Amir diam menundukkan kepala. Jamaah itu barangkali tidak mengerti dengan bahasa kami, tetapi mereka akan paham dengan intonasi dan mimik muka Mak Sutan yang tidak setuju. Sedangkan aku, aku hanya memandang ke arah jamaah itu. Mereka semuanya terlihat tenang, dengan wajah tersenyum. Lalu kami pergi meninggalkan mereka yang termangu di halaman mesjid. Masjid kembali sepi.Â
Hanya kalimat takbir yang diteriakan Amiruddin di tengah kegoncangan batin yang dialaminya. Aku menghampiri dan merangkulnya. Kubisikkan sesuatu di telinganya. "Sabarlah Ustaz! Semua akan berlalu. Ini hanyalah persoalan keyakinan. Dan yakinlah jika kalian di jalan yang benar, kebenaran itu akan membantu keselamatan dan perjuangan dakwah kalian." Aku melepas rangkulan itu dan menyongsong warga agar keyakinanku tidak dianggap berbeda dari mereka.
Akura- 2015
Mengenang suatu peristiwa di desa saya Akura
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H