Mohon tunggu...
ahmad baiquni
ahmad baiquni Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

S2 UIN Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jahiliah dan Praktek Berkurban (Renungan Idul Adha 1437 H)

11 September 2016   17:52 Diperbarui: 11 September 2016   17:59 3
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Praktek berkurban sudah ada semenjak Nabi Ibrahim AS diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih anak kesayangannya Nabi Ismail AS dan Dia menerima dengan lapang dada walaupun membahayakan baginya, karena ini merupakan perintah Allah SWT yang harus dijalannnya (QS Shhaf (31) ayat 13), namun seknario ini tiba-tiba berubah Ismail dinganti dengan domba dan akhirnya dombalah yang disembilih, darisinilah kemudian muncul tradisi atau praktek meyembelih hewan kurban.

Tradisi terus mengakar sepanjang masa sejak Nabi Ibrahim hingga saat ini, namun penulis belum melacak apakah praktek tersebut dilakukan dengan tanggal yang sama, telepas dari persoalan ini yang jelas praktek ini juga pernah dilakukan oleh kaum Jahiliah.

Kaum yang popular dengan kekejamannya terhadap perempuan, anak-anak, kaum yang keras dan jauh dari peradaban dan akhlak yang islami. Peraktek berkurban yang dilakukan oleh kaum Jahiliah dengan cara menyembelih hewan domba dan unta kemudian darah dan dagingnya  dipoleskan ke dinding Ka’bah untuk menunjukan bahwa mereka adalah orang-orang kaya yang mampu menyembelih hewan tersebut. Ini menunjukan bahwa mereka adalah orang yang ingin memperlihatkan kesombongannya.

Praktek ini lalu direspon oleh Allah melalui Rasulullahnya  Muhammad SAW dengan turunya ayat 37 Surah al-Hajj yang artinya “ yang sampai kepada Allah bukanlah daging atau darahnya, melainkan yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkan nya untukmu supaya kamu mengangungkan Allah atas bimbinga-Nya kepadamu dan sampaikan berita baik kepada semua orang yang telah berbuat baik” ini menujukan bahwa jangan mengira bahwa daging dan darah yang disembelih langsung diterima begitu saja oleh Allah SWT tanpa niat yang ikhlas dan tulus tentu sulit hajat untuk berkurban diterima, tetapi kalau sudah mempunyai tekad dan niat yang ikhlas dan penuh dengan ketakwaan tentu hajatnya akan diterima disisi Allah.

Selain itu, perbanyaklah berdoa ketika menyembelih hewan tersebut dan tidak berdasarkan kekejaman, keangkuahan dan kekejian dan berniat menyembelih bukan karena ingin makan daging saja tetapi kita juga ingin bersedekah dan ingin berbagi dengan kaum duafa dan sanak keluarga kita yang masih dalam taraf kemiskinan,niscaya kurban tersebut akan dicacatat sebagai amal kebaikan kita.

Persoalannya sekarang ini banyak orang yang kaya yang menyembelih hewan kurban bahkan para pejabatpun banyak yang berkurban, namun pada intinya janganlah berkurban seperti orang-orang Jahiliah yang hanya menunjukan kesombongannya bahwa mereka dipandang sebagai orang yang terpandang. Persoalan lain bagaimana dengan non muslim misalnya seperti HT atau Ahok apakah nilai korbannya sebagai amal saleh mereka ? jawabannya cukup dengan mengatakan “Tidak karena mereka bukan  muslim jadi jangan terkecoh kalau ada berita Ahok Berkurban sapi sekian itu hanyalah pencitraan semata”

Pamulang, 11 September 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun