Mohon tunggu...
Indira Natasya
Indira Natasya Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

you just know my name not my story, you just know what I've done not I'd through

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Terakhir

17 Juli 2013   00:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:27 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik



Teruntukmu yang amat kusayangi..

Semakin hari semakin kita sadari waktuku semakin dekat. Aku menulis surat ini untukmu di saat sakit melanda tubuhku dengan hebatnya. Bukan kata-kata perpisahan yang ingin kusampaikan. Aku hanya ingin kembali mengingatkanmu, agar kau tidak pernah lupa akan besarnya cintaku padamu selama ini. Sampai detik ini, aku masih berjuang keras melawan penyakitku ini. Aku tahu ini bukanlah hal yang mungkin. Tapi... aku hanya ingin mencoba untuk mewujudkan satu dari sekian mimpiku yang tidak pernah terwujud selama ini. Aku ingin hidup bersama denganmu selamanya. Bahagia bersamamu. Aku ingin selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untukmu bahkan sampai di detik-detik terakhir sekalipun.Walaupun mungkin aku tidak bisa memberikan yang terbaik kali ini.


Hei ngomong-ngomong.. masih ingatkah kau makanan kesukaanku? Mungkin kau tidak ingat karena aku selalu minta dibelikan berbagai macam makanan kepadamu saat kita bersama. Atau masih ingatkah kau ke tempat mana saja kita pernah berkunjung? Ingatkah kau selalu mengomeliku jika aku suka jajan sembarangan? Ingatkah kau kalau ada bekas luka di salah satu jariku? Ingatkah kau minuman apa yang paling sering kupesan jika kita sedang berkencan? Ingatkah kau akan semua rengekanku padamu? Akankah kau mengingat itu semua jika aku tiada nanti?


Bohong jika aku berkata aku tidak takut kehilanganmu. Aku amat sangat takut kehilanganmu, Sayang. Selama ini aku selalu bergantung kepadamu. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana sepinya diriku di alam keabadian nanti tanpamu. Kepada siapa aku akan bercerita? Dengan siapa aku akan berpegang? Di bahu siapa aku akan menangis?


Bohong jika aku berkata aku tidak cemburu jika suatu saat kau akan menemukan seseorang menggantikan aku di hatimu. Aku amat sangat cemburu, Sayang. Tapi, apa dayaku hidupmu akan melaju terus dan aku harus belajar mengikhlaskanmu dengan jodohmu nantinya. Kau akan bahagia memiliki anak cucu dan aku.. aku pasti akan mengawasimu dari langit sambil tersenyum bahagia.


Bohong jika aku berkata aku tidak mencemaskanmu. Aku amat sangat mencemaskanmu, Sayang. Mungkin hanya beberapa saat kau akan mengalami hari-hari berat saat kehilanganku. Tapi justru itulah yang kucemaskan, Sayang. Apa yang akan kau lakukan tanpa aku nantinya?


Sayang.. kau terlihat begitu khawatir sejak tadi. Jangan khawatir, Sayang. Aku masih disini bersamamu. Hilangkan kekhawatiran di wajahmu itu agar aku tidak memiliki beban apapun meninggalkanmu nantinya. Sayang tersenyumlah.. temani aku disini. Nikmatilah saat-saat terakhirku bersamamu.

Satu pintaku, Sayang.. jangan pernah kau lupakan aku.

time for us by achaakk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun