengan karya Akhbar Namah yangdikarang oleh Abu Fadl. Sedangkan bidang arsitektur, dinasti Mughal meninggalkan bukti sejarah yang sangat luar biasa dan sangat indah, istana Fatpur Sikri di Sikri, Villa yang dibangun pada masa Akbar khan.

Pada masa pemerintahan Akbar Khan juga, bidang pengetahuan kebahasaan terbagi menjadi tiga bahasa nasional berkembang, yaitu bahasa Arab sebagai bahasa agama, bahasa Turki sebagai bahasa bangsawan, dan Bahasa Persia sebagai bahasa istana dan kesusastraan. Selain itu, Akbar Khan juga telah memodifikasi ketiga bahasa tersebut menjadi satu kesatuan yang ditambahkan dengan bahasa India (Hindu), sehingga menciptakan bahasa baru bagi pemerintahan nya yaitu, bahasa Urdu. Selain itu, ilmu pengetahuan dalam bidang filsafat juga dikembangkan, tercatat bahwa salah satu tokoh filsafat pada masa tersebut adalah raja Akbar Khan sendiri. Salah satu yang perlu dicatat adalah konversi dalam bidang agama yang pertama kali berkembang dilakukan oleh para sufi, lambat laun para tokoh sufi ini mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang kemudian menghasilkan tokoh-tokoh pemikir dan pendidikan terkenal dari India.

Selain itu, sumbangansih lain pada bidang Ilmu pengetahuan adalah, banyaknya ilmuwan yang datang ke India untuk menuntut ilmu pengetahuan, bahkan istana Mughal secara tidak langsung menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hal ini karena adanya dukungan dari penguasa dan bangsawan serta ulama. Aurangzeb Putra Syekh Jehan yang terkenal dengan keteguhan dalam bidang keagamaannya yang berciri khas sunni, memberikan sejumlah besar uang dan tanah nya untuk membuat pusat Pendidikan di Lucknow. Pada masa Shah Jehan didirikan sebuah perguruan tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintahan di pegang oleh Aurangzeb. Dalam bidang Ilmu agama berhasil di kodifikasikan hukum Islam yang dikenal dengan sebutan Fatawa-I-Alamgiri.

Kemajuan pengetahuan di bidang kedokteran pada masa ini, dibuktikan dengan munculnya beberapa ahli kedokteran pada abad ke-17. Adapun karya-karya para ahli bidang kedokteran antara lain seperti Dara Shukuh yang mengarang ensiklopedi medis besar yang dinamakan kedokteran Dara Shukuh. Karya ini merupakan ensiklopedi besar terakhir dalam dunia Islam. Selain itu, ilmu pengetahuan kedokteran yang dikarang oleh Muhammad Akbar Syah Arzani dari Sihraz menambah warna pengatahuan dalam bidang kedokteran yang bersifat filosofi medis yang hidup bersaing dengan ilmu kedokteran Eropa. Karangan Muhammad Akhtar yang berjudul Tibb-I-Akhbari, tabib Nuruddin yang menulis buku kedokteran praktis, tersusunnya “kosa kata obat” oleh Ainul Mulk, juga ensiklopedi kedokteran oleh Aminul Mulk. Pada masa Aurangzeb, Reza Shirazi menulis medika materia komprehensif dengan sebutan Riaz-e-Alimgiri.

Dalam Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang ekonomi pemerintahan Dinasti Mughal juga mengalami perkembangan. Hal ini guna menunjang masalah perekonomian dinasti. Sektor pertanian merupakan salah satu factor penting dalam sistem perekonomian yang dikembangkan selain pertambangan dan perdagangan, dikarenakan sumber utama keuangan kerajaan lebih bertumpu kepada sektor pertanian. Dalam hal ini pemerintahan Dinasti Mughal membentuk sebuah sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi petani. System tersebut dinamakan dengan Pargana (Kaum petani kawedanan). Pada setiap pargana petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang dinamakan muqaddam atau patel, kedudukan yang dimilikinya dapat diwariskan, bertanggung jawab kepada atasan nya untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan. dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak mewariskannya, tetapi mereka juga terikatterhadapnya. Sedangkan dalam bidang Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang, pada masa kepemimpinan Akbar Khan yang berupa konsesi perdagangan diberikan kepada The British East India Company (EIC) Perusahaan Inggris-India Timur untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun1600. Mereka mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku sutera,  nila, rempah dan mengimpor perak dan jenis logam lainnya dalam jumlah yang besar.

Pemerintah Mughal secara Administratif dan struktural terdiri dari kekuasaan pusat, propinsi (subah), kabupaten (sarkar), dan kecamatan (perganah). Kekuasaan pusat adalah kekuasaan yang dipegang secara mutlak oleh seorang raja yang biasa disebut dengan Padsyah. Padsyah merupakan penguasa mutlak dalam dinasti Mughal di India. Padsyah berasal dari Bahasa Persia yaitu, “Pad” berarti kekuasaan mutlak. Dengan demikian, padsyah adalah seorang penguasa mutlak yang tidak bisa digantikan oleh siapapun selama dia hidup. Dinasti Mughal memiliki system kekuasaan pusat yang dikendalikan oleh seorang Raja yang Pusatnya berada di Delhi. Undang-undang atau peraturan yang ditegakkan oleh para raja memang bergam menurut keinginan raja. Babur dan Humayun misalnya, memerintah menurut undang-undang Islam.

Sementara itu, Sultan Akbar menciptakan din-illahi. Sedangkan Jahangir, Syah jehan, Aurangzeb Alamgir memerintah menurut undang-undang Islam. Meskipun demikian, keanekaragaman undang-undang yang diberlakukan tidak berarti bahwa kekuasaan raja menjadi berkurang. Pemberlakukan yang lain yakni dibentuk lembaga-lembaga dan ada penanggung jawab msaing-masing yaitu, gubernur yang dibantu oleh wakil gubernur, Pembagi gaji tentara dan pegawai, kepala tentara, kepala polisi, jaksa, pejabat agama, bendahara, pengumpul pajak, pemeriksa atau muhtasibamil, dan juru tulis peristiwa atau berita, pengadilan jaksa tinggi untuk daerah yang terdiri dari pengadilan jaksa daerah, pengadilan pejabat tinggi daerah dan pengadilan agama daerah. Pemberlakuan itu terbentuk dan berjalan sesuai dengan bidang nya masing-masing.

Berdasarkan struktur dan sistem administrasi yang diterapkan di dinasti Mughal diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwan pemerintahan telah ditata dengan cukup baik, hal ini merupakan salah satu bukti bahwa pendidikan tentang administrasi telah berjalan di dinasti tersebut. Memang terdapat banyak pendapat yang menerangkan bahwa sistem pemerintahan yang digunakan atau dijalankan pada dinasti Mughal ini adalah kelanjutan dari periode Delhi yang lebih dahulu memerintah. Namun sudah barang tentu ada kebijakan pemerintah yang dikembangkan pada periode dinasti ini misalnya kebijakan raja Akbar yang terkenal dengan sebutan din illahi tentu sangat sarat akan pemikiran tentang pluralitas keberagamaan pada saat tersebut. Dari struktur dan sistem administrasi ini pula berkembang pengetahuan tentang kemiliteran dan politik. Militer dinasti Mughal terkenal solid dan sangat kuat dalam kata lain Pada zaman baru, kerajaan Mughal merupakan kerajaan militer kelas tinggi.

Dalam bidang bangunan dan arsitektur, ciri yang paling menonjol adalah pemakaian marmer yang timbul dengan kombinasi warna-warni. Peninggalan yang paling mengagumkan adalah tajmahal di Agra. Istana ini merupakan salah satu kejaiban dunia, di bangun oleh Shah Jehan khusus untuk tempat pemakaman permaisuri yang sangat dicintainya. Bangunan lain yang bermotif sama adalah Masjid Raya Delhi dan sebuah istana di Lahore. Dari kedua kemajuan ini dapat kita renungkan bersama, bahwa telah berkembang ilmu pengatahuan serta teknologi yang maju, hal ini dibuktikan dengan tingkat keindahanan arsitektur bangunan yang telah dikembangkan oleh dinasti Mughal ini.

Pada penghujung puncak kejayaan Dinasti Mughal yang telah berdiri selama setengah Abad lamanya, mulai lah mengalami kemerosotan dalam pemerintahan. Hal ini terjadi Ketika tampuk kekuasaan berada di bawah kepemimpinan Aurangzeb yang mana beberapa konflik sudah mulai tampak seperti, kekuasaan politik yang juga mulai merosot, suksesi kepemimpinan di pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India Tengah, Sikh dibelahan Utara dan Islam di bagian Timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu para pedagang Inggris yang diijinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.

Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan pusat memang sudah muncul, tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-tindakan Aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran puritanisme nya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya. Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang oleh Muazzam, putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul. Putra Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah (1707-1712 M). Ia menganut aliran Syi’ah. Pada masa pemerintahannya yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan pada perlawanan penduduk Lahore, karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran Syi’ah kepada mereka.

Puncaknya terjadi ketika persoalan perusahaan Ingris (EIC), sejak kepemimpinan  Akbar II (1806-1837 M). Pada masa pemerintahannya Akbar memberi konsesi kepada EIC untuk mengembangkan usahanya di anak benua India sebagaimana yang diinginkan Inggris, tapi pihak perusahaan harus menjamin kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan demikian, kekuasaan sudah berada di tangan Inggris, meskipun kedudukan dan gelar Sultan dipertahankan. Bahadur Syah (1837-1858 M), penerus Akbar, tidak menerima isi perjanjian antara EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadi konflik antara kedua kekuatan tersebut.

Pada waktu yang sama, pihak EIC mengalami kerugian, karena penyelenggaraan administrasi perusahaan yang kurang efisien, padahal mereka harus tetap menjamin kehidupan istana. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa ditekan, maka mereka, baik yang beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan. Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka mengembalikan kekuasaan kerajaan Mughal di India. Dengan demikian, terjadilah perlawanan rakyat India terhadap kekuatan Inggris pada bulan Mei 1857 M.

Perlawanan mereka dapat dipatahkan dengan mudah, karena Inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para pemberontak dan mereka diusir dari kota Delhi. Rumah-rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istana (1858M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan Dinasti Mughal di daratan India dan tinggallah disana umat Islam yang harus berjuang mempertahankan eksistensi mereka.

....

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun