Mohon tunggu...
Lutfi Ramdani
Lutfi Ramdani Mohon Tunggu... Administrasi - Learner

Pembelajar Sepanjang Hayat

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Di Balik "Pengkhianatan" Yusril dan Pertaruhan Suara PBB

10 April 2019   10:47 Diperbarui: 10 April 2019   15:10 1404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang pemungutan suara, perseteruan yang terjadi antara Ketua Umum PBB, Yusril Ihza Mahendera dengan Imam Besar FPI, Habib Rizieq Shihab memanas. Rizieq menyerukan dengan lantang "Tenggelamkan PBB, pilih PKS!".

Yusril balik menyerang dan menuduh Rizieq sebagai 'Si Raja Bohong". Dalam suasana politik saat ini, perseteruan tersebut tak dapat dilepaskan dari kepentingan politik yang ada dibelakangnya.

Semuanya berawal dari pernyataan Yusril dalam salah satu stasiun televisi swasta. Yusril menyatakan bahwa Habib Rizieq pernah berkata dalam komunikasi via telpon bahwa keislaman Prabowo itu tidak jelas. Karena itu, yang mendampingi Prabowo harus ulama. 

Pernyataan Yusril tersebut ternyata cukup membuat kubu Prabowo gerah. Habib Rizieq langsung membuat pernyataan klarifikasi melalui video yang diunggah ke Youtube. 

Dalam klarifikasinya langsung dari Mekah, Rizieq menyatakan bahwa Yusril berbohong. Ia tidak pernah menyatakan keislaman Prabowo tidak jelas dan telah lama tidak pernah berkomuikasi via telpon. 

Seolah tak mau kalah, Yusril merespon pernyataan Rizieq tersebut. Dalam screenshoot yang diunggah di akun instagram pribadinya, Yusril memperlihatkan  chat Habib Rizieq bahwa keislaman Prabowo lemah dan lingkarannya penuh dengan kalangan islamophobia. Atas bukti itu, Yusril balik menyerang Rizieq dengan menyatakan bahwa Habib Rizieqlah, Si Raja Bohong yang sesungguhnya. 

Rizieq Shihab dan Yusril merupakah dua tokoh yang terkenal telah sering memperjuangkan kepentingan umat Islam. Rizieq adalah pimpinan organisasi militan FPI yang konsisten menegakkan amar ma'ruf dan memberantas nahyi munkar, sementara Yusril adalah pimpinan PBB, partai yang dianggap penerus Partai Masyumi. 

Yusril, yang juga seorang advokat, telah banyak mengadvokasi berbagai kasus yang merugikan umat, seperti menjadi advokat bagi HTI yang dibubarkan oleh pemerintah. Lalu mengapa kini keduanya berseteru?

Saya melihat setidaknya ada tiga motif politik dibalik sikap-sikap Yusril selama ini. Pertama, Yusril punya kepentingan politik untuk meloloskan PBB untuk mencapai batas parliamantary threshold 4 % di pemilu legislatif. Yusril melihat bahwa dukungan terhadap Jokowi sebagai tokoh yang diusung menjadi Presiden akan mendongkrak suara PBB di masyarakat. 

Hal tersebut sesuai dengan teori efek ekor jas (coat-tail effect), yakni mengandalkan ketokohan untuk menarik suara partai. Jokowi sebagai petahana jelas memiliki elektabilitas lebih tinggi dibanding Prabowo. Kedua, Yusril ingin tampil paling depan sebagai sosok pemimpin umat yang menyampaikan aspirasi umat yang terdzalimi bukan dengan jalan beroposisi, melainkan berkoalisi. 

Selama ini, Yusril berada satu barisan dengan kelompok Rizieq Shihab, Amien Rais, Bahtiar Natsir, Mardani Ali Sera, dkk yang menjaga jarak dengan pemerintah Jokowi. Namun, saya merasa, Ketokohan Yusril tidak mendapat posisi politik yang kuat di antara tokoh-tokoh tersebut. Terbukti dari beberapa kali ia dikecewakan, seperti gagal menjadi cagub DKI 2017 lalu.

Yusril juga melihat, di tingkat akar rumput, PBB juga masih kesulitan untuk bersaing dengan PKS dan PAN yang sama-sama mendukung Prabowo. Sebagaimana kita tahu, platform PKS dan PBB tidak jauh berbeda yakni sama-sama partai Islam. 

Segmen pemilih keduanya juga tidak jauh berbeda, yakni segmen pemilih muslim taat yang mendukung nilai-nilai Islam. Namun dalam dua kali pemilu terakhir, PKS selalu lolos parliamantary threshold sedangkan PBB tidak lolos.

Hal itulah yang mendorong Yusril mencoba membawa PBB ke poros Jokowi dengan harapan bahwa segmen pemilih muslim taat yang mendukung Jokowi, namun enggan memilih parta-partai nasionalis, akan mengalihkan suaranya ke PBB, daripada ke PKS atau PAN yang mendukung Prabowo. Ini adalah pertaruhan berani dari Yusril.

Ketiga, Yusril menganalisis bahwa Jokowi sebagai petahana berpeluang kuat untuk memenangkan Pilpres. Andaikata PBB tetap tidak lolos parliamentary threshold, namun Jokowi memenangkan piplres, Yusril tetap bisa ikut mengambil peran penting dalam Pemerintahan Jokowi. Melalui perannya tersebut, ia bisa memperkuat posisi politiknya. 

Ia juga akan lebih mudah dalam membangun kembali suara PBB untuk Pemilu 2024 nanti. Selain itu, ia tetap bisa menjalankan tugasnya yang selama ini telah dilakukan, yakni konsisten membela kepentingan umat yang didzalimi, meskipun dengan cara berkoalisi.

Meskipun sikap Yusril adalah murni strategi politik untuk memenangkan partainya, tetapi sikapnya tersebut tetap tak bisa diterima kubu Rizieq dkk. Yusril telah keluar dari poros politik yang telah terbentuk pasca Pilkada DKI yang memposisikan rezim Jokowi sebagai rezim anti Islam. 

Posisi Rizieq Shihab yang memilih berada di luar negeri merupakan bukti kuat bahwa pentolan Aksi 212 tersebut masih menjadi target utama kriminalisasi pemerintah.

Yusril kini mendapat cap sebagai pengkhianat. Akibat berkonflik dengan Rizieq, Yusril ditegur oleh Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) sebagai salah satu lembaga yang turut membidani kelahiran PBB.

Teguran tersebut cukup keras bahkan jika tidak diindahkan, Yusril dianggap bukan lagi bagian dari keluarga besar DDII dan Masyumi. Tentu ini ujian berat untuk Yusril, akankah ia akhirnya menjadi pemenang dan pahlawan bagi umat yang terdzalimi, atau pecundang yang akhirnya mengubur mati partainya sendiri. Semuanya akan terjawab pada 17 April 2019.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun